Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Diana Hudan,S.E., M.E.

Morning Breafing di Bank Syariah

Bisnis | 2025-01-07 11:28:15

Membangun Koneksi, Bukan Sekedar Transaksi

Dalam dinamika kehidupan, hubungan antarmanusia bagaikan akar dan ranting dalam sebuah pohon. Transaksi adalah daunnya, tumbuh dan gugur sesuai musim. Namun, koneksi adalah akarnya, menghidupi dan menopang kehidupan pohon itu di setiap musim. Tanpa akar yang kuat, daun tak akan bertahan lama.

Esensi Bisnis dalam Islam: Koneksi yang Berbasis Keimanan

Islam mengajarkan bahwa setiap interaksi, termasuk dalam bisnis, bukan hanya persoalan untung dan rugi, tetapi ladang amal dan bentuk ibadah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah pedagang ulung, namun beliau tidak pernah memandang orang lain hanya sebagai "pelanggan". Setiap interaksi beliau lakukan dengan niat membangun hubungan yang berakar pada kejujuran, amanah, dan kasih sayang.

Suatu ketika, Nabi Muhammad membeli unta dari seorang Badui. Setelah akad selesai, si Badui merasa menyesal dan ingin membatalkan. Tanpa berpikir panjang, Rasulullah mengizinkannya. Mengapa? Karena beliau memahami bahwa hubungan manusia lebih bernilai daripada keuntungan materi. Transaksi selesai, tetapi koneksi tetap terjalin.

Metafora Akar dan Ranting

Seorang pengusaha yang hanya mengejar transaksi ibarat ranting yang lemah. Saat angin persaingan bertiup kencang, ranting itu mudah patah. Sebaliknya, pengusaha yang membangun koneksi akan seperti akar yang semakin dalam menancap ke bumi. Ia akan kokoh meski diterpa badai ekonomi.

Kisah Inspiratif: Abdurrahman bin Auf dan Etika Bisnis

Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf ditawari harta oleh Sa’ad bin Rabi’. Namun, Abdurrahman menolak dengan lembut dan hanya berkata, "Tunjukkan aku di mana pasar." Ia memulai dari nol, berdagang dengan prinsip jujur, dan dalam waktu singkat menjadi salah satu pengusaha tersukses di Madinah. Kunci suksesnya bukan pada kecerdikan transaksi, melainkan pada bagaimana ia membangun relasi dengan penuh integritas dan kepedulian.

Abdurrahman tidak hanya berdagang, tetapi juga membangun jaringan sosial yang kuat. Ia membantu orang lain, memperkuat ukhuwah, dan menginvestasikan keuntungan bisnisnya untuk kepentingan umat. Di sinilah letak rahasia keberkahan: membangun koneksi, bukan sekedar transaksi.

Pengusaha Muslim Kontemporer dan Koneksi Global

Kita bisa meneladani pengusaha Muslim kontemporer seperti Yusuf Islam (Cat Stevens) yang membangun jaringan bisnis pendidikan dan kemanusiaan. Mereka tidak hanya fokus pada angka dan keuntungan, tetapi membentuk komunitas dan menginspirasi orang lain. Dalam bisnis, mereka menghidupkan semangat kebersamaan dan melibatkan hati dalam setiap langkah.

Sebuah contoh lain adalah Abdul Sattar Edhi, seorang filantropis Pakistan yang mendirikan Edhi Foundation. Meskipun bukan seorang pengusaha dalam definisi konvensional, Edhi membangun koneksi dengan masyarakat melalui layanan sosial. Jaringan amal yang ia bangun menunjukkan bagaimana hubungan yang tulus dan konsisten bisa menggerakkan banyak orang untuk berkontribusi pada kebaikan bersama.

Mengapa Koneksi Lebih Penting?

Transaksi adalah alat, sedangkan koneksi adalah tujuan. Ketika koneksi sudah terjalin dengan baik, transaksi akan mengikuti dengan sendirinya. Inilah yang disebut dalam istilah modern sebagai "customer loyalty" atau loyalitas pelanggan. Namun, dalam Islam, konsep ini lebih dalam lagi: ia adalah ikatan hati yang dipenuhi rasa hormat dan kasih sayang.

Sebagaimana sabda Rasulullah: "Tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)

Praktik Nyata dalam Bisnis

Sebagai insan bankers Syariah, kita memahami bahwa setiap nasabah bukan sekadar angka dalam laporan, melainkan mitra yang perlu dijaga dan dirawat hubungannya. Mulailah dengan mengenal nasabah, bukan sekadar mengetahui kebutuhan mereka. Bangun hubungan yang tulus, jadilah sahabat mereka dalam bisnis. Tanyakan kabar, bantu ketika mereka dalam kesulitan, dan jadilah solusi bagi masalah mereka. Dengan demikian, kita bukan hanya membangun bisnis, tetapi membangun kepercayaan dan koneksi yang langgeng.

Case Study: Bank Syariah dan Koneksi dengan Nasabah

Sebagai insan Bank Syariah, kita percaya bahwa membangun koneksi adalah kunci keberkahan. Salah satu program unggulan kami adalah "Sahabat Nasabah BJB Syariah" yang menugaskan petugas untuk secara rutin mengunjungi dan berkomunikasi dengan nasabah, tidak hanya dalam rangka menawarkan produk, tetapi juga memberikan edukasi keuangan syariah. Suatu waktu, seorang nasabah kami yang berprofesi sebagai pengusaha kecil mengalami kesulitan likuiditas. Alih-alih langsung menagih, pihak BJB Syariah menawarkan solusi restrukturisasi pembiayaan dan memberikan pelatihan manajemen keuangan.

Hasilnya, nasabah tersebut berhasil bangkit dan justru menambah portofolio pembiayaannya di bank ini. Hubungan ini berlanjut, dan nasabah menjadi duta bank yang secara tidak langsung merekomendasikan layanan BJB Syariah kepada koleganya.

Case Study: Unit Pembiayaan Bank Syariah

Di unit kerja pembiayaan, pendekatan koneksi lebih dari sekadar aktivitas penjualan. Misalnya, dalam pembiayaan rumah melalui Griya iB Maslahah, banyak nasabah yang awalnya ragu karena proses administrasi. Namun, petugas BJB Syariah mendampingi mereka sejak awal, membantu mengurus dokumen, dan bahkan memberikan konsultasi perencanaan keuangan jangka panjang.

Ada satu kasus di mana seorang nasabah ingin memiliki rumah pertama tetapi terkendala DP. Petugas unit pembiayaan tidak hanya menawarkan solusi pembiayaan, tetapi juga merancang skema cicilan ringan yang sesuai dengan kondisi finansial nasabah. Setahun kemudian, nasabah tersebut menyelesaikan DP dan proses kepemilikan rumah berjalan lancar.

Dengan pendekatan ini, nasabah merasa dipermudah, didampingi, dan lebih dekat dengan BJB Syariah. Kepercayaan yang terbangun membawa dampak positif pada pertumbuhan portofolio pembiayaan bank.

Case Study: Pemasaran Dana, Ritel dan Korporasi

Pada unit pemasaran dana dan ritel, Bank Syariah menerapkan prinsip personalisasi layanan. Misalnya, dalam produk deposito syariah, petugas tidak hanya memasarkan produk, tetapi juga memberikan literasi terkait bagaimana dana nasabah dikelola sesuai prinsip syariah. Suatu waktu, seorang pengusaha korporasi yang ingin memindahkan dana dari bank konvensional tertarik karena pendekatan ini. Petugas BJB Syariah memberikan paparan rinci mengenai keuntungan spiritual dan finansial menabung di bank syariah.

Nasabah tersebut akhirnya memutuskan menempatkan dana perusahaan dalam bentuk deposito syariah jangka panjang. Dari sini, terjalin koneksi yang kuat antara nasabah korporasi dengan BJB Syariah, dan mereka menjadi mitra dalam berbagai program CSR yang melibatkan komunitas lokal.

Koneksi dalam Digitalisasi Bisnis Syariah

Era digital membuka peluang baru dalam membangun koneksi. Bank Syariah mengembangkan aplikasi mobile banking yang tidak hanya melayani transaksi keuangan, tetapi juga menghadirkan fitur edukasi zakat, sedekah, dan informasi kajian Islam. Dengan demikian, aplikasi ini menjadi lebih dari sekadar alat transaksi, tetapi juga sarana membangun hubungan spiritual dan finansial dengan nasabah.

Sebagai insan Bank Syariah, dalam setiap langkah bisnis, ingatlah bahwa kita sedang menanam benih. Pilihlah untuk menanam benih koneksi, bukan sekadar transaksi. Karena koneksi akan tumbuh menjadi pohon yang berbuah manis, memberikan keteduhan bagi banyak orang, dan keberkahan yang tak terhingga. Rasulullah dan para sahabat telah menunjukkan jalannya, kini giliran kita untuk melanjutkan warisan tersebut dalam dunia bisnis modern. (Diana Hudan, Ekonom Senior Bank Syariah di MES Jawa Barat).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image