Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Herlambang Saleh

Kenangan Cukur Rambut di Bawah Pohon Rambutan

Curhat | 2025-02-12 12:15:34
Tukang Cukur Keliling yang Tersisih oleh Zaman (Sumber: Kompas.id)

Masa kecilku penuh dengan kenangan manis yang tak terlupakan. Salah satunya adalah saat-saat ketika tukang cukur keliling datang ke rumah untuk mencukur rambutku. Di belakang rumah kami, terdapat sebuah pohon rambutan yang besar dan rindang. Di bawah pohon itulah, di tanah kosong yang belum dibangun rumah, aku duduk di kursi kayu kecil untuk dicukur.

Saat mau cukur rambut, aku menunggu tukang cukur keliling lewat depan rumah. Terkadang sudah ditunggu tukang cukur pun tidak lewat depan rumah. Maka akun pun batal cukur rambut hari itu, menunggu kembali esok hari.

Saat menunggu keesokan harinya, tukang cukur pun lewat, aku langsung memanggilnya, "Mang, cukur!” Tukang cukur keliling itu datang menghampiriku dengan peralatan cukurnya yang sederhana. Ia membawa gunting cukur dan pisau cukur manual yang sudah diasah tajam. Semuanya masih manual, jauh dari peralatan modern seperti sekarang. Peralatan itu disimpan dalam sebuah kotak kayu yang sudah usang, namun tetap terawat dengan baik. Tukang cukur itu selalu tersenyum ramah, menyapa setiap orang dengan hangat.

Angin sore yang sepoi-sepoi meniup lembut, membuat suasana semakin nyaman. Aku duduk dengan tenang di bawah pohon rambutan, menikmati tiupan angin yang menyegarkan. Tukang cukur mulai bekerja dengan cekatan, memotong rambutku dengan gunting. "Jangan banyak gerak, ya," pesan Pak Jarwo sambil memegang gunting cukur. Aku mengangguk patuh, meski jantung berdebar-debar. Suara gunting "krek-krek" mulai terdengar, bergantian dengan suara gesekan pisau cukur yang ia asah di kulit panjang berwarna hitam. Kadang-kadang, ia berhenti sejenak untuk meniup rambut-rambut yang menempel di pisau. Aku menutup mata, merasakan setiap helai rambut jatuh ke tanah. Sesekali, ia menggunakan pisau cukur untuk merapikan bagian-bagian tertentu, memastikan hasil cukurannya rapi dan bersih.

Sambil mencukur, tukang cukur itu sering bercerita tentang berbagai hal. Ia bercerita tentang pengalamannya berkeliling kampung, bertemu dengan berbagai macam orang, dan mendengar berbagai cerita menarik. Aku selalu mendengarkan dengan antusias, membayangkan petualangan-petualangan yang ia ceritakan. Terkadang, ia juga bercerita tentang masa kecilnya sendiri, yang tak jauh berbeda dengan pengalamanku.

Di bawah pohon rambutan itu, aku merasa seperti berada di dunia yang berbeda. Dunia yang tenang dan damai, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Suara burung berkicau, daun-daun yang bergoyang tertiup angin, dan aroma segar dari tanah yang lembab, semuanya menambah keindahan momen itu. Setiap kali rambutku dipotong, aku merasa semakin ringan dan segar, siap untuk menghadapi hari-hari berikutnya dengan semangat baru.

"Sudah selesai," ujar Si Akang Cukur, setelah sekitar setengah jam. Ia mengibaskan handuk kecil itu, membersihkan sisa-sisa rambut yang menempel di leher dan wajahku. Aku mengusap kepala yang terasa ringan, lalu berdiri untuk bercermin di kaca kecil yang ia bawa. Rambutku kini rapi, pendek, dan terasa begitu segar.

Setelah selesai mencukur, tukang cukur itu selalu memastikan bahwa hasil kerjanya memuaskan. Ia akan memeriksa setiap sudut, memastikan tidak ada rambut yang terlewat. Kemudian, ia akan membersihkan peralatannya dengan teliti, menyimpannya kembali ke dalam kotak kayu.

Sebagai ucapan terima kasih, Bapak membayar jasa cukur sepuluh ribu saat itu serta memberikannya segelas teh hangat. Akang cukur menyeruput minuman hangat tersebut. Sebelum pergi, ia selalu memberikan senyuman dan ucapan terima kasih, meninggalkan kesan yang mendalam di hatiku.

Kenangan cukur rambut di bawah pohon rambutan ini selalu terpatri dalam ingatanku. Meskipun sekarang aku sudah dewasa, kenangan itu tetap hidup dalam benakku. engalaman ini mengajarkanku banyak hal. Tentang pentingnya menghargai setiap momen kecil dalam hidup, tentang keindahan kesederhanaan, dan tentang bagaimana kebahagiaan bisa ditemukan di tempat-tempat yang paling tak terduga. Sebuah memori sederhana, tapi penuh makna, tentang masa kecil yang begitu dekat dengan alam dan kehangatan manusia telah memberikan warna dalam hidupku yang tak akan pernah pudar. (hes50)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image