Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image najwa aulina

Dokter Gigi vs. Tukang Gigi: Kontroversi yang Terus Berlanjut di Dunia Kesehatan

Edukasi | 2025-01-25 12:36:16

Dalam dunia kesehatan, perdebatan mengenai peran dokter gigi dan tukang gigi masih menjadi isu yang memancing perhatian masyarakat. Kedua profesi ini sama-sama berhubungan dengan perawatan gigi dan mulut, tetapi memiliki perbedaan mendasar yang sering menjadi sumber kontroversi.

Dokter gigi adalah tenaga medis profesional yang telah menempuh pendidikan formal di universitas, dilatih untuk menangani berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut secara komprehensif, serta memiliki izin praktik resmi yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang. Di sisi lain, tukang gigi biasanya belajar secara otodidak atau melalui pengalaman langsung tanpa dasar pendidikan formal dalam bidang kedokteran gigi. Tukang gigi umumnya fokus pada pembuatan dan pemasangan gigi palsu, tetapi sering kali melakukan tindakan medis tanpa pemahaman yang memadai tentang anatomi, patologi, atau standar kesehatan.

Kontroversi ini berakar pada beberapa faktor, salah satunya adalah perbedaan kompetensi dan pendidikan. Dokter gigi menghabiskan bertahun-tahun untuk mempelajari ilmu kedokteran gigi dan mengikuti pelatihan klinis untuk memastikan mereka mampu menangani pasien dengan aman dan efektif.

Sebaliknya, tukang gigi bekerja tanpa pengetahuan medis yang memadai, sehingga sering dianggap tidak aman oleh komunitas medis. Selain itu, masalah legalitas juga menjadi perdebatan besar. Banyak negara, termasuk Indonesia, telah mengatur praktik kesehatan gigi melalui undang-undang yang mengharuskan semua tindakan medis dilakukan oleh tenaga profesional bersertifikat. Praktik tukang gigi yang tidak memiliki lisensi sering kali dianggap ilegal, tetapi tetap diminati masyarakat karena menawarkan layanan dengan biaya lebih murah.

Biaya dan aksesibilitas menjadi alasan utama mengapa tukang gigi masih bertahan di tengah era modern ini. Di banyak daerah, terutama di wilayah terpencil, masyarakat kesulitan mengakses layanan dokter gigi yang sering kali terbatas jumlahnya. Tukang gigi menjadi solusi praktis bagi mereka yang membutuhkan layanan seperti pemasangan gigi palsu dengan harga yang lebih terjangkau.

Namun, di balik keuntungan tersebut, terdapat risiko kesehatan yang besar. Banyak tukang gigi tidak memahami pentingnya sterilitas dan standar kebersihan yang ketat, sehingga prosedur yang mereka lakukan berisiko menyebabkan infeksi atau komplikasi serius, seperti kerusakan jaringan mulut dan infeksi bakteri. Sementara itu, dokter gigi bekerja sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat untuk memastikan keselamatan pasien.

Dari sisi masyarakat, pandangan terhadap tukang gigi dan dokter gigi sering kali terpecah. Sebagian besar masyarakat kelas menengah ke bawah masih melihat tukang gigi sebagai solusi cepat dan murah untuk masalah gigi mereka. Namun, ada juga yang mulai menyadari risiko kesehatan yang mengintai akibat penggunaan layanan tukang gigi yang tidak profesional, terutama setelah mengalami komplikasi serius.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dan lembaga kesehatan memiliki peran besar dalam memberikan edukasi kepada masyarakat. Penyuluhan tentang pentingnya memilih layanan kesehatan yang aman dan profesional perlu ditingkatkan. Selain itu, pengawasan terhadap praktik tukang gigi harus diperketat untuk memastikan bahwa mereka tidak melakukan tindakan medis di luar kompetensinya.

Sebagai alternatif, tukang gigi dapat dilibatkan dalam pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan mereka di bidang tertentu, seperti pembuatan gigi palsu, tanpa melanggar batasan medis. Dengan demikian, mereka tetap dapat memberikan kontribusi tanpa membahayakan kesehatan masyarakat.

Pada akhirnya, kontroversi antara dokter gigi dan tukang gigi ini bukan hanya tentang perbedaan kompetensi, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat memahami pentingnya kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari kualitas hidup mereka. Di era modern ini, kesehatan gigi bukan lagi sekadar estetika, melainkan kebutuhan medis yang harus ditangani oleh tenaga profesional untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan pasien. Masyarakat diharapkan semakin bijak dalam memilih layanan kesehatan, karena pilihan yang tepat hari ini akan menentukan kesehatan mereka di masa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image