Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agus Budiman

Media Sosial dan Ramadhan: Tren Religiusitas di Era Digital

Agama | 2025-03-15 17:24:47

Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam praktik keagamaan selama bulan Ramadhan. Media sosial kini menjadi ruang baru bagi umat Islam untuk menjalankan, mendalami, dan membagikan pengalaman ibadah mereka. Fenomena digitalisasi ibadah ini mencerminkan bagaimana teknologi dapat memperkaya praktik keagamaan, menjadikannya lebih mudah diakses, serta memperluas jangkauan dakwah dan solidaritas sosial.

ilustrasi media digital

Di era digital, berbagai platform seperti YouTube, Instagram, TikTok, hingga aplikasi keislaman menghadirkan cara baru dalam beribadah. Live streaming tausiyah, tantangan membaca Al-Qur’an, hingga kampanye sedekah daring menjadi bagian dari tren religiusitas modern. Generasi muda, khususnya Generasi Z dan Milenial, semakin aktif dalam memanfaatkan teknologi untuk mendukung perjalanan spiritual mereka, baik secara individual maupun dalam komunitas daring.

Selain itu, media sosial juga memainkan peran penting dalam membangun gerakan sosial selama Ramadhan. Kampanye donasi digital, program berbagi makanan, dan aksi solidaritas berbasis komunitas semakin marak di berbagai platform, memperlihatkan bahwa Ramadhan bukan hanya momen ibadah pribadi, tetapi juga ajang untuk memperkuat nilai kebersamaan dan kepedulian sosial.

Melalui tulisan ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana media sosial dan digitalisasi ibadah membentuk pengalaman religius umat Islam di era modern, serta dampaknya terhadap cara mereka memaknai Ramadhan di tengah perkembangan teknologi yang terus berkembang.

Fenomena di Masyarakat: Media Sosial dan Ramadhan

Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, termasuk dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Digitalisasi ibadah semakin terasa dengan maraknya konten keagamaan di berbagai platform seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan Facebook. Fenomena ini mencerminkan bagaimana media sosial tidak hanya digunakan sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai ruang untuk memperdalam spiritualitas dan memperluas jangkauan dakwah.

Salah satu tren yang banyak ditemukan di masyarakat adalah meningkatnya partisipasi umat Islam dalam kajian daring selama Ramadhan. Banyak ustaz dan pendakwah kini memanfaatkan fitur live streaming untuk memberikan ceramah agama, menjawab pertanyaan keislaman, hingga membimbing ibadah seperti tadarus Al-Qur’an secara virtual. Hal ini memudahkan umat Islam untuk mendapatkan ilmu agama tanpa terbatas oleh jarak dan waktu.

Di sisi lain, digitalisasi juga memudahkan umat Islam dalam menunaikan zakat, sedekah, dan infak melalui platform donasi daring. Berbagai lembaga filantropi Islam kini menyediakan layanan pembayaran zakat dan sedekah melalui aplikasi atau situs web, memungkinkan masyarakat untuk berbagi dengan lebih mudah dan transparan. Hal ini berkontribusi pada meningkatnya kesadaran sosial dan solidaritas umat Islam selama bulan suci.

Secara keseluruhan, fenomena media sosial dan digitalisasi ibadah selama Ramadhan menunjukkan bagaimana teknologi dapat memperkaya pengalaman religius umat Islam. Namun, penting bagi masyarakat untuk tetap menjaga keseimbangan antara pemanfaatan media sosial dengan nilai-nilai spiritual agar Ramadhan tetap menjadi momen refleksi dan peningkatan kualitas keimanan.

Fenomena Modernisasi Menurut Anthony Giddens

Anthony Giddens, dalam teori modernisasinya, menjelaskan bahwa perubahan sosial yang dipicu oleh perkembangan teknologi telah mengubah cara manusia menjalani kehidupannya, termasuk dalam aspek keagamaan. Modernisasi, yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, telah membawa perubahan signifikan dalam cara individu dan komunitas mempraktikkan ibadah, terutama selama bulan Ramadhan.

Di era digital, praktik keagamaan tidak lagi terbatas pada metode konvensional seperti menghadiri kajian di masjid atau membaca Al-Qur’an secara fisik. Sebaliknya, digitalisasi ibadah semakin berkembang dengan hadirnya aplikasi pengingat salat, Al-Qur’an digital, dan platform kajian daring yang memungkinkan umat Islam untuk mengakses konten keagamaan kapan saja dan di mana saja. Fenomena ini menunjukkan bagaimana modernisasi telah membuat ibadah lebih fleksibel, praktis, dan inklusif.

Namun, modernisasi ibadah ini juga menghadirkan tantangan tersendiri. Salah satu dampaknya adalah perubahan makna religiusitas yang terkadang lebih berorientasi pada aspek estetika dibandingkan dengan substansi spiritual. Dalam konteks media sosial, ibadah dan kegiatan sosial selama Ramadhan sering kali didokumentasikan dan dipublikasikan sebagai bagian dari citra personal atau bahkan strategi membangun eksistensi di dunia digital.

Tren seperti membagikan momen sahur dan berbuka, memposting foto ibadah di masjid, atau mengunggah konten dakwah di TikTok dan Instagram bisa menjadi bentuk ekspresi religius, tetapi juga berpotensi mengalami pergeseran makna jika lebih berfokus pada pencitraan daripada ketulusan dalam beribadah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image