![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/38jl4umsyb-917.jpg)
Jajanan Pasar Jawa: Lebih dari Sekedar Makanan, Simbol Nilai Luhur Budaya
Kuliner | 2025-01-29 02:38:08Siapa sangka, di balik kelezatan jajanan pasar Jawa ternyata tersimpan makna filosofi yang mendalam dan nilai-nilai luhur budaya. Setiap jenis jajanan, dari wajik hingga kue cucur, memiliki simbolisme unik yang mencerminkan pandangan hidup masyarakat Jawa.
Wajik, misalnya, tak hanya sekadar camilan manis. Beras ketan yang lengket di dalamnya dikaitkan dengan rezeki yang melimpah. Lebih dari itu, istilah “wani tumindak becik” yang terkandung dalam kata wajik mengajarkan kita untuk berani berbuat baik.Gethuk yang terbuat dari singkong melambangkan kesederhanaan dan kebermanfaatan hidup. Bahan utama singkong juga menyimbolkan inovasi manusia dalam memanfaatkan segala yang ada di sekitar. Sementara itu, cenil yang lengket merepresentasikan persatuan dan kerukunan dalam masyarakat.
![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250129023713-941.jpg)
![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250129023440-324.jpg)
Bikang dengan tiga warnanya – merah, putih, dan hijau – memiliki makna yang kaya. Merah melambangkan keberanian, putih melambangkan kesucian, dan hijau melambangkan kewajiban manusia. Arem-arem mengajarkan kita untuk bersyukur, sedangkan lemper mengajarkan kerendahan hati.
![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250129023227-100.jpg)
![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250129023240-733.jpg)
Kue mendut, klepon, lupis, gatot, ketan bubuk, kue lumpur, tetel, nagasari, kue thok, dan kue cucur juga memiliki makna filosofis yang tak kalah menarik. Masing-masing jajanan ini mengandung pesan moral tentang kehidupan, seperti keberanian, kesabaran, persatuan, dan cinta.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.