Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ismail Suardi Wekke

Ramaddan: Merajut Toleransi dan Kerukunan

Agama | 2025-03-15 21:27:34

Ismail Suardi Wekke (Cendekiawan Muslim Indonesia)

Ramadan, dapat menjadi momentum emas untuk merefleksikan diri, meningkatkan ketakwaan, dan mempererat tali persaudaraan. Di Indonesia, negara dengan keberagaman suku, agama, dan budaya, Ramadan memiliki makna khusus sebagai bulan yang tepat untuk merajut toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Salah satu esensi Ramadan adalah mengajarkan umat Islam untuk mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan empati terhadap sesama. Dengan menahan lapar dan dahaga, umat Islam diajak untuk merasakan penderitaan mereka yang kurang beruntung, sehingga tumbuh rasa kepedulian dan keinginan untuk berbagi.

Spirit inilah yang menjadi landasan kuat untuk membangun toleransi dan kerukunan, karena toleransi sejatinya tumbuh dari rasa saling memahami dan menghargai.

Di bulan Ramadan, kita sering menyaksikan pemandangan indah yang mencerminkan toleransi dan kerukunan. Masyarakat dari berbagai latar belakang agama bahu-membahu menyiapkan hidangan berbuka, berbagi takjil, dan menyelenggarakan kegiatan sosial bersama.

Masjid-masjid pun membuka pintunya bagi siapa saja yang ingin merasakan suasana Ramadan, terlepas dari keyakinan yang dianut.

Tradisi ngabuburit, misalnya, menjadi ajang silaturahmi yang hangat antarwarga. Di berbagai daerah, kegiatan ini diisi dengan berbagai acara yang melibatkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, tanpa memandang perbedaan.

Ini adalah bukti nyata bahwa Ramadan mampu menjadi perekat sosial yang kuat, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Namun, toleransi dan kerukunan bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Dibutuhkan upaya berkelanjutan dari semua pihak untuk menjaga dan memeliharanya. Pendidikan memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini.

Melalui pendidikan, generasi muda diajak untuk memahami dan menghargai perbedaan, serta membangun sikap inklusif dan terbuka terhadap keberagaman.

Selain itu, tokoh agama dan tokoh masyarakat memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan contoh dan teladan dalam menjaga toleransi dan kerukunan. Mereka harus aktif menyuarakan pesan-pesan perdamaian dan persatuan, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup berdampingan secara harmonis.

Media massa juga memiliki peran strategis dalam menyebarkan informasi yang positif dan membangun narasi yang mengedepankan toleransi dan kerukunan.

Ramadan juga menjadi waktu yang tepat untuk merefleksikan nilai-nilai Pancasila, dasar negara kita yang menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan kita untuk menghormati kebebasan beragama dan berkeyakinan. Sila ketiga, Persatuan Indonesia, menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman.

Dengan demikian, Ramadan bukan hanya tentang ibadah ritual, tetapi juga tentang bagaimana kita mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita jadikan Ramadan sebagai momentum untuk memperkuat toleransi dan kerukunan, demi Indonesia yang lebih damai dan sejahtera.

Ramadan Merajut Ukhuwah Kebangsaan

Ramadan, bulan suci yang dinanti umat Islam di seluruh dunia, bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga. Lebih dari itu, Ramadan adalah momentum istimewa untuk memperkuat ukhuwah atau persaudaraan, baik persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah) maupun persaudaraan sebagai bangsa Indonesia (ukhuwah wathaniyah).

Di tengah keberagaman Indonesia, semangat ukhuwah yang terpancar selama Ramadan menjadi perekat yang kuat, mengikat perbedaan dalam harmoni.

Esensi Ramadan yang mengajarkan pengendalian diri dan empati, secara langsung maupun tidak langsung, menumbuhkan rasa saling peduli dan berbagi. Tradisi berbagi takjil, buka puasa bersama, dan kegiatan sosial lainnya menjadi manifestasi nyata dari nilai-nilai tersebut.

Saat umat Islam berbagi kebahagiaan Ramadan dengan sesama, tanpa memandang perbedaan latar belakang, di situlah ukhuwah kebangsaan sedang dirajut.

Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Ramadan di Indonesia seringkali menjadi perayaan kebersamaan lintas agama dan budaya. Masyarakat dari berbagai latar belakang bahu-membahu menyelenggarakan kegiatan sosial, menjaga keamanan, dan menciptakan suasana kondusif selama Ramadan.

Solidaritas yang terjalin selama Ramadan ini menjadi bukti bahwa semangat kebersamaan dan toleransi adalah bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia.

Namun, ukhuwah kebangsaan bukanlah sesuatu yang datang secara otomatis. Diperlukan upaya berkelanjutan dari seluruh elemen bangsa untuk menjaganya. Tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemimpin negara memiliki peran penting dalam memberikan teladan dan menyebarkan pesan-pesan persatuan.

Pendidikan juga memegang peranan krusial dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan sejak dini, sehingga generasi muda tumbuh menjadi individu yang toleran dan cinta tanah air.

Ramadan dengan segala nilai-nilai luhurnya, adalah anugerah bagi bangsa Indonesia. Mari kita manfaatkan momentum ini untuk memperkuat ukhuwah kebangsaan, merawat keberagaman, dan membangun Indonesia yang lebih harmonis dan sejahtera. Dengan semangat Ramadan, mari kita rajut ukhuwah kebangsaan, bukan hanya di bulan suci ini, tetapi sepanjang masa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image