Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indah Kartika Sari

Resep Jitu Islam Memberantas Wabah TBC

Agama | 2025-01-26 20:58:14
Oleh Indah Kartika Sari

Kesehatan merupakan nikmat terbesar setelah nikmat iman, islam dan waktu luang. Namun nikmat ini seringkali dilalaikan oleh manusia. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya, “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu 'Abbas).

Nampaknya nikmat kesehatan mulai tidak dirasakan lagi oleh masyarakat. Terbukti dengan mewabahnya sejumlah penyakit menular diantaranya adalah penyakit TBC. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, Sri Martiana menyatakan jika dibandingkan tahun 2023 lalu yang hanya terdapat 706 orang yang terjangkit penyakit TBC, tahun 2024 meningkat sebanyak 1.264 kasus. Menurut Sri, mewabahnya penyakit TBC dipengaruhi oleh keadaan gizi yang buruk, kondisi tempat tinggal yang tidak sehat, dan kurangnya penerapan protokol kesehatan. Tingginya angka kasus penyakit TBC ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah Kota Bengkulu. Upaya yang dilakukan oleh pemdakot adalah menyediakan 20 puskesmas dan 10 rumah sakit untuk melayani penderita TBC. (https://bengkulu.tribunnews.com/2025/01/10/kasus-tbc-kota-bengkulu-tercatat-capai-1264-kasus).

Berdasarkan Global TB Report 2023, saat ini Indonesia menempati peringkat kedua di dunia setelah negara India dengan estimasi kasus TBC baru sebanyak 1.060.000 kasus dengan kematian mencapai 134.000 per tahun, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. (Capai Eliminasi TBC dengan Semarak Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis (GIAT)).

TBC merupakan penyakit kronis yang menular dan mematikan, sekitar 17 orang per jam meninggal akibat TBC. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menemukan seluruh kasus TBC dan mengobati sampai sembuh, sehingga penularan TBC dapat dihentikan. Upaya-upaya penanggulangan TBC tersebut merupakan pekerjaan rumah bagi semua pihak, tidak hanya sektor kesehatan saja tetapi sektor non kesehatan juga harus terlibat. Dibutuhkan kolaborasi dan kerjasama multi-pihak dengan suatu gerakan untuk mencapai Indonesia Akhiri TBC

Penyakit TBC tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan secara fisik saja, tetapi juga pada aspek sosial, psikologi dan ekonomi masyarakat. Menjangkau setiap orang dengan TBC dan memastikan setiap pasien diobati sampai sembuh membutuhkan pendekatan yang melampaui sektor kesehatan. Sebagai salah satu upaya mewujudkan Cakupan Kesehatan Semesta, keberhasilan eliminasi TBC ditentukan pada kontribusi dan kolaborasi lintas sektor oleh multi-pihak dan seluruh lapisan masyarakat secara berkesinambungan. Setiap sektor mempunyai peran penting dalam menyukseskan target eliminasi TBC sebelum tahun 2030.

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan sesuai pada Peraturan Presiden No. 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC adalah mendorong komitmen Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga pemerintah desa dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan penanggulangan TBC di wilayahnya.

Penyakit TBC sebenarnya dapat dicegah dan disembuhkan. Mengapa semakin meningkat setiap tahun? Tidak lain karena kasus TBC relevan dengan kemiskinan. Ini diutarakan dr. Nancy D. Anggraeni, M.Epid. Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI. Berdasarkan temuan padu padan data Kemenko PMK dengan data Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE), sebesar 65 persen data pengidap TBC di tujuh provinsi dengan angka TBC tertinggi pada Juli 2024, beririsan dengan data masyarakat miskin. (TBC Relevan dengan Kemiskinan, Pasien Butuh Bantuan Layankes dan Tambahan Nutrisi - Suara Surabaya).

Kemiskinan sangat berpengaruh bagi terciptanya lingkungan yang buruk. Kebanyakan masyarakat miskin menempati pemukiman padat dan kumuh. Bahkan, ada anggapan di masyarakat bahwa penyakit TBC adalah penyakit orang miskin lantaran berkaitan dengan lingkungan kumuh dan sanitasi air yang buruk. Kemiskinan menyebabkan gizi buruk yang memungkin seseorang lebih rentan terkeba penyakit TBC.

Kemiskinan menyebabkan ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Keterbatasnya akses dan sarana kesehatan bagi masyarakat miskin menjadikan penularan TBC tidak dapat dicegah atau terlambat ditangani. Sudah banyak kita temukan masalah warga miskin yang kesulitan mengakses layanan kesehatan secara optimal. Kalaulah dapat layanan, itu pun ala kadarnya.

Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya pendidikan masyarakat adalah karena masyarakat miskin tidak bisa mengakses pendidikan secara layak. Akibatnya masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang ragam penyakit menular dan cara pencegahannya.

Tidak optimalnya peran negara untuk menjalankan fungsinya dalam memenuhi layanan pendidikan dan kesehatan yang merata untuk seluruh warga negaranya turut memperparah persoalan wabah penyakit menular khususnya TBC.

Jelaslah bahwa sumber masalah dari meningkatnya penyakit menular seperti TBC ini adalah kemiskinan sistemik akibat penerapan sistem kapitalisme. Sistem ini telah menghilangkan fungsi negara sebagai penanggung jawab semua urusan rakyat. Akibat abainya peran negara, kebutuhan rakyat dalam bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan akhirnya diambil alih oleh para pemodal dengan cara membisniskan dan mengkomersialisaikan dalam setiap kebijakan negara. Akibatnya masyarakat harus membayar mahal semua kebutuhan asasi mereka. Tingginya pengangguran menyebabkan pendapatan masyarakat berkurang sehingga tidak menjangkau semua fasilitas pendidikan dan kesehatan.

Wajar masyarakat miskin akan kesulitan menerapkan pola dan gaya hidup sehat. Kondisi ekonomi inilah yang membuat kelompok sosial ekonomi rendah lebih rentan dan riskan terhadap penyakit menular seperti TBC.

Jika persoalan kemiskinan belum terselesaikan, bisa dipastikan kasus mewabahnya TBC tidak akan pernah tuntas malah justru kecenderungannya akan semakin meningkat. Sekalipun banyak dana yang digelontorkan pemerintah bahkan semua elemen dilibatkan untuk memberantas penyakit ini. Namun dipastikan hasilnya akan jauh panggang dari api. Semua itu karena penyebab kemiskinan yaitu sistem kapitalisme masih diterapkan dalam urusan-urusan kehidupan rakyat. Lantas bagaimana mungkin dapat mewujudkan kesehatan dengan gizi yang baik, lingkungan dan sanitasi yang bersih, terpenuhinya kebutuhan pokok sampai tahap sejahtera serta rakyat yang pintar dan cerdas ?

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Tidak ada satupun problem yang tidak ada penyelesaiannya dalam Islam, termasuk problem dunia kesehatan. Dalam menangani masalah TBC, Islam akan menitikberatkan pada penyelesaian masalah pokoknya terlebih dahulu yaitu menghilangkan kemiskinan terstruktur dan sistematis sebagai akibat penerapan sistem kapitalisme.

Dalam pandangan Islam, peran negara sangat penting selaku pengurus urusan rakyat. Untuk menjamin kehidupan rakyat yang sejahtera bebas kemiskinan, negara akan memenuhi kebutuhan dasar rakyat, yakni sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan secara layak. Negara mencegah banyaknya pengangguran dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya agar kepala keluarga dapat menafkahi dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan negara akan memberi bantuan untuk membuka usaha atau pembekalan keterampilan untuk bekerja.

Negara akan menghilangkan kebodohan sebagai pangkal kemiskinan melalui pemberian layanan pendidikan dan kesehatan secara gratis bagi seluruh warga negara. Dengan dukungan dari negara, rakyat dapat mewujudkan sanitasi dan lingkungan bersih serta gizi yang cukup untuk keluarganya.

Negara akan menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat melalui sistem pengelolaan APBN berbasis aqidah Islam. Negara secara langsung mengelola harta kepemilikan umum seperti SDA dan memberikan hasil pengelolaan SDA tersebut sebesar-besarnya bagi masyarakat untuk digunakan membangun sarana dan layanan kesehatan yang dapat diakses masyarakat dengan murah dan berkualitas. Jika ditemukan kasus penyakit menular, negara akan segera tanggap darurat melakukan deteksi dini agar penyakit tersebut tidak menyebar ke daerah lainnya. Negara juga secara langsung memberikan pengobatan kepada pasien sampai sembuh.

Demikianlah penerapan sistem politik dan ekonomi Islam secara kaffah dalam naungan negara Khilafah telah memberikan pelayanan kesehatan kepada rakyat sehingga terwujud masyarakat yang sehat, kuat dan sejahtera selama 13 abad lamanya. Tidakkah kita merindukannya sistem itu kembali terwujud di masa sekarang ?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image