Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Buka Bersama: Ajang Mempererat Silaturahmi atau Sarana Adu Gengsi

Gaya Hidup | 2025-03-21 13:21:40
Sumber: Dokumen pribadi

Buka Bersama atau yang dikenal dengan istilah bukber, telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam Masyarakat Indonesia terutama di Bulan Ramadhan. Acara bukber ini bukan hanya sekedar momen berbuka, tetapi juga menjadi kesempatan untuk mempererat tali silaturahmi yang mungkin terputus karena kesibukan sehari-hari. Namun, ditengah perkembangan zaman, bukber ini bukan lagi sekedar ajang kebersamaan, tetapi merubah ajang pamer dan adu gengsi. Lantas, apakah bukber ini masih menjadi sarana mempererat silaturahmi, atau justru beralih menjadi ajang adu gengsi?

Bukber sebagai Sarana Silaturrahmi dan Ibadah

Secara esensial, acara bukber merupakan momen yang dapat mempererat hubungan sosial dalam meningkatkan kebersamaan. Dalam Islam, menjaga silaturrahmi merupakan salah satu wujud ibadah yang dianjurkan. Rasulullah bersabda,” Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menjambung silaturahmi”(HR.Bukhari dan Muslim). Bukber bisa menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan, baik dengan keluarga, teman atau sahabat, atapun rekan kerja. Momen ini sering kali menjadi ajang temu kangen untuk melepas rindu atau sekedar berbagi cerita setelah lama tidak bersua.

Selain itu, jika dilakukan dengan niat yang tulus, acara bukber ini bisa menjadi sarana berbagi kebaikan. Seperti, kajian keislaman, mengaji Bersama, atau tak jarang sebagai sarana berbagi takjil kepada sesama. Dalam keadaan seperti ini, bukber bukan sekedar berkumpul untuk makan bersama, tetapi juga menjadi kesempatan untuk berbuat kebaikan, menambah pahala, dan memaknai dari Bulan Ramadhan ini.

Bukber sebagai Sarana Adu Gengsi

Di sisi lain, ada pergeseran bahwa bukber lebih banyak dilakukan karena tuntutan sosial daripada niat beribadah. Banyak orang merasa wajib datang dalam kegiatan buka bersama, karena adanya tuntutan dari lingkungan, teman, komunitas, alumni, maupun rekan kerja, neskipun secara finansial atau waktu tidak memungkinkan. Sosiolog, Pierre Bourdieu (1984) dalam bukunya Distinction: A Social Criteque of the Judgment of Taste, menjelaskan bahwa gaya hidup sering kali menjadi penanda status sosial seseorang. Sehingga tak jarang bukber menjadi ajang pamer status sosial, seperti pekerjaan dan pencapaian hidup. Selain itu, sering kali mereka memilih tempat berbuka berdasarkan lokasi dan biaya, yang menjadikan pilihan mereka dalam menyelenggarakan buka bersama. Restoran fancy dan kafe kekinian sering menjadi pilihan, sehingga membuat bukber lebih berfokus pada adu gengsi ketimbang makna kebersamaan.

Banyaknya ajakan bukber dapat menyebabkan dilema bagi Sebagian orang. Adanya jadwal yang padat dan biaya yang tidak sedikit, mereka harus memilih antara mengikuti trend atau hanya bisa menolak ajakan yang dianggap sebagai sikap kurang menghargai pertemanan. Beberapa kalangan merasa, bukber justru mengurangi kesempatan untuk berbuka secara tenang di rumah bersama keluarga.

Selain itu, bukber kerap menjadi ajang ketenaran, di maka kesan eksklusivitas lebih menyorot daripada kebersamaan. Tak jarang, peserta bukber sibuk mengabadikan momen untuk di adu di sosial media masing-masing ketimbang memaknai kebersamaan. Bahkan, ada fenomena di mana acara bukber malah membuat orang lalai dan menjalankan ibadah sepeti, menunda atau sampai melewatkan sholat.

Menjadikan Bukber Lebih Bermakna

Agar bukber tetap menjadi kegiatan yang bernilai ibadah, beberapa hal bisa dilakukan:

1.Menjaga niat, Pastikan tujuan utama bukber yakni untuk mempererat silaturrahmi dan kegiatan positif lainnya, bukan sekedar ikut trend semata,

2.Memilih tempat dan konsep sederhana, Acara bukber tidah harus di tempat yang mewah dan mahal. Bisa dilakukan hanya di rumah, atau masjid.

3.Menghindari Pemborosan, Membeli makanan secukupnya saja, agar terhindar dari mubadzir, sesuai dengan ajaran islam tentang hidup sederhana.

4.Mengutaman Ibadah, Menyertai bukber dengan ibadah seperti shalat berjamaah, tadarus yang lebih bermakna.

Bukber bisa menjadi nilai ibadah atau hanya sebagai adu gengsi, bergantung pada bagaimana seseorang malaksanakannya. Oleh sebab itu, penting tiap inidvidu tetap menjunjung nilai keislaman di kegiatan bukber ini, bukan malah menjadikannya sebagai ajang berkumpul atau pamer. Bukber akan membawa keberkahan jika dilakukan dan diniatkan dengan benar. Ramadhan bukan sekedar pertemuan sosial, tapi menjadi momen untuk memperkuat hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Jika bukber hanya dijadikan bagian dari gaya hidup tanpa diimbangi dengan nilai spiritual, maka makna Ramadhan bisa tergerus.

Referensi

Muhammad Abduh Tuasikal, M. (2024, Desember 4). Ingin Umur Panjang dan Berkah? Amalkan 6 Hal Ini. Retrieved from rumaysho: https://rumaysho.com/39410-ingin-umur-panjang-dan-berkah-amalkan-6-hal-ini.html

Savio, Y. (2015). 2 DISTINCTION: FUNGSI SOSIAL SELERA DALAM REPRODUKSI STUKTUR KELAS. e-journal.uajy, 1-19. Retrieved from https://en.wikipedia.org/wiki/Pierre_Bourdieu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image