Kunci Lama (Cerpen)
Sastra | 2025-01-17 00:07:13Dalam ruang berpintu abu-abu itu, terdengar suara gemerisik seperti ada seseorang yang sedang mengores dinding. Suara petir di luar disertai hujan rintik-rintik membuat suasana terlihat sepi, terutama hanya lampu neon yang menerangi ruang dapur tepatnya di atas meja makan. Tiba-tiba lampu mati dan berkedip-kedip.
Suara petir semakin tinggi dan membuat lampu mati. Saat cahaya kilat petir menembus celah-celah kosen pintu, terlihat sesosok wanita dengan rambut panjang berpakaian putih. Saripun terkejut dengan mimpinya, dan terbangun saat suara ayam berkokok.
"Astagfirullah, sudah jam delapan, aku telat shalat lagi." Sari yang menyesal bangun kesiangan segera berlari ke kamar mandi dan shalat, karena ia tidak sengaja meninggalkan shalat subuh. Akibat dari gangguan mati lampu tadi malam, terutama guntur terus-terusan bunyi, membuat Sari merasa gelisah dan iapun baru bisa tertidur jam empat pagi.
Dring....dring....suara ponsel Sari bunyi disertai getaran. Ia yang sedang makan sambil memainkan laptonya, tidak mendengar panggilan tersebut. Suara ketukanpun terdengar dari luar.
"Nenek...." Ungkap Sari dengan antusias. Ia sangat tidak menyangka dengan kedatangan nenek tiba-tiba setelah tiga belas tahun tidak berjumpa.
"Nenek kabarnya gimana?" Tanya Sari sambil memeluk neneknya.
"Sehat sayang, kamu gimana?"
"Alhamdulillah Sari sehat nek, ayo masuk biar Sari buatkan teh. Nenek, udah lama Sari ingin bertemu, tetapi ibu selalu saja sibuk untuk diajak pulang kampung. Sari pernah loh, ke Kampung untuk coba cari nenek, tapi tidak ketemu, Alhamdulillah nenek datang ke Sari dan akhirnya kita."
Perkataan Sari terhenti lantaran ia terharu melihat sang nenek berada dihadapannya." Oh iya, nenek pergi sendiri? Naik apa nek?"
"Terimakasih sayang, lama sekali nenek merindukanmu. Nenek ke sini, naik angkot."
"Wah keren nenek naik angkot."
"Hehehe kamu bisa aja. Nenek mau istirahat."
"Oh baik nek, Sari bersihkan kamar nenek dulu ya."
Nenek itu hanya terdiam tidak menjawab. Saat Sari masuk ke kamar tengah, nenek menatapnya dengan tajam. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Setelah kamar dirapikan, nenek tidur dan Sari memandang wajah wanita tua itu dengan tatapan nanar dan penuh haru. Sari tidak pernah berfikir bahwa ia akan berjumpa dengan nenek.
Kebetulan hari itu adalah hari Minggu. Sari libur bekerja dan lebih suka menghabiskan waktu di rumah dibandingkan keluar atau kumpul bersama teman. Di kota besar, ia hidup sendiri. Apartemen mewah, di lantai tiga puluh dua.
Tidak terasa magrib menjelang. Sari heran melihat nenek tidak bangun-bangun sejak dari pagi. Makan siang yang telah ia buat juga tidak di makan, mau dibangunkan pun sayang, karena wajah nenek terlihat lelah.
Ini sudah magrib, nenek harus bangun dan ingin mengajaknya untuk shalat bareng. Tetapi, nenek sangat susah dibangunkan, mungkin karena terlalu lelah di perjalanan.
Sari tetap fokus pada laptopnya. Melihat jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Sari menguap. Lalu ia ke kamar tengah untuk mengecek nenek. Melihat nenek masih tertidur ia tidak tega membangunkannya. Saripun mengambil segelas air putih dan biskuit tawar untuk diletakkan di atas meja samping tempat nenek tidur. Lalu, iapun mematikan laptop dan tidur.
"Sari...Sari..."
"Nenek..nenek udah bangun. Kenapa nek? Udah makan? Mau Sari temenin makan?"
Nenekpun hanya diam. Lalu nenek berjalan menuju arah dapur. Merekapun duduk saling berhadapan. Wajah nenek terlihat pucat sekali.
"Nek ada apa?"
"Nak, ada kunci, di bawah karpet tempat tidur nenek. Ambil dan buka lemari rumah lama di Bener Meriah. Rumah itu sedang ditempati oleh adik tirimu. Saat masuk jangan bilang tunjuanmu. Setelah kamu buka lemari tersebut, bawalah sebuah kotak berbahan jati. Dan jangan biarkan siapapun merebutnya darimu."
Tiba-tiba suara petir kembali terdengar, dan lebih kencang dari yang kemarin. Sari takut, dan ia pingsan. Saat terbangun ia langsung ke kamar tengah. Nenek tidak ada. Ia pun mencari ke mana-mana tetapi tidak ketemu.
Penasaran dengan pesan nenek dalam mimpinya, iapun kembali dan mengecek kunci di bawah karpet. Dan ternyata itu benar, sebuah kunci lama yang terletak di bawah karpet dalam kondisi sedikit berkarat. Nada dering pesan dari ponselnya berbunyi, saat dibuka, itu adalah pesan dari ibunya yang membuat Sari tercengang karena bersikan pesan tentang kematian nenek tiga hari yang lalu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.