Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Naura Hanifah

Damai yang Retak: Israel Langgar Kesepakatan, Gaza Kembali Berdarah

Politik | 2025-10-29 16:14:31

Laporan kantor berita AFP, pada Senin (20/10/25), menyebutkan bahwa Israel menyepakati berlakunya gencatan senjata sehingga bala bantuan dan pangan sudah bisa masuk ke Palestina, dan juga mereka mengembalikan tawanan ke tempatnya masing-masing. Tetapi, bala bantuan hanya bisa masuk sebentar saja, karena Israel kembali menyerang Palestina yang seharusnya masih berlaku gencatan senjata, sehingga banyak yang menyerahkan 97 warga Palestina terbunuh, termasuk 44 orang pada Minggu (19/10/2025), dan mereka menutup jalan bantuan kemanusiaan.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaporkan bahwa warga Palestina telah membunuh 2 tentaranya yang membuat mereka kembali menyerang warga Gaza. Brigade al-Qassam membantah perkataan tersebut dan mengatakan bahwa adanya bentrokan yang terjadi di Rafah yang berada di bawah kendali Israel, dan karena tidak adanya komunikasi antara pasukan Israel dengan Palestina. Perkataan Netanyahu malah menimbulkan rusaknya kesepakatan gencatan senjata, Netanyahu mengatakan bahwa negaranyalah yang akan menentukan kapan harus menyerang dan menentukan negara mana saja yang boleh terlibat dalam pasukan keamanan di Gaza pada Minggu (26/10/25).

Netanyahu mengklaim hak istimewa atas tindakannya, dia mengatakan bahwa Israel adalah negara mereka dan merekalah yang akan menentukan nasib mereka dengan cara mereka sendiri. Dan untuk memperkuat klaim atas tindakannya, Netanyahu mencontohkan serangan yang menghancurkan Gaza dengan 150 ton bom dan rudal sehingga menyebabkan 2 tentara Israel terkena dampaknya dan membunuh yang terjadi pada 19 Oktober. Netanyahu juga mencontohkan bahwa kelompok jihad Islam melakukan serangan di tengah gencatan senjata. Dari pernyataan Netanyahu menunjukkan kalau semuanya itu tergantung pada tindakannya, sesukanya saja. Tindakan ini menunjukkan adanya pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata.

Saat ini, Gaza masih terus mencari jenazah sandera Israel yang sulit ditemukan, terutama di Khan Younis. Dari salah satu kesepakatan gencatan senjata juga antara Palestina dan Israel adalah bahwa Palestina mengembalikan sandera Israel dan Israel mengembalikan rakyat Palestina. Namun dalam kesepakatan itu, Israel menuduh bahwa Hamas melanggar perjanjian tersebut. Mereka mengatakan bahwa Hamas mengembalikan jenazah Israel yang tidak teridentifikasi. Sedangkan dalam perjanjian tersebut adalah mengembalikan pemakaman dengan benar. Dan Hamas mengatakan bahwa Israel sengaja menghambat pencarian sisa jenazah dengan sanggahan ini yang menyebabkan Hamas kesulitan dalam melanjutkan pencarian sisa-sisa jenazah.

Menurut laporan, seharusnya Hamas menyerahkan senjatanya agar tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel. Sedangkan Hamas menuduh bahwa Israel tidak memberikan hukuman terhadap geng kriminal penjarah di sebagian jalur Gaza yang dikuasai oleh Israel. Hamas menghadapi tantangan dari kelompok-kelompok bersenjata seperti pasukan populer yaitu Abu Shabab, kelompok-kelompok yang menurut Hamas dipersenjatai dan didukung oleh Israel. Sumber lokal yang mengetahui kejadian tersebut melaporkan kepada BBC bahwa Hamas menyerang sebuah kelompok di Rafah Tenggara, yaitu wilayah yang dikuasai oleh Israel. Dilaporkan bahwa mereka saling baku-tembak di lokasi sebelum Israel mengebomnya.

Serangan di Rafah terjadi beberapa jam setelah AS mengatakan bahwa Hamas akan segera melakukan serangan terhadap warga sipil di Gaza dan itu akan menjadi pelanggaran berat dalam kesepakatan gencatan senjata. Tetapi, Hamas membantah perkataan tersebut, karena mereka samasekali tidak ada keinginan melakukan serangan terhadap warga sipil.

Wali Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, Farhan Haq, mengatakan bahwa rezim Israel tidak pernah mengizinkan masuknya 600 truk bantuan PBB ke Gaza sejak gencatan senjata dimulai. Kiriman bantuan yang bisa masuk ke Gaza menjadi sangat terbatas dan menyebabkan kelaparan yang melanda warga Gaza. Dalam perjanjian gencatan senjata, seharusnya rezim Israel mengizinkan 600 truk untuk masuk ke Gaza setiap hari. Namun sampai saat ini tidak ada 600 truk yang bisa masuk ke Gaza.

Inilah yang menunjukkan bahwa Israel mengabaikan gencatan senjata tersebut. Meskipun Donald Trump di tingkat menengahi perjanjian itu mengatakan bahwa gencatan senjata masih berlaku sampai saat ini, namun kenyataannya Israel tetap menyerang warga Gaza. Hal ini menunjukkan buruknya perdamaian di Gaza. Dunia internasional memastikan kembalinya urgensi untuk menegakkan keadilan dan bantuan bala bantuan bisa masuk ke Gaza tanpa hambatan.


- Naura Hanifah, Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah (UIN Jakarta) yang terus mengikuti perkembangan terbaru mengenai Palestina.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image