Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khairunnisa Al-Araf

Mengulik Sejarah Tradisi Angpao Lebaran dan Alasan di Balik Pilihan Uang Baru yang Selalu Jadi Favorit

Sejarah | 2025-03-20 13:23:20
Ilustrasi angpao lebaran (shutterstock)

Jakarta – Lebaran selalu identik dengan momen saling berbagi, salah satunya lewat tradisi membagikan angpao atau yang sering disebut juga salam tempel. Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari euforia Idulfitri, di mana anak-anak hingga orang dewasa berharap mendapatkan amplop berisi uang sebagai simbol kebahagiaan dan keberkahan.

Menariknya, angpao Lebaran hampir selalu diisi dengan lembaran uang baru. Tak sedikit orang yang rela antre di bank atau jasa penukaran uang demi mendapatkan uang baru untuk dibagikan kepada sanak saudara. Di balik kebiasaan ini, ternyata ada sejarah panjang dan filosofi mendalam yang jarang diketahui.

Menurut Djoko Adi Prasetyo, seorang antropolog sekaligus dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, tradisi membagikan uang saat Lebaran bisa dikaitkan dengan ajaran sedekah dalam Islam. Memberikan uang sebagai bentuk berbagi rezeki merupakan wujud rasa syukur atas kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.

Djoko menyebutkan, dalam catatan sejarah Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16 hingga abad ke-18, para raja dan bangsawan sudah memiliki kebiasaan membagikan hadiah berupa uang baru kepada anak-anak para pengikutnya ketika Hari Raya Idulfitri tiba.

Pemberian hadiah itu dianggap sebagai ungkapan syukur sekaligus bentuk penghargaan atas keberhasilan umat Muslim dalam menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan. Hal ini juga menjadi momentum mempererat hubungan antara raja dan rakyatnya.

Seiring berjalannya waktu, tradisi membagikan uang saat Lebaran terus berkembang. Tidak hanya dilakukan oleh kaum bangsawan, tetapi juga oleh masyarakat umum sebagai bagian dari perayaan hari kemenangan.

Lahirnya istilah Tunjangan Hari Raya (THR) juga menjadi bagian penting dalam tradisi ini. Sejarah mencatat, pemberian THR kepada para pekerja mulai digagas pada era kabinet Soekiman Wirjosandjojo dari Partai Masyumi sebagai bentuk kepedulian pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan aparatur negara menjelang Lebaran.

Lambat laun, tradisi THR tidak hanya berlaku untuk pegawai negeri atau pekerja formal saja, tetapi juga menjadi kebiasaan yang diterapkan secara luas di masyarakat. Orang tua memberikan angpao kepada anak-anak, kakak kepada adik, hingga antar kerabat sebagai simbol cinta dan berbagi kebahagiaan.

Sementara itu, alasan kenapa uang baru selalu dipilih dalam tradisi angpao Lebaran pun tak lepas dari makna filosofisnya. Uang baru melambangkan awal yang bersih dan suci, sejalan dengan makna Idulfitri itu sendiri sebagai hari kembali suci.

Lembaran uang baru juga memberikan kesan segar, rapi, dan bernilai lebih tinggi secara simbolis dibandingkan uang lama atau lusuh. Maka tak heran jika menjelang Lebaran, jasa penukaran uang selalu ramai diserbu masyarakat.

Selain sebagai bentuk penghargaan terhadap penerima, membagikan uang baru juga dipercaya sebagai simbol doa agar rezeki di masa mendatang semakin lancar dan berlimpah.

Kini, angpao Lebaran bukan hanya soal uang semata, tetapi juga menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga. Momen ini menciptakan kenangan manis terutama bagi anak-anak yang selalu menantikan amplop warna-warni berisi uang baru setiap Lebaran tiba.

Tradisi ini pun memperkaya ragam budaya Lebaran di Indonesia yang penuh makna dan nilai-nilai kebaikan. Dari generasi ke generasi, membagikan angpao Lebaran menjadi bagian dari ritual tahunan yang terus dilestarikan. (AL)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image