Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan

Perjalanan Perjuangan Dakwah Rasulullah: Janji Allah akan Kemenangan Islam atas Agama Lain

Agama | 2025-02-24 09:56:24
Sumber: Flickr

Pendahuluan

Dakwah Rasulullah ﷺ merupakan cikal bakal perjuangan Islam yang tidak hanya menyebarluaskan dan mengajarkan agama Islam, tetapi juga sebagai bentuk dari perjuangan sosial, politik, dan kebudayaan. Pemikiran Ahmad Mansur Suryanegara tentang dakwah Rasulullah ﷺ dalam bukunya Api Sejarah Jilid I menggarisbawahi pentingnya keteguhan, kesabaran, dan strategi dalam menghadapi lawan, baik itu secara langsung maupun melalui cara yang lebih halus.[1]

Dakwah ini bukan hanya sekadar menyampaikan wahyu atau menyeru sekian banyak manusia untuk memeluk Islam, melainkan juga bertujuan untuk mengubah tatanan sosial yang sudah mapan, menumbangkan kebatilan, dan menegakkan nilai-nilai kebenaran, keadilan, serta nilai ke-tauhid-an.

Hakikat Dakwah Awal Rasulullah ﷺ

Dakwah Rasulullah ﷺ dimulai dengan pengalaman spiritualitas yang luar biasa ketika beliau menerima wahyu pertama di Gua Hira, Jabal Nur. Ini adalah titik awal dari pergerakan dakwah Islam yang tidak hanya sekadar bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga berupaya untuk menumbangkan kebatilan yang sudah begitu mendalam dalam masyarakat Suku Quraisy.

Pada awalnya, dakwah ini sangatlah sederhana. Rasulullah ﷺ di awal dakwahnya hanya didukung oleh Siti Khadijah r.a., yang berperan sebagai istri setia beliau dan selalu memberikan dukungan moral dan spiritual yang sangat berarti.

Namun, meskipun dimulai dengan dukungan yang terbatas, dampak dari dakwah tersebut begitu besar. Rasulullah ﷺ tidak hanya menghadapi tantangan spiritual dalam dirinya sendiri, tetapi juga tantangan besar dari masyarakat yang telah terkondisi dengan sistem kepercayaan dan nilai-nilai jahiliyah yang jauh dari nilai-nilai tauhid. Proses ini menggambarkan betapa dakwah tidak dapat berjalan mulus tanpa menghadapi berbagai lawan, baik dalam bentuk perlawanan fisik, psikologis, maupun ideologis.

Kejadian Guncangan Spiritual dan Makna di Baliknya

Salah satu aspek penting yang perlu digarisbawahi adalah reaksi Rasulullah ﷺ terhadap wahyu pertama yang diterimanya. Ketika beliau menerima wahyu tersebut, beliau merasa terguncang, gemetar, dan bahkan kedinginan. Pengalaman spiritual yang luar biasa ini adalah tanda dari keagungan wahyu yang diterima. Namun, di balik keguncangan tersebut, terdapat pesan yang sangat mendalam tentang keteguhan hati dan keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan.

Dalam kondisi yang sangat terkejut dan bingung, Rasulullah ﷺ meminta bantuan kepada Siti Khadijah r.a. agar beliau diselimuti, tetapi selimut bukanlah penangkal kegelisahan yang dirasakannya.

Momen ini mengandung pesan penting bahwa dalam menghadapi keguncangan spiritual dan tantangan hidup, bantuan manusiawi tidak selalu cukup. Dalam hal ini, Allah memberikan perintah melalui Malaikat Jibril a.s. untuk bangkit dan menyampaikan wahyu tersebut kepada umat manusia tanpa kenal henti, meskipun malam telah tiba. Hal ini menggambarkan bahwa dakwah tidak mengenal waktu dan ruang—ia adalah sebuah tugas yang harus dilaksanakan tanpa peduli keadaan.

Dakwah yang Tidak Mengenal Waktu

Ahmad Mansur Suryanegara menyoroti tentang hakikat dakwah yang tidak mengenal waktu. Hakikat dakwah seperti ini dicontohkan langsung oleh Rasulullah ﷺ di mana ia tidak berhenti berdakwah, meskipun di tengah malam hari. Ini menunjukkan bahwa dakwah adalah tugas yang mulia dan penting, yang harus dilaksanakan dengan penuh dedikasi.

Meskipun tantangan dan lawan yang datang silih berganti, Rasulullah ﷺ tetap melaksanakan perintah Allah untuk menyebarkan wahyu, tidak terhalang oleh waktu dan keadaan. Setiap Muslim, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ, seyogyanya tidak hanya menjaga ibadah wajib seperti shalat, tetapi juga berusaha untuk memperbaiki diri dan masyarakat dengan menerapkan nilai-nilai yang diajarkan oleh wahyu-wahyu Allah dan perilaku dari Nabi Muhammad ﷺ.

Proses Sejarah Dakwah yang Penuh Tantangan

Dalam perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ, beliau kerap menghadapi berbagai macam perlawanan dan tantangan dari Suku Quraisy yang merasa terancam dengan ajaran Islam. Kaum Quraisy ini tidak hanya menentang Rasulullah ﷺ dalam segi ideologi, tetapi juga dari sisi sosial, ekonomi, dan politik.

Dakwah Islam yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ nyata-nyata telah mengguncang struktur sosial yang sudah sangat mapan, sehingga mereka berusaha segala cara untuk menghentikannya, baik melalui fitnah, pengucilan, maupun kekerasan fisik. Itulah sikap teguh dalam berpegang pada kebenaran yang selalu dijalankan oleh Rasulullah ﷺ!

Meskipun demikian, sementara Rasulullah ﷺ dihadapkan pada berbagai bentuk perlawanan, dakwah beliau pun tetap tidak berhenti. Bahkan, dakwah ini semakin berkembang dan mendapat tempat di hati banyak orang.

Kesabaran, keteguhan, dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh Rasulullah ﷺ dalam menghadapi lawan-lawannya, menunjukkan bahwa keberhasilan dakwah bukan hanya ditentukan oleh banyaknya pengikut, melainkan juga oleh kesetiaan dan keteguhan hati dalam menghadapi setiap ujian.

Kemenangan dan Keberlanjutan Dakwah Rasulullah ﷺ

Kemenangan besar yang dicapai Rasulullah ﷺ atas Suku Quraisy Mekah pada tahun 11 H/632 M menandai titik balik dalam sejarah gilang-gemilang peradaban Islam. Peristiwa ini tidak hanya menjadi kemenangan fisik dalam pertempuran, tetapi juga kemenangan cahaya spiritualitas yang membuka jalan bagi penyebaran ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia. Ahmad Mansur Suryanegara melihat peristiwa ini sebagai sebuah momentum yang mempercepat proses transformasi sosial dan keagamaan, sekaligus meneguhkan janji Allah yang akan memimpin umat Islam menuju kemenangan.

Proses penyebaran Islam yang sangat cepat dan luas, baik ke wilayah timur, barat, utara, maupun selatan, memperlihatkan kekuatan dari cahaya dakwah Rasulullah ﷺ dan pengaruhnya yang tak terbantahkan. Dalam konteks ini, kemenangan Islam atas Suku Quraisy membuka peluang besar bagi umat Islam untuk lebih memperkenalkan agama ini ke berbagai belahan dunia dengan cara yang berbeda, seperti melalui jalur niaga dan jalan laut (maritim).

Penyebaran Islam ini tidak hanya terbatas pada wilayah Timur Tengah, tetapi juga terus meluas ke Asia Tenggara, India, Cina, Eropa, hingga Afrika. Banyaknya wilayah yang menjadi tempat perdagangan, baik darat maupun maritim, menunjukkan bagaimana Islam berhasil meraih hati umat manusia dari berbagai ras, etnis, dan latar belakang kebudayaan.

Pengaruh Nama Jayakarta dan Sejarah Indonesia

Nama Jakarta, yang dulunya dikenal dengan nama Pelabuhan Sunda Kalapa, menjadi simbol kemenangan Islam yang luar biasa. Dalam temuan Ahmad Mansur Suryanegara, pergantian nama tersebut bukan hanya sekadar perubahan nama secara simbolik, melainkan juga sebuah pengakuan terhadap kemenangan spiritualitas yang dicapai oleh umat Islam di Nusantara.

Nama “Fathan Mubina” yang berarti “Kemenangan Paripurna”. Kata ini diambil dari ayat (1) dalam Surah Al-Fath sebagai refleksi dari kemenangan yang paripurna terhadap kekuatan imperialisme Katolik Portugis yang berusaha menguasai wilayah ini.

Sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepadamu kemenangan yang nyata [fatḥam mubīnā(n)] (QS Al-Fatḥ: 1)[2]

Kemenangan ini juga dipandang sebagai penghalang terhadap upaya penjajahan yang dilakukan oleh kekuatan imperialisme Barat, termasuk dalam hal ini adalah kekuatan Katolik yang berusaha menancapkan pengaruhnya di Nusantara.

Wali Sanga yang merupakan tokoh penting dalam penyebaran Islam di Indonesia pun dianggap sebagai garda terdepan dalam menggagalkan rencana imperialisme tersebut. Dengan mendirikan pusat-pusat dakwah yang juga berfungsi untuk pusat perlawanan terhadap dominasi penjajahan dan membawa ajaran Islam yang lebih damai dan inklusif, Wali Sanga berhasil menelurkan kader-kader Islam terbaiknya hingga Indonesia dapat merdeka.

Penyebaran Islam di Berbagai Wilayah Dunia

Penyebaran Islam setelah kemenangan Rasulullah ﷺ di Mekah, sangatlah cepat. Penyebaran ini mencakup hampir seluruh wilayah dunia.

Menurut hitungan Masehi, dalam waktu seratus tahun setelah wafatnya Rasulullah ﷺ (632-732 M), ajaran Islam telah menguasai wilayah yang sangat luas. Proses ini dilakukan melalui berbagai cara, termasuk melalui jalan perdagangan, melalui jalur laut dan darat, serta dengan pendekatan yang damai dan penuh hikmah.

Di kawasan timur, Islam berkembang pesat di wilayah India, Cina, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, yang kelak menjadi salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.

Di sisi barat, Islam menyebar ke wilayah Eropa melalui Spanyol dan kawasan Mediterania, sedangkan di bagian utara, Islam memasuki wilayah perbatasan Rusia bagian selatan. Penyebaran ini menunjukkan bahwa ajaran Islam berhasil menembus berbagai batas geografis dan budaya, yang pada akhirnya berhasil membentuk peradaban baru yang menghubungkan antarwilayah dan antarbangsa dalam satu spirit keislaman.

Islam dan Janji Allah dalam Surah Al-Fath Ayat 28

Surah Al-Fath ayat 28 berbicara tentang janji Allah bahwa Islam akan selalu dimenangkan, meskipun pada saat tertentu Islam harus tertunduk atau bahkan mengalami kekalahan terlebih dahulu. Namun, sebagaimana yang diungkapkan dalam sejarah, meski umat Islam pernah mengalami kekalahan, baik dalam perang maupun dalam pertempuran ideologis, Allah selalu memberikan jalan dan metode baru yang akhirnya mendatangkan kemenangan.

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia mengunggulkan (agama tersebut) atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai saksi. (QS Al-Fatḥ: 28)

Dalam konteks sejarah Spanyol, misalnya, meskipun Islam terpaksa keluar dari Spanyol setelah berabad-abad berkuasa, Islam tidak kehilangan eksistensinya. Sebaliknya, Islam terus berkembang di wilayah-wilayah lain. Keadaan ini membuktikan bahwa janji Allah untuk memenangkan agama-Nya selalu dan tetap berlaku.

Islam yang Tembus Batas Waktu dan Wilayah

Penyebaran Islam yang begitu cepat dan luas menunjukkan bahwa dakwah Rasulullah ﷺ tidak hanya menjadi sebuah peristiwa sejarah, tetapi juga sebuah proses yang berkelanjutan. Keberhasilan dakwah Islam dalam menembus batas-batas geografis dan waktu menjadi bukti nyata bahwa ajaran Islam merupakan agama yang universal dan relevan di segala zaman dan di mana pun.

Dalam hal ini, pemikiran Ahmad Mansur Suryanegara mengajak kita untuk melihat lebih dalam bahwa kemenangan dakwah Rasulullah ﷺ bukan hanya kemenangan spiritual, melainkan juga kemenangan atas sistem dan struktur sosial yang tidak adil, serta kemenangan atas kebatilan yang ada dalam masyarakat pada masa itu.

Referensi

[1] Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 1: Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ed. oleh Nia Kurniawati, Anni Rosmayani, dan Rakhmat Gumilar, Rev., Api Sejarah (Bandung: Suryadinasti, 2014), https://books.google.co.id/books?id=0AMxDwAAQBAJ.

[2] Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Kemenag (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2022), https://quran.kemenag.go.id/.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image