Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putri Kana

Memahami Aqidah yang Benar Melalui Bahasa Arab di Era Globalisasi

Dunia arab | 2025-02-24 12:04:45

Bahasa Arab adalah bahasa yang kaya akan mufradat (kosa kata). Bahasa ini memiliki banyak keistimewaan. Pertama, ia merupakan bahasa para rasul yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk menyebarkan agamanya kepada seluruh umat manusia. Kedua, ia adalah bahasa Al-Qur’an dan hadis yang menjadi pedoman hidup bagi manusia hingga akhir zaman. Ketiga, bahasa Arab adalah bahasa para penduduk surga. Terakhir, bahasa ini adalah bahasa para ulama muslimin yang sangat berperan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan di dunia ini, yang mana mereka telah mewariskan ilmu mereka melalui buku-buku berbahasa Arab.

Apakah terlintas di pikiran kalian? Mengapa bahasa penduduk surga ini dengan keistimewaan yang dimilikinya kurang berkembang dan jarang diminati pada zaman sekarang, dibandingkan dengan bahasa Inggris yang semakin berkembang pesat dan bahkan telah menjadi bahasa global? Jawabannya hanya satu, yaitu pengaruh globalisasi yang sangat kuat di era ini. Apa maksudnya? Maksudnya adalah dengan menguasai bahasa Inggris, orang-orang lebih mudah dalam mengakses lowongan pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain. Mereka dituntut untuk bisa menguasai bahasa global ini agar mendapatkan pendapatan (uang), ilmu, dan semua yang mereka butuhkan dari kepentingan dunia.

Nah, yang menjadi permasalahannya sekarang adalah korban dari pengaruh globalisasi ini bukan hanya dari kalangan nonmuslim, melainkan para muslimin di seluruh dunia juga dihadapi dengan permasalahan ini. Mereka tidak bisa lari dari teknologi yang terus berkembang setiap tahunnya yang membuat perhatian mereka terhadap perkara agama teralihkan oleh perkara dunia. Banyak dari muslimin di masa sekarang telah melupakan kewajiban mereka sebagai seorang muslim. Banyak dari mereka yang meninggalkan shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya hanya untuk kepentingan dunia yang fana ini.

Adapun penyebab dari kelalaian ini tidak lain dan tidak bukan adalah ‘aqidah (keyakinan) yang semakin melemah dalam diri seorang muslim. Mungkin, banyak dari kita bertanya, “apa maksud dari lemah iman?”, “Apa penyebabnya?”, dan lain sebagainya dari pertanyaan yang biasanya keluar dari mereka yang belum mempelajari ilmu syari’at dan belum memahami bahasa Arab dengan baik. Mengapa bahasa Arab? Ini karena ilmu syari’at dan ‘aqidah erat kaitannya dengan Al-Qur’an yang diturunkan dengan bahasa tersebut. Ketika seseorang bisa memahami tafsir atau makna yang terkandung dalam kitab Allah ini, maka ia akan memahami uluhiyyah dan rububiyyah Allah yang dijelaskan di dalamnya, yang akan membuatnya lebih mengenal Allah dengan nama dan sifat-sifatnya.

Kurangnya jumlah muslimin yang menguasai dan memahami bahasa Al-Qur’an ini menjadi salah satu faktor melemahnya Islam di era sekarang. Tanpa disadari, kita sedang dihadapi oleh permasalahan yang disebut gazwu fikriy (perang pemikiran), yang merupakan suatu upaya atau strategi barat untuk menyerang umat Islam dari segi ajaran, pola pikir dan citra umat Islam itu sendiri. Sehingga, tidak jarang dari muslimin yang semakin jauh dari agamanya dan dari ‘aqidah yang benar.

‘Aqidah adalah asas yang berperan penting dalam menjaga iman dan keistiqamahan seorang muslim. Semakin benar ‘aqidah seseorang, semakin kuat iman yang ia miliki. Mungkin, kalian pernah berpikir, mengapa Islam terpecah menjadi furuq (kelompok-kelompok), sebagaimana yang dijelaskan di hadis bahwasannya agama ini akan terbagi menjadi 73 kelompok, semuanya akan masuk neraka kecuali satu, yaitu Ahlussunnah wal jama’ah. Penyebabnya adalah pemahaman ‘aqidah yang salah. Memang, mereka masih mengakui keesaan Allah سبحانه و تعالى dan hanya dialah tuhan yang berhak disembah. Tetapi, mereka menyeleweng dalam menafsirkan hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur’an.

Sebagai contohnya, salah satu kelompok dari furuq ini menafsirkan makna yad yang artinya ‘tangan’ dengan ‘kekuasaan’. Hal ini tentunya merupakan suatu kesalahan yang besar karena mereka telah menafsirkan kalamullah dengan tafsir yang salah. Mari kita perhatikan keadaan di sekeliling kita. Negara Indonesia adalah negara yang penduduknya bermayoritas Islam. Oleh karena itu, pelajaran ‘aqidah (tauhid) menjadi salah satu mapel yang diajarkan di sekolah, mulai dari SD sampai SMA. Tapi, apakah kalian melihat hasil dari pembelajaran ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? Jawabannya tidak.

Jika ilmu ini telah dipraktekkan, tentunya kita tidak menemukan lagi orang yang masih berdo’a dan shalat di kuburan para wali, yang mereka yakini bahwa para wali tersebut bisa menjadi perantara dikabulkannya do’a mereka. Padahal, sebagaimana yang kita tahu, bahwasannya Allah maha mendengar lagi maha melihat semua perkataan dan perbuatan makhluknya. Tetapi sayangnya, sebagian besar masyarakat Indonesia belum menyadari hal ini. Mengapa? Karena buku yang dipelajari di sekolah adalah buku yang sudah diterjemahkan dan tidak bisa menjadi pegangan dalam mempelajari ‘aqidah yang benar.

Setelah diamati, banyak kesalahan dan ungkapan-ungkapan yang kurang tepat dalam buku-buku ini, dan yang paling menyedihkannya, para guru agama juga tidak menyadari kesalahan ini dan tidak mencari referensi yang benar tentang apa yang akan diajarkannya di kelas. Referensi yang dimaksudkan di sini tentunya bukan google, melainkan kitab-kitab yang dituliskan oleh salafusshalih, seperti kitab syarhul ‘aqidah at-tahawiyyah yang bisa menjadi rujukan seorang muslim dalam memahami ‘aqidah yang benar. Akan tetapi, kebutaan masyarakat negara ini terhadap bahasa Arab membuat mereka tidak membaca kitab ini.

Inilah mengapa bahasa Arab sangat penting untuk dipelajari, dan salah satu kampus di Indonesia yang memfasilitasi pembelajaran ini adalah Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah yang terletak di Sukabumi, Jawa Barat. Mereka yang memahami bahasa Arab akan mengetahui dan mengerti kebenaran dunia dan agama ini. Mengapa manusia memiliki agama yang berbeda-beda, padahal pencipta mereka satu dan agama yang benar hanya Islam. Hal-hal ini sebenarnya telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, hadis, dan kitab-kitab tafsir yang dituliskan oleh para ulama salaf terdahulu. Maka dari itu, pelajarilah bahasa Arab dan cintailah ia karena ia adalah akar dari segala ilmu pengetahuan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image