
Pelecehan Seksual di Lingkungan Pendidikan, Mengapa Masih Berulang?
Agama | 2025-03-16 05:22:28Lingkungan pendidikan yang semestinya menjadi tempat belajar yang aman dan nyaman, rupanya belum terlepas dari ancaman kekerasan seksual.
Seorang guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di sebuah sekolah dasar di Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tega melakukan aksi keji mencabuli delapan pelajar yang merupakan anak didiknya. Aksi bejat guru olahraga ini diketahui telah berlangsung sejak korban duduk di bangku kelas 1 SD. Korban berjumlah delapan dengan usia 8-13 tahun (Tirto.id, 6-03-2025).
Kuasa hukum sebuah SMK di Kalideres, Dennis Wibowo, menyebut ada 40 siswi yang mengaku mengalami dugaan pelecehan oleh oknum guru berinisial O di sekolah tersebut. Dennis mengatakan para siswi itu mengaku dilecehkan dengan cara memegang pundak, bersalaman yang lama, hingga mengelus pinggul (kompas.com, 7-3-2025).
Bobroknya Dunia Pendidikan
Berulangnya pelecehan seksual di dunia pendidikan menunjukkan bobroknya dunia pendidikan hari ini. Peristiwa ini bukan sekadar kesalahan pada oknum semata, namun ada hal yang mengakibatkan peristiwa ini terus berulang.
Perilaku bejat yang dilakukan oleh oknum guru tentu tidak ujug-ujug terjadi begitu saja karena ada dalam benaknya. Peristiwa ini berkorelasi dengan proses pendidikan yang memberikan pemahaman dan menjadi hal yang sangat krusial. Pendidikan merupakan proses yang panjang, terjadi sepanjang hayat dan melibatkan banyak pihak, baik formal dalam lembaga pendidikan maupun keluarga.
Pemahaman hidup ini dipengaruhi cara dalam mengarungi kehidupan, pola pendidikan di rumah, lingkungan hidup, hingga media informasi yang melahirkan nilai-nilai di tengah masyarakat. Kemudian cara hidupnya di sekolah dari dasar hingga perguruan tinggi memengaruhi lahirnya perilaku seseorang.
Buah Sekularisme
Pendidikan adalah pemberian pemahaman dan informasi yang dipengaruhi oleh ideologi atau cara pandang tertentu dalam kehidupan, yaitu dari mana kita, untuk apa kita hidup, dan mau ke mana setelah kita mati. Output perilaku tidak dapat dilepaskan dari input pemahaman ini.
Hari ini pendidikan kita dipengaruhi sebuah ideologi bernama kapitalisme yang mempunyai asas sekularisme. Cara pandang ini telah menjadikan proses pendidikan pada tingkat dasar dan menengah gagal memberikan pondasi yang kokoh dalam kepribadian, begitu juga dalam keluarga. Kalaupun ada benih-benih kebaikan pada masa awal pendidikan, sekularisme yang menjadi landasan kehidupan saat ini justru jauh lebih kuat merusak kebaikan tersebut.
Sekularisme berhasil merasuk pada seluruh kebijakan negara, menguatkan arus kerusakan yang menghancurkan kemuliaan manusia. Sedangkan media, bebas menampilkan segala sesuatu termasuk kemaksiatan. Lebih mirisnya lagi, ajaran agama justru ditinggalkan, bahkan ketaatan kepada syariat dianggap sebagai pemicu keributan.
Sanksi yang diterapkan bagi pelaku kejahatan seksual pun tergolong ringan dan tidak memberikan efek jera, padahal tindakan yang dilakukan pelaku merupakan kejahatan besar. Alhasil, tindakan serupa sangat mudah muncul kembali. Aturan yang lahir dari akal manusia memang bersifat rapuh dan tidak akan pernah mampu menyelesaikan permasalahan secara tuntas.
Mekanisme Islam Mencegah Pelecehan dan Kekerasan Seksual
Sesungguhnya, Islam memiliki solusi tepat dan tegas dalam mengatasi maraknya perbuatan asusila dan kekerasan dengan perlindungan berlapis. Negara merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas pelaksanaannya syariat Islam kafah. Karenanya, saat ini umat sangat membutuhkan hadirnya negara yang menerapkan Islam kafah untuk melindungi generasi dari tindak asusila dan kejahatan seksual lainnya.
Dalam mendidik generasi, negara yang mengemban Islam ini akan menerapkan sistem pendidikan Islam dengan tujuan membentuk kepribadian Islam yang cemerlang, yakni mempunyai pola sikap dan pola pikir yang Islami.
Khalifah sebagai pemimpin kaum muslim, akan memastikan generasi jauh dari hal-hal yang merusak akal. Negara akan mengharamkan hal-hal yang merusak akal seperti narkoba, miras, juga tayangan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi. Khalifah dengan kebijakannya, akan memblokir situs dan tayangan yang mengandung pornografi atau hal-hal yang melanggar syara' secara permanen.
Negara juga akan memastikan tayangan yang bisa diakses adalah yang bisa menambah keimanan.Negara juga akan memberlakukan sistem pergaulan Islam. Negara akan memberlakukan larangan untuk khalwat (berduaan dengan yang bukan mahram), larangan ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya di suatu tempat dan terjadi interaksi di dalamnya), kewajiban menutup aurat dan menundukkan pandangan, dan sebagainya.
Selain itu, sistem sanksi Islam akan diterapkan, yang akan menghukum dengan tegas orang-orang yang melakukan pelanggaran dalam syariat, seperti pelecehan seksual, berzina, penyimpangan seks seperti LGBT, dan sebagainya. Sanksi tegas akan memberikan efek jera bagi pelaku, sekaligus sebagai upaya negara menutup celah munculnya kasus serupa. Berulangnya kasus pelecehan seksual juga disebakan sanksi yang diterapkan tidak mampu memberi efek jera.
Peran ibu juga bisa optimal dalam negara yang menerapkan Islam. Dengan penerapan sistem ekonomi Islam, ibu tidak akan disibukkan untuk menambal kebutuhan keluarga dengan bekerja. Negara akan memudahkan para kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya secara layak, yaitu sandang, pangan dan papan. Selain itu kebutuhan pokok publik, yakni kesehatan, pendidikan dan keamanan dijamin negara dengan gratis dan berkualitas. Semuanya didapatkan karena sistem ekonomi yang diterapkan berdasarkan Islam yang berkorelasi juga dengan politiknya.
Dengannya, Islam mampu melahirkan sosok istimewa karena akidah Islam dijadikan sebagai landasan hidup, tidak hanya oleh individu, namun juga oleh masyarakat dan negara. Ketakwaan menjadi benteng seorang muslim untuk selalu patuh kepada Allah. Masyarakat yang hidup dalam atmosfer Islam menjadi pihak yang membangun kehidupan dalam budaya Islam yang sarat dengan kemuliaan.
Penerapan Islam secara kafah oleh negara dalam semua aspek kehidupan, menjadikan umat hidup dalam kebaikan, terpelihara akal juga agamanya dan terjaga kehormatannya. Jadilah umat hidup dalam suasana Islam yang penuh keimanan dan senantiasa berorientasi kebaikan di dunia dan keselamatan akhirat.
Generasi muda tumbuh dalam penjagaan yang optimal oleh negara sehingga mendorong optimalisasi potensi dalam semua bentuk kebaikan dan memberi manfaat kepada umat. Mereka akan disibukkan dengan berkarya dan berlomba dalam kebaikan, dengan tetap memiliki kepribadian Islam yang kuat, bukan disibukkan dengan urusan dunia dan syahwat yang rendah.
Semua ini hanya akan terwujud dengan tegaknya Khil4fah Islamiah karena hanya Khil4fah yang akan menerapkan Islam secara kafah dan menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum dalam kehidupan. Sudah saatnya umat Islam bersatu untuk memperjuangkannya.
Wallahu a'lam bisshowab

Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.