Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image elvi gusmita

Kecanduan Sosial Media (FoMO) pada Remaja Dapat Menimbulkan Kecemasan dan Krisis Identitas

Trend | 2025-02-05 16:46:03
komite.id

Mayoritas pengguna media sosial (54,1%) berusia antara 18 dan 34 tahun, dengan lebih banyak perempuan (51,3%) daripada laki-laki (48,7%). Pada awal tahun 2024, jumlah pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 221,5 juta, atau tepatnya 221.563.479. Generasi Z (lahir 1997-2012, usia 12-27 tahun) adalah kelompok usia yang paling banyak terhubung dengan internet, yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Fear of Missing Out (FoMO) adalah sensasi ketidaknyamanan yang dialami seseorang ketika mereka menyaksikan orang lain mendapatkan kesenangan sementara mereka tidak. Hal ini mendorong orang untuk ingin tahu tentang pengalaman baik orang lain, sampai-sampai mereka mungkin berpikir dan bertindak tidak rasional untuk memenuhi kebutuhan mereka (Nagari et al., 2023).

Labubu

Labubu adalah karakter boneka yang dirancang oleh seorang seniman asal Hong Kong pada tahun 2015. Labubu muncul sebagai peri dengan taring tajam, senyum jahat, dan telinga lancip. Tren boneka Labubu bermula pada April 2024, ketika Lisa BLACKPINK membuat boneka Labubu sebagai gantungan tas dan mengunggahnya ke platform media sosial Instagram. Hal ini memicu minat terhadap boneka Labubu di kalangan konsumen Thailand (Hardianti et al., 2024). Tren ini kemudian meluas ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, demam boneka Labubu mengakibatkan antrean panjang di pusat perbelanjaan (Maria, Irpani, Khariza, & Ramadhani, 2025).

Coklat Dubai

Cokelat Dubai, makanan manis baru dari Timur Tengah, baru-baru ini menggemparkan dunia kuliner. Fix Dessert Chocolatetier, yang dimiliki oleh Sarah Hamouda, menciptakan cokelat Dubai pada 7 Oktober 2022. Cokelat batangan yang mengandung pistachio kunafa ini memberikan pengalaman gurih, renyah, dan manis. Popularitas cokelat ini melejit setelah video ASMR yang menampilkan seorang influencer Tiktok yang menikmatinya menjadi viral dan ditonton lebih dari 56 juta kali. Popularitas cokelat Dubai di pasar Indonesia, terutama di kalangan penikmat makanan unik dan premium, telah menjadi daya tarik yang tinggi, terutama karena fakta bahwa cokelat ini telah menjadi viral di media sosial. Selain itu, variasi dari cokelat ini, seperti brownies, es krim, dan martabak dengan rasa cokelat Dubai dan pistachio kunafa, telah memperluas pilihannya.

Ketakutan akan ketinggalan acara atau pengalaman populer memainkan peran penting dalam sindrom FoMO, yang menunjukkan konsekuensi psikologis dan perilaku dari kekhawatiran tersebut. Fardouly dkk (Mahmud, 2024), menemukan bahwa paparan gambar-gambar yang diidealkan di media sosial dapat mengurangi kepuasan tubuh dan meningkatkan kecemasan akan penampilan diri, yang berkontribusi pada krisis identitas. Menurut teori psikososial Erik Erikson, krisis identitas adalah momen kritis di mana seorang individu mengembangkan “kesetiaan”, atau kemampuan untuk membuat dan mempertahankan komitmen terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ia yakini, meskipun nilai-nilai tersebut terkadang bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya (Reinandini, Rosyada, & El Salim, 2024).

Erikson berpendapat bahwa individu mengalami krisis identitas ketika mereka mencoba mencari tahu siapa mereka dan di mana mereka berada dalam kerangka sosial yang lebih luas (Mahmud, 2024). Erikson menekankan betapa pentingnya memenuhi kebutuhan psikologis dasar seperti keterikatan, otonomi, dan kemampuan. Remaja FoMO sering merasa tidak terikat, yang membuat mereka mencari validasi dari interaksi di media sosial. Remaja dapat menghabiskan lebih banyak waktu di platform digital jika mereka tidak puas dalam hubungan nyata, yang mempercepat siklus kecanduan. Kecanduan media sosial juga dapat memperburuk krisis identitas ini karena remaja sering membandingkan diri dengan citra ideal yang tidak realistis di platform tersebut. Remaja yang mengalami FOMO biasanya mencari validasi sosial melalui banyaknya "like", komentar, dan pengikut.

Menurut Masten dan Reed (Mahmud, 2024) tentang “Resilience in Development”, menemukan bahwa dukungan sosial dari keluarga, guru, teman, dan komunitas dapat membantu individu mengatasi krisis identitas dan kecanduan media sosial serta membangun identitas yang stabil. Mengadakan seminar tentang manajemen waktu dan membahas dampak buruk dari penggunaan media sosial yang berlebihan dan cara mengatasi masalah tersebut. Remaja harus berusaha mengembangkan minat yang lebih positif, seperti membaca buku, berolahraga, mengikuti volunteer, organisasi, dan komunitas adalah beberapa cara untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain.

Selain itu, dapat menggunakan Terapi Kognitif Perilaku (CBT) dan layanan konseling membantu remaja yang mengalami kecemasan atau krisis identitas karena terlalu banyak menggunakan media sosial. Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad memberikan gagasan untuk mengembangkan identitas yang sehat dan koheren, seperti perlunya kesadaran diri, keyakinan agama, dan interaksi sosial yang kuat. Mengintegrasikan sudut pandang Islam ke dalam penelitian ini dapat memberikan solusi yang lebih komprehensif dan tepat untuk dilema identitas Generasi Z (Mahmud, 2024).

Penulis:

1. Elvi Gusmita (230802010)

2. Ayu Puspita Ningrum (230802041)

3. Nadya Defitri (230802037)

4. Hafsah Dilla (230802050)

Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Psikologi Perkembangan dengan dosen pendamping Ibu Puti Febrina Niko, M. Psi, Psikolog dan Ibu Ajeng Safitri, M. Psi., Psikolog.

Sumber:

Ernawati. (2024). Dampak Kecanduan Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Remaja: Studi Cross Sectional. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 78-92.

Feist, J., & Feist, G. j. (2008). Theories Of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Firdaus, N. H. (2024). Dampak Fomo Media Sosial Pada Kepercayaan Diri Remaja. Jurnal Lingkar Pembelajaran Inovatif, 20-27.

Lay, T. A., Meiyuntariningsih, T., & Ramadhani, H. S. (2023). Kecenderungan kecanduan media sosial pada remaja: Adakah peran fear of missing out? Journal of Psychological Research , 605 – 615.

Mahmud, A. (2024). Krisis Identitas di Kalangan Generasi Z dalam Perspektif Patologi Sosial pada Era Media Sosial. Jurnal Ushuluddin, 279-311.

Maria, V., Irpani, F. S., Khariza, N. A., & Ramadhani, V. (2025). Analisis Fear of Missing Out (FoMO) Labubu terhadap Pembelian Impulsif di Kalangan Masyarakat Indonesia. Jurnal Riset dan Publikasi Ilmu Ekonomi, 128-135.

Pebriyani, H. (2024, 2 6). Komite.Id Inspirasi globalisasi 4.0 & Industri 4.0 Untuk Indonesia. Retrieved from Komite.Id: https://www.komite.id/2024/02/06/hasil-survei-apjii-pengguna-internet-di-indonesia-tembus-221-juta-mendominasi-gen-z/

Phitaloka, A. H., Ramdhani, A. P., & Aldama, V. Z. (2023). Artikel Indikasi Gangguan Kesehatan Mental Akibat Kecanduan Penggunaan Media Sosial. Seminar Nasional Universitas Negeri Surabaya, 1318-1327,.

Puspitasari, W., & Fikry, Z. (2023). Kontribusi Kontrol Diri terhadap Kecanduan Media Sosial Tiktok pada Remaja di Kabupaten Bekasi. Jurnal Pendidikan Tambusai, 13958-13964.

Reinandini, E., Rosyada, A., & El Salim, S. F. (2024). Krisis Identitas Dalam Perspektif Psikologi Islam Tentang Pencarian Jati Diri. Jurnal Ilmiah Psikologi dan Kesehatan Masyarakat, 1-15.

Sachiyati, M., Yanuar, D., & Nisa, U. (2023). Fenomena Kecanduan Media Sosial (Fomo) Pada Remaja Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fisip Usk, 1-18.

Sudais, M. R. (2024, 12 11 ). Kompasiana Beyond Blogging. Retrieved from Kompasiana.com: https://www.kompasiana.com/muhammadrafi0493/6759b81934777c40a021c422/trend-coklat-dubai-antara-sensasi-rasa-tau-fomo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image