
Masjid Al-I'tisham, 'Welcome' 24 Jam
Agama | 2025-02-20 19:27:23Terinspirasi buku "Taman-Taman Firdaus" karya Alwi Sahab (Penerbit Republika, 2023) yang mengupas jejak keberagamaan di ibukota, siang itu saya bergegas ke kawasan Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tujuan saya adalah Masjid Al-I'tisham.
Setelah membaca buku itu, saya makin percaya bahwa Jakarta tidak hanya disesaki gedung-gedung pencakar langit, mengularnya lalu lintas di jalanan, atau riuhnya expo usaha semata, tetapi juga dihiasi aneka rupa kegiatan keagamaan. Kesadaran akan pentingnya kebutuhan spiritualitas dibalik ritme rutinitas.

Dari kos saya menuju lokasi hanya membutuhkan belasan menit naik motor, itu pun karena ada lampu merah dekat stasiun Karet. Tak jauh dari pasar Tanah Abang. Pemakaman Karet Bivak -makam beberapa tokoh bangsa seperti HM.Natsir, Fatmawati Soekarno, Chairil Anwar, Ismail Marzuki- berada di sebelah kanan jalan yang saya lewati.
Setelah belok di dekat sebuah hotel, akhirnya sampai juga di parkiran masjid. Waktu menunjukkan pukul 11.30-an, azan dhuhur Jakarta masih kurang sekira setengah jam lagi. Bang Ifan, petugas parkir, menyambut dengan senyum ramah. Kami pun mengobrol sebentar. Baru kali pertama saya menginjakkan kaki di masjid yang didominasi warna putih itu. Sebelumnya hanya melintas di jalan yang ada di depannya saja.

Ahad, 2 Februari 2025, usai sholat dhuhur berjamaah, saya duduk di karpet tak jauh dari mimbar. Belum beranjak. Tak lama berselang, seorang bapak berkopiah hitam dan berkacamata, menghampiri lalu duduk di sebelah kiri saya. Ternyata dia adalah imam masjid tersebut. Namanya Abdul Qodir, umurnya 75 tahun, berasal dari Jember, Jawa Timur. Sejak tahun 2000 sudah aktif di masjid ini. Dia melanjutkan cerita tentang masjid bahwa pendiri awalnya adalah H.M Darno, seorang pejuang kemerdekaan.

Abdul Qodir sebelumnya sekedar membantu di masjid sejak 1974 ketika masih terletak di Jalan Sudirman (dekat patung Sudirman sekarang). Karena terkena pelebaran jalan Sudirman dan proyek pendukung di sekitarnya maka masjid dipindah atau di tukar guling dengan lahan lebih luas tetapi tidak di pinggir jalan besar.
Sekarang berada di jalan Abdul Jalil RT 10 RW 9 Karet Tengsin, Tanah Abang Jakarta Pusat. Dekat SMKN 38 Jakarta dan hotel Shangrila berada di sebelah utara masjid. Tangga pintu utama di sisi utara.
Menurut Abdul Qodir, penghuni sekitar banyak mendukung kegiatan masjid seperti penghuni apartemen Sudirman Park. Kini dia ditemani seorang imam dari Banten yang juga seorang hafidz.
Area salat di lantai atas, sedangkan lantai dasar untuk berbagai kegiatan termasuk pengajian. Jumlah marbot ada 12 orang. Masjid tanpa AC ini mengandalkan ventilasi kanan kiri dinding. Takmir tidak melarang anak-anak kecil datang dan bermain.
"Kenapa kok buka 24 jam, Pak?" tanya saya. "Buka 24 jam untuk mempermudah ibadah orang yang kebetulan lewat atau jamaah tetap. Kalau pun pagarnya kelihatan ditutup tetapi pintu pagar tidak dikunci atau digembok," jelasnya.
Sesekali aroma masakan terbawa angin dari kantin Barokah Al-I'tisham di halaman masjid. Tersedia masakan Padang, aneka minuman, jus, soto ayam, sop kambing, dimsum, nasi goreng, dan sebagainya.
Salah satu tantangan yang dihadapi masjid Al-I’tisham adalah kebutuhan untuk terus meningkatkan fasilitas dan pelayanan jamaah, mengingat letaknya di kawasan bisnis juga menuntut pengelolaan yang efisien dan melayani.
Semoga masjid Al-I’tisham dapat menjadi oase spiritual bagi masyarakat sekitar atau para musafir.

Masjid Al-I’tisham di daerah Sudirman semoga tidak hanya menjadi tempat beribadah, tetapi tempat untuk mencari ketenangan dan memperdalam nilai spiritualitas. Semacam oase spiritual di tengah kesibukan metropolitan.
Seribu masjid satu jumlahnya, kata Emha Ainun Najib. Buya Hamka pernah menulis bahwa di mana pun kita berada tergantung apa yang kita cari. Di Amerika pun ada tempat baik, di kawasan Arab juga ada tempat yang disalahgunakan menjadi kurang baik. Semoga setiap jengkal tanah yang kita kunjungi adalah tempat baik yang kelak menjadi saksi bahwa kita pernah bersujud di sana, atau ada secercah kebaikan yang pernah kita tebar di sana.
(Kereta Jogja-Surabaya,15 Februari 2025 dan bus DAMRI, 16 Februari 2025)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.