Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ummu Fatimah

Halal City Malang dan Dugaan Intoleran

Info Terkini | Friday, 18 Feb 2022, 07:55 WIB

Warga Malang baru-baru ini kembali heboh, bukan terkait melonjaknya covid-19 yang ada di tengah-tengah masyarakat. Akan tetapi perihal wacana Halal City yang tengah menjadi perbincangan hangat beberapa hari terakhir. Halal City sejatinya merupakan sebuah gagasan pengembangan aspek pariwisata di Kota Malang yang digagas tahun 2018 pada serangkaian The Future of Malang. Gagasan ini membahas potensial ekonomi Malang yang memiliki potenai berupa pesatnya ekonomi kreatif yang ada (Suryamalang.com,1/4/19). Halal City menjadi salah satu konsep yang dinilai mampu meningkatkan value kota Malang dalam bidang pariwisata mengingat hasil survey dunia juga menunjukkan bahwa wisatawan muslim dunia tengah tumbuh. Sehingga seyogyanya tidak heran jika penilik ekonomi melihat ini adalah peluang bisnis yang besar.

Terlepas dari pro-kontra keberadaan Halal City dari aspek ekonomi. Narasi yang mucul ke public justru tidak berkaitan dengan aspek ekonomi, tetapi justru toleransi. Berbagai kalangan justru meyoroti adanya wacana Halal City adalah bentuk ancaman bagi kebhinekaan serta dinilai tidak toleran dengan agama lain. Alasan ini tumbuh dari prasangka bahwa Halal City hanya akan menguntungkan salah satu pihak saja, dalam hal ini adalah rakyat Malang yang mencintai syariat Islam. Bahkan kelompok masyarakat tertentu hingga melakukan somasi kepada wali kota Malang (bacamalang.com, 17/02/22).

Fenomena ini menunjukkan betapa sebuah narasi berbau Islam langsung disoroti negative dan diklaim intoleran. Perkara semacam ini sejatinya adalah buah maraknya islamophobia yang digaungkan dengan begitu hebat. Antipasti dengan hal-hal bertendensi syariat Islam bahkan dengan frasa-frasa Islami saja dianggap menjadi sebuah narasi intoleran. Narasi ini kemudian melebar mengatasnamakan konsep moderat sebagai sebuah solusi hakiki. Pertanyaannya benarkah semua tuduhan tendensius yang dilayangkan beberapa kalangan masyarakat tersebut nyata dan benar adanya? Serta benarkan konsep Islam modeerat mampu dan pantas menyelesaikan hal ini?

Duduk Perkara Toleransi

Dewasa, perlu kita ketahui lebih dalam terkait dengan rasa toleransi yang senantiasa disuarakan sejatinya perlu dicari akar permasalahan dari konsep toleransi seperti ap aitu toleransi. Pada kamus besar Bahasa Indonesia atau KBBI Toleransi dimaknai sebagai suatu sikap dan sifat untuk saling berhubungan dengan penuh antar dua kelompok yang berbeda, batas ukur penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa konsep toleransi adalah sifat penghargaan kepada suatu perbedaan dengan memperhatikan batasan-batasan tertentu. Maknanya dalam prespektif toleransi sendiri terdapat batasan yang harus dijaga untuk mempertahankan identitas atau ciri khas dari masing-masing kelompok.

Toleransi dalam Islam

Tuduhan atas intoleran yang selalu diopinikan bersamaan dengan Islam dan syariatnya seharusnya memberikan ruang pada akal kita untuk mencari tau kebenaran atas hal tersebut. Untuk itu menjadi penting bagi kita memahami bagaimana Islam memandang toleransi. Dalam Islam, semua penganutnya sangat dianjurkan untuk berbuat baik kepada siapapun dimanapun dan kapanpun, berbuat baik disini termasuk bersikap adil, bersosialisai, tolong menolong dll. Hal-hal ini dilakukan baik pada sesama penganut agamanya dan juga penganut agama lain dengan batasan aktivitas tersebut tidak memasuki ranah atau aspek ibadah dari agama lain. Berdasarkan konsep ini jelas bahwa Islam tidak bertentangan dengan konsep toleransi yang ada, bahkan terdapat sikap, sifat serta batasan yang jelas. Untuk itu menjadi sebuah pertanyaan jika seorang Muslim masih mempertanyakan apakah Islam benar-benar toleran.

Terkait hal-hal dalam aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan bahkan politik yang Islam bawa bukankah hal tersebut tidak bertendensi pada perusakan ataupun penghalang bagi non-Islam untuk tetap melakukan ibadahnya? Lalu bentuk intoleransi seperti apa yang senantiasa dinarasikan. Berbagai penelitian bahkan menganggap syariat Islam terkait berbagai aspek tadi sangat sesuai dengan fitrah manusia. Katakan saja Jepang sebagai negara dengan kecanggihan teknologi menjadikan label halal sebagai standar makanan disana karena yang berlabel halal notabene terjamin kualitas kebersihan dan juga kesehatannya.

Moderasi Islam Sebagai Solusi?

Konsep toleransi yang ada pada Islam sejatinya telah lahir berabad-abad yang lalu, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hal yang keliru dalam konsep Islam sehingga perlu adanya narasi atau prespektif lain memandang Islam. Termasuk adanya moderasi Islam yang memandang bahwa dalam pelaksanaan syariat Islam bagi seorang muslim dapat dilakukan dengan tidak menyeluruh serta mau menerima hal-hal bertendensi aspek peribadatan agama lain yang mana hal ini adalah hal sacral dalam beragama. Jika ditelisik lebih dalam konsep ini justru bertentangan dengan toleran itu sendiri mengkaburkan hal-hal terkait identitas serta ciri dari Islam itu sendiri. Ketika konsep semacam ini dijadikan solusi maka yang ada justru pengkaburan batas-batas toleransi dan ketidakjelasan dalam beragama yang akan muncul di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu jelas bahwa moderasi Islam bukanlah solusi.

Solusi Hakiki

Akar permasalahan yang ada adalah maraknya Islamophobia yang tengah menjamur di tengah-tengah masyarakat. Sehingga muncul naras-narasi atendensius ketika terdapat frasa, ide, konsep ataupun gagasan Islam yang muncul keranah publik. Munculnya tendesi negative ini bukan tanpa alasan tetapi berawal dari narasi penyudutan Islam akibat ketidaktahuan serta pemahaman yang belum sempurna terlait dengan konsep Islam itu sendiri. Narasi semacam ini sejatinya mudah dibuat dan sebar luaskan pada sistem kapitalis liberal yang mana rakyat dibebaskan mengutarakan pendapatnya tanpa filter apapun, termasuk tidak mendetail, tidak objektif memandang sesuatu. Apalagi dengan konsep sekuler (memisahkan agama dengan kehidupan) yang dibawa oleh sistem ini menambah rentetan kemudahan untuk melakukan penyerangan terhadap ide-ide Islam.

Untuk itu pengenalan konsep dan ide-ide Islam seharusnya lebih massif dan lebih banyak dilakukan termasuk penggambaran keindahan Islam itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengopinikan Islam baik dalam kancah nasional maupun internasional. Hal ini akan lebih mudah dilakukan ketika sistem Islam hadir untuk mendukung massifnya penyebaran ide-ide Islam lebih luas. Ide Islam sendiri dengan menggabungkan kehidupan dengan beragama, karean ketika kita telisik lebih dalam, bukankah alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada yang menciptakan. Lalu siapa yang lebih mengetahui apa yang terbaik bagi ketiganya selain Pencipta yang Maha Tau? Untuk itu pantaskan aturan-aturan itu lahir bukan dari aturan Pencipta yang Maha Sempurna, tetapi justru memilih aturan yang dibuat oleh manusia yang terbatas dan berpotensi melakukan kesalahan? Silahkan anda Pikirkan Dewasa!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image