
Cara Termudah Menggugurkan Teori Big Bang
Riset dan Teknologi | 2025-02-09 19:08:56CARA TERMUDAH MENGGUGURKAN TEORI BIG BANG
Sebagai orang yang beriman, kita semua percaya bahwa alam semesta beserta isinya ada yang menciptakaan. Dari tiada, menjadi ada, dan kemudian tiada kembali. Termasuk percaya pula bahwa setelah kehidupan di dunia ini, ada kehidupan yang abadi bernama akhirat. Siapa yang menciptakan alam semesta dan kehidupan ini? jawabannya adalah Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Bagaimana kita tahu bahwa Allah adalah yang menciptakan alam semesta? Sudah barang tentu informasi dari Tuhan itu sendiri melalui para nabi dan rasul serta kitab-kita yang diturunkannya.
Selanjutnya, bagaimana dengan penjelasan dari ilmuwan tentang hakihat “kejadian” alam semesta ini? Teori ilmiah yang dianggap paling kuat dan paling banyak diterima “kebenarannya” di kalangan ilmuwan adalah Teori Ledakan Besar (Big Bang Theory).
Menurut teori ini, proses kejadian alam semesta ini berasal dari sebuah materi yang terkekang. Akibat dari terkekangnya materi tersebut menimbulkan ledakan yang dahsyat dan energi yang yang sangat besar. Setelah terjadi ledakan, materi tersebut kemudian hancur. Bagian-bagian awal dari materi yang hancur itu kemudian menggumpal dan bernetuk elektron dan proton. Selanjutnya, muncullah gas hidrogen dan helium. Menurut penggagas teori ini, alam semesta merupakan perwujudan dari gumpalan-gumpalan dari kedua gas tersebut.
Proses selanjutnya adalah gumpalan gas tersebut saling melakukan daya tarik, sehingga membentuk seperti gumpalan asap. Dari proses kejadian inilah kemudian terbentuk tata surya, bintang, planet, bumi, dan semua benda yang ada di jagad raya ini.
Itulah penjelasan dari para ilmuwan tentang proses kejadian alam semesta ini. Lalu, apa kesimpulan dari teori tersebut?
Kesimpulannya adalah bahwa PERAN Tuhan tidak ada. Semuanya terjadi sesuai dengan Hukum Alam itu sendiri. Materi-materi yang ada di alam semesta ini semuaya berjalan mengikuti “kehendak” dari hukum alam yang bersifat tetap. Dengan demikian, berarti hilangnya posisi dan peran agama dalam semua kancah ilmu pengetahuan. Alasannya, baik Tuhan maupun dogma-dogma agama tidak bisa dibuktikan secara ilimiah, yaitu dengan menggunakan metode ilmiah.
Metode Ilmiah versus Metode Aqliyah
Sebagaimana kita kita ketahui bersama, metode ilmiah sesungguhnya hanya merupakan salah satu cabang dari metode aqliyah. Metode ilmiah memang memiliki keunggulan, terutama kemampuannya dalam mengungkap fenomena alam maupun dalam proses untuk menghasilkan teknologi.
Metode ilmiah digunakan untuk kepentingan riset atau penelitian yang obyeknya bisa diuji dalam skala laboratorium. Sedangkan untuk obyek-obyek penelitian yang tidak bisa diuji dalam skala laboratorium, maka penggunakan metode ilmiah ini akan memiliki banyak kelemahan. Sehingga kesimpulan ilmiah yang dihasilkan tentu akan sangat lemah, jauh dari kebenaran ilmiah yang bersifat pasti.
Misalnya, untuk penelitian yang obyeknya adalah fenomena sosial, maka penggunaan metode ilmiah adalah langkah yang terlalu dipaksakan. Sebab, fenomena sosial tidak bisa dibuat skala laboratoriumnya. Sedangkan penggunaan model matematika sesungguhnya akan mengebiri fenomena kehidupan sosial itu sendiri. Padahal, permasalahan sosial adalah fenomena yang sangat kompleks dan dinamis.
Lantas, apa yang seharusnya digunakan oleh manusia untuk melakukan pengkajian dan penelitian terhadap obyek-obyek sosial? Jawabannya adalah Metode Aqliyah. Dengan metode aqliyah inilah, kebenaran yang bersifat PASTI akan bisa diraih.

Cukup Dua Pertanyaan
Jika Teori Big Bang dianggap sebagai teori asal-muasal kejadian alam semesta, dengan hanya menggunakan dua pertanyaan saja, maka teori akan dapat GUGUR dengan sendirinya. Pertanyaan tersebut adalah:
1. Dari mana asal-muasal materi yang terkekang yang ada di alam raya tersebut? Mengapa tiba-tiba sudah ada materi?
2. Mengapa tiba-tiba terjadi ledakan yang dahsyat dengan energi yang sangat besar? Siapa yang meledakkan? Energi yang begitu besar dan mahadahsyat itu berasal dari mana? Apakah tidak ada penyebabnya?
Apabila para ilmuwan tidak bisa menjawab kedua pertanyaan di atas, maka Teori Big Bang tidak layak untuk dikatakan sebagai teori yang masuk akal.
Referensi:
Dwi Condro Triono. 2020. Falsafah Ekonomi Islam, Ekonomi Islam Madzhab Hamfara Jilid 1. Irtikaz: Yogyakarta.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook