Dapatkah Gencatan Senjata Membawa Perdamaian Abadi bagi Konflik Israel-Palestina?
Politik | 2025-01-29 08:30:00
Setelah gencatan senjata yang disepakati pada 19 Januari 2025, Israel dan Hamas kembali terlibat dalam perselisihan. Kali ini, perselisihan berpusat pada pencegahan ribuan warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza Utara. Israel menuduh Hamas melanggar kesepakatan gencatan senjata, sementara Hamas belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden ini.
Tindakan Israel memblokir jalan utama dan mencegah warga Palestina kembali ke rumah mereka dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap semangat gencatan senjata. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen Israel terhadap perjanjian yang baru saja disepakati.
Kejadian ini semakin memperkuat ketidakpercayaan mendalam antara Israel dan Hamas. Saling tuduh dan tindakan provokatif terus terjadi, membuat sulit untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.
Ketidakpercayaan mendalam antara Israel dan Hamas terus menjadi penghalang utama dalam mencapai perdamaian. Tindakan saling tuduh dan pelanggaran kesepakatan semakin memperparah situasi. Kedua belah pihak menggunakan tahanan sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi. Hal ini menunjukkan bahwa masalah tahanan menjadi isu sentral dalam konflik ini.
Warga sipil Palestina kembali menjadi korban dalam konflik ini. Pembatasan terhadap kebebasan bergerak dan akses terhadap bantuan kemanusiaan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Secara nyata, gencatan senjata memang memberi jeda bagi muslim Palestina untuk bebas dari kejahatan kejahatan zionis dan negara pendukungnya AS. Namun umat harus disadarkan akan hakekat gencatan senjata, yang tidak akan menyelesaikan penjajahan dan genosida. Bulan Rajab dan peringatan Isra' mi'raj harus dimanfaatkan untuk memahamkan umat atas akar masalah penjajahan Palestina dan kemuliaan yang Allah berikan pada tanah Palestina, untuk mendorong terwujudnya kembali kemuliaan umat islam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
