Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ach. Faiz Abian Itisham Billah Faishal

Hire for Attitude, Train for Skill

Bisnis | 2025-02-03 13:23:16

Perubahan merupakan suatu kondisi yang yang tidak bisa kita hindarkan. Perubahan bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan pada siapa saja. Perubahan yang terjadi pada benda mati akan lebih mudah untuk diterapkan dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada benda mati. Jika kita bandingkan dengan perubahan kota dan perubahan sikap walikota selama 2 tahun ke depan, maka kita akan bisa melihat perkembangan yang berbeda diantara keduanya.

Perubahan yang terjadi pada sebuah bangunan atau tata letak kota akan sangat terlihat dan cepat, dibandingkan dengan sikap orang yang kita temui. Sikap merupakan setelan bawaan dari lahir, sehingga untuk merubahnya kita perlu menggerogoti akarnya terlebih dahulu jika ingin merubah sikap. Upaya yang bisa kita lakukan mungkin saja tak berarti apa-apa, karena akan sulit sekali dalam merubah sikap dan sifat asli dari seseorang.

Selain itu, Upaya merubah budaya akan terasa begitu susah dibandingkan merubah tata letak kota. Hal ini dikarenakan budaya merupakan sifat asli yang mengakar pada sebuah kelompok masyarakat. Tata letak kota akan selalu ada perbedaan. Bisa kita kita buktikan dengan perbedaan kota yang kita tinggalkan saat mau berangkat merantau dan kondisi saat kita kembali pulang di masa liburan. Setidaknya, tata letak pedagang kaki lima di kota kelahiran kita. Lalu apa yang bisa kita ambil dari alur pemikiran ini?

Rolf Dobelli dalam bukunya The Art of Good Life, “Hindari situasi yang membuat anda harus mengubah orang lain.” Hal-hal yang sifatnya eksternal akan jauh lebih mudah untuk diubah daripada hal yang bersifat internal. Dalam konteks ini, keterampilan akan bisa terus dikembangkan, sedangkan sikap harus ada dorongan internal untuk bisa merubahnya. Kekuatan ekternal sehebat apapun itu akan susah menghadapi pribadi yang tidak mau menumbuhkan niat dari dalam dirinya.

Saat menjalankan usaha, karena kita makhluk sosial, tentunya kita memerlukan sebuah orang untuk membantu usaha kita. Lalu, apakah semua orang bisa kita ajak untuk berkontribusi? Mungkin jawabannya tidak. Seringkali dalam situasi membuka lowongan seperti ini, kita akan lebih sering mengambil atau bahkan meminta orang-orang terdekat kita untuk ikut berkontribusi bersama.

Tindakan yang kita lakukan bukan tanpa alasan. Namun, secara psikologis kita akan nyaman bersama orang-orang terdekat, terlebih jika untuk mengembangkan diri kita. Selain itu, kita juga sudah cukup kenal dan mengetahui sikapnya, setidaknya kita lebih mengetahui orang tersebut daripada orang yang akan kita terima lamarannya dan wawancarai. Sehingga tidak heran jika orang-orang terdekat yang sangat berpotensi untuk lulus dalam seleksi. Walaupun orang terdekat itu mempunyai banyak sifat buruk (bahkan mungkin sifat yang merugikan) kita sudah bisa membuat siasat untuk menangani hal tersebut.

Lalu, apakah masalah akan selesai jika kita mengambil orang-orang terdekat dan yang kita percaya? Jawabannya mungkin tidak. Karena jika kita bekerja bersama orang terdekat, dalam beberapa kondisi orang tersebut akan menyepelekan keputusan kita, bahkan dalam beberapa kasus, keputusan kita diabaikan begitu saja. Menegurnya akan berpotensi menimbulkan masalah baru, karena rasa kedekatan bisa menjadi kebencian saat dua pihak tidak bisa menempatkan diri sesuai kondisi usaha. Mereka masih terjebak dengan suasana meja dan bangku kafe yang lengkap dengan canda tawa mereka.

Mereka lupa, bahwa mereka sedang memerankan peran rekan kerja yang tolak ukur ketawanya adalah tidak menyentuh kerugian, bukan seberapa lucunya hidup ini. Suasana seperti itu seringkali membuat kedua belah pihak kaget dengan perubahan sikap rekannya. Pikiran jangka pendek mereka, tiba-tiba menyimpulkan bahwa sahabat kita sudah berubah menjadi monster yang men-judge kita. inilah yang sering terjadi saat ada masalah dalam usaha dengan rekan kerja.

Singkatnya, melibatkan orang lain yang keterampilannya tidak terlalu tinggi, tapi sikapnya yang bisa diandalkan, sepertinya lebih baik. Kesimpulan ini diambil dengan mempertimbangkan orang yang keterampilannya tinggi tapi sikap yang tidak bisa diandalkan. Karena sikap tidak bisa diubah (Setidaknya, dalam jangka waktu yang pendek), sedangkan keterampilan bisa terus dikembangkan (Walaupun ada limitnya). Efisiensi tetap harus diciptakan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image