Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image AGUNG PUTRA MULYANA

HUT TNI Ke-79: Edukasi Masyarakat Menuju Defense Readiness dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

Eduaksi | 2025-01-15 15:40:25

Perayaan HUT TNI ke-79 yang sulit publik lupakan, salah satunya menampilkan pameran alutsista dan berbagai kegiatan interaktif dari TNI, bahkan keterlibatan yang menjadi sarana edukasi publik. Dari perspektif ilmu komunikasi, kegiatan tersebut bisa dilihat sebagai strategi komunikasi dalam membangun “ defense readiness “ atau kesiapsiagaan pertahanan warga melalui pendekatan yang informatif dan partisipatif.

Foto saat ada kegiatan di Universitas Pertahanan

Edukasi Melalui Komunikasi Visual melalui Experiential Learning

Komunikasi visual dari pengalaman langsung. Salah satu kegiatan HUT TNI yaitu pameran alutsista, Dimana bagian kegiatan tersebuty merupakan bentuk komunikasi visual yang menurut saya cukup efektif. Masyarakat dipertontonkan peralatan militer yang begitu menakjubkan sehingga memberikan pemahaman mendalam kepada Masyarakat tentang pertahanan negara. Ini mengubah pengetahuan abstrak menjadi pengalaman konkret, di mana masyarakat merasakan pentingnya pertahanan yang tidak hanya melihat saja.

Pendekatan ini sesuai dengan teori experiential learning (pembelajaran melalui pengalaman), Menurut David Kolb Model pembelajaran Experiental Learning yaitu model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar, artinya penekanan inilah yang mengaktifkan peserta didik untuk melalui pengalaman secara langsung. Dimana pada kegiatan tersebut Masyarakat terlibat dengan objek yang dipelajari. Dimana TNI memberikan pengalaman langsung secara nyata tentang pemahaman peran pertahanan nasional dalam menjaga stabilitas negara.

Dalam teori komunikasi, komunikasi partisipatif adalah strategi di mana masyarakat tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga berperan aktif dalam proses komunikasi. Maka dari itu, masyarakat yang sedang mengikuti kegiatan tersebut tidak hanya menerima informasi tentang pertahanan namun juga terlibat secara emosional dan intelektual.

Simbolisme Kekuatan Nasional dan Pembentukan Identitas Kolektif

Pameran alutsista di HUT TNI ke 79 juga memiliki peran dalam proses komunikasi simbolik. Alutsista tidak hanya sebuah bentuk representatif kekuatan fisik militer, namun juga menjadi simbol kekuatan negara. Hadirnya masyarakat dimonas yang di izinkan untuk melihat bahkan bisa menaiki alutsista, ini memberikan pesan yang memperkuat identitas kolektif sebagai bangsa yang siap menghadapi tantangan.

Dalam teori komunikasi simbolik, benda-benda fisik alutsista memiliki makna lebih dalam dari sebuah bentuknya. Dalam hal ini, alutsista menjadi simbol dari pertahanan negara yang kuat dan Tangguh untuk melindungi rakyat. Dengan memperkenalkan simbol tersebut, TNI memperkuat rasa nasionalisme dan kebanggaan terhadap kemampuan pertahanan negara.

Kesimpulan:

Sehingga kegiatan ini bukan sebuah acara seremonial semata, tetapi juga upaya komunikasi strategis yang memiliki tujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang kesiapsiagaan dalam pertahanan. Melalui unsur komunikasi visual, partisipatif, dan edukatif, TNI tidak hanya menunjukkan kekuatan militer saja, tetapi juga meningkatkan kesadaran dan keterlibatan Masyarakat Indonesia dalam upaya menjaga pertahanan negara.

Sehingga dalam pandangan futurologi, bahwa hubungan antara militer dan masyarakat akan semakin erat dan kuat, terutama dalam konteks teknologi dan ancaman non-konvensional seperti ancaman siber dan ancaman lainnya yang dapat merusak pertahanan negara. Maka acara ini berhasil mengintegrasikan antara simbolisme militer dan identitas nasional, bahkan mempersiapkan masyarakat menuju defense readiness yang lebih baik.

Agung Putra Mulyana

Mahasiswa S3 AsiaE University, Malaysia &

Peneliti Kajian Komunikasi Futurologi dan Media Baru

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image