Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agus Budiman

Ramadhan di Kalangan Generasi Z: Digitalisasi Ibadah dan Makna Religiusitas

Agama | 2025-03-15 17:26:37

Ramadhan merupakan bulan suci yang tidak hanya menjadi ajang peningkatan spiritualitas, tetapi juga ruang refleksi bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan sosial, cara Generasi Z—yang lahir dan tumbuh di era digital—memaknai Ramadhan mengalami pergeseran yang signifikan. Akses informasi keagamaan yang semakin mudah dan digitalisasi berbagai aspek ibadah menjadikan pengalaman religius mereka berbeda dari generasi sebelumnya.

ilustrasi ibadah

Generasi Z memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk memperkuat hubungan spiritual mereka selama Ramadhan. Media sosial menjadi wadah utama untuk berbagi inspirasi keagamaan, mengikuti kajian virtual, hingga mengikuti tantangan ibadah seperti One Day One Juz. Selain itu, berbagai aplikasi keislaman, podcast religi, serta gerakan sosial berbasis digital menjadi bagian dari rutinitas mereka selama bulan suci.

Tak hanya fokus pada ibadah personal, Generasi Z juga menunjukkan kepedulian sosial yang tinggi. Mereka aktif dalam kampanye donasi daring, gerakan berbagi makanan, dan aksi solidaritas berbasis komunitas. Dengan demikian, perubahan gaya hidup dan makna religiusitas di kalangan Generasi Z selama Ramadhan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor individu, tetapi juga oleh perkembangan teknologi dan dinamika sosial yang membentuk cara mereka memahami dan menjalankan ibadah di era digital.

Gaya Hidup Digital dan Religiusitas Generasi Z Selama Ramadhan

Sebagai generasi yang akrab dengan teknologi, Generasi Z tidak hanya menjalankan ibadah secara konvensional tetapi juga mengintegrasikan aspek digital dalam pengalaman spiritual mereka. Tren berbagi konten islami di media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube semakin marak, dengan tantangan ibadah seperti One Day One Juz, kampanye sedekah digital, serta diskusi keislaman yang dilakukan secara interaktif. Mereka membangun komunitas virtual yang saling mendukung dalam menjalankan ibadah dan berbagi refleksi keagamaan.

Selain itu, teknologi juga membantu mereka mengakses ilmu keislaman dengan lebih fleksibel. Aplikasi pengingat waktu salat, Al-Qur’an digital, serta platform kajian daring menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas Ramadhan mereka. Tidak lagi hanya mengandalkan ceramah langsung di masjid, mereka dapat belajar agama dari berbagai sumber melalui live streaming, podcast keislaman, atau video pendek yang mudah diakses.

Namun, bagi Generasi Z, Ramadhan bukan sekadar tentang ibadah individual. Mereka menekankan aspek sosial dan kepedulian, seperti gerakan berbagi makanan gratis (food sharing), donasi digital, dan kampanye kemanusiaan berbasis komunitas. Perubahan ini mencerminkan bahwa bagi mereka, Ramadhan tidak hanya menjadi waktu untuk meningkatkan ibadah pribadi, tetapi juga momentum memperkuat nilai kebersamaan, solidaritas, dan refleksi spiritual dalam kehidupan modern.

Perubahan Religiusitas Generasi Z dalam Perspektif Pierre Bourdieu

Perubahan gaya hidup dan makna religiusitas di kalangan Generasi Z dapat dikaji melalui berbagai perspektif teori sosial, salah satunya Kapital Sosial Pierre Bourdieu. Menurut Bourdieu, kapital sosial berupa jaringan dan hubungan dalam masyarakat berperan penting dalam membentuk praktik sosial, termasuk religiusitas. Dalam konteks Generasi Z, kapital sosial ini hadir dalam bentuk komunitas daring, grup kajian virtual, dan interaksi melalui media sosial yang memperkuat pengalaman spiritual mereka selama Ramadhan.

Selain itu, Teori Modernisasi juga menjelaskan bagaimana perkembangan teknologi dan globalisasi mengubah cara individu beribadah. Ibadah yang sebelumnya dilakukan secara konvensional kini bertransformasi dengan adanya media digital, seperti aplikasi pengingat salat, ceramah keislaman daring, serta tren religiusitas di platform media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa modernisasi tidak menghilangkan nilai-nilai religius, tetapi justru menciptakan cara baru dalam menjalankan dan memahami ibadah.

Sementara itu, Teori Identitas Sosial Tajfel dan Turner menjelaskan bagaimana Generasi Z membentuk identitas religius mereka melalui partisipasi dalam komunitas daring dan aktivitas berbasis nilai-nilai keagamaan. Dengan mengikuti tantangan ibadah, berbagi konten inspiratif, atau ikut serta dalam kampanye amal digital, mereka membangun identitas sebagai individu yang religius di dalam ekosistem sosial mereka.

Dengan demikian, transformasi gaya hidup dan makna religiusitas Generasi Z selama Ramadhan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor personal tetapi juga oleh dinamika sosial, teknologi, dan komunitas digital. Generasi ini memaknai bulan suci sebagai momentum untuk memperdalam spiritualitas sekaligus memperkuat solidaritas sosial, menjadikan Ramadhan lebih dari sekadar ritual keagamaan, tetapi juga ajang pemberdayaan yang bermakna dalam kehidupan modern.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image