
Puasa dan Manusia Palsu
Agama | 2025-03-14 22:40:07Catatan Ramadhan # 12
Muhammad Syafi’ie el-Bantanie
(Founder Edu Sufistik)
Kesejatian diri manusia terletak pada ruh. Setelah ditiupkan ruh-lah, basyar (jasadiah manusia) menjadi bernilai. Dengan itu, malaikat dan jin pun diperintahkan untuk bersujud hormat (QS. 38: 71 – 72). Ruh yang ditiupkan ke dalam basyar membawa muatan burhani, sementara basyar bermuatan hawa yang selalu memalingkan manusia dari jalan Allah (QS. 26). Karena itulah, diri manusia memiliki dua dorongan; kebaikan dan keburukan (QS. 91: 7 – 8).
Melalui puasa, manusia ditempa untuk melemahkan dan mengendalikan hawa nafsunya. Dengan begitu, potensi takwanya bisa terus naik dan melangit. Hawa nafsunya menjadi tenang dan terkendali. Dia mampu mengarahkan jiwanya untuk beribadah dan beramal saleh mengisi Ramadhan. Terus naik menuju derajat muttaqin sebagai destinasi akhirnya.
Namun demikian, pada faktanya sebagian manusia tetap memperturutkan dorongan hawa nafsunya meski di bulan Ramadhan. Berdusta, menipu, dan memanipulasi demi ambisi harta dan tahta. Berkhianat dan menggunting dalam lipatan demi ambisi kekuasaan.
Jiwa seperti ini disebut oleh Ibnu Sina sebagai nafs syabu’iyah (binatang buas). Pada sisi lain, ada juga manusia yang memperturutkan syahwat perut dan di bawah perutnya. Ibnu Sina menyebut manusia model ini sebagai nafs bahimiyah (binatang ternak). Gabungan nafs syabu’iyah dan nafs bahimiyah bila ada pada diri seseorang, mereka itulah nafs syaithaniyah (berjiwa setan).
Derajat kemanusiaan mereka telah jatuh serendah-rendahnya (QS. 95: 5). Jika puasa tidak lagi mampu menempa jiwa mereka, barangkali hanya kematian yang bisa menghentikan kelalaian dan kedurhakaan mereka. Mereka itulah manusia palsu. Manusia pada level basyar. Sejatinya, derajatnya tidak lebih daripada hewan. Bahkan, bisa lebih sesat lagi (QS. 7: 179).
Semoga puasa benar-benar menempa kita menjadi manusia sejati. Manusia langit yang sedang berjalan di bumi untuk menjalankan misi pengabdian kepada Allah dengan memakmurkan dan mencahayai bumi.
Wallaahu a’lam
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.