Seasonal Affective Disorder (SAD): Musim Hujan dan Kesehatan Mental
Eduaksi | 2025-01-07 01:14:16
Menurut BMKG, musim hujan di Indonesia pada tahun 2024–2025 diprediksi akan berlangsung lebih panjang, dengan puncaknya terjadi antara November 2024 hingga Februari 2025. Curah hujan yang tinggi selama periode ini menyebabkan hari-hari menjadi lebih mendung dengan intensitas sinar matahari yang berkurang drastis . Tahukah Anda bahwa kondisi seperti ini dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan mental?
Mengenal Seasonal Affective Disorder (SAD)
Seasonal affective disorder (SAD), dikenal juga sebagai depresi musiman, merupakan gangguan mood yang berkaitan erat dengan perubahan musim. Gangguan ini terjadi akibat terbatasnya paparan sinar matahari yang memiliki pengaruh langsung terhadap ritme biologis tubuh. Ritme ini mengatur banyak fungsi penting, termasuk pola tidur, energi, dan suasana hati.
Paparan sinar matahari yang terbatas selama musim hujan memicu penurunan kadar serotonin, yaitu hormon yang bertanggung jawab atas suasana hati positif. Di sisi lain, produksi melatonin meningkat akibat hari yang lebih gelap sehingga membuat tubuh lebih mudah lelah dan cenderung mengantuk. Kombinasi perubahan hormonal ini berdampak pada keseimbangan emosional seseorang, menyebabkan gejala-gejala yang sering kali tidak disadari sebagai bagian dari SAD.
Orang-orang dengan riwayat depresi atau gangguan kecemasan memiliki risiko lebih tinggi mengalami SAD meskipun siapa pun dapat terpengaruh. Selain itu, gaya hidup yang cenderung lebih pasif selama musim hujan juga dapat memperburuk gejala, mengingat aktivitas fisik dan sosial sering kali berkurang dalam kondisi cuaca seperti ini.
Gejala dan Dampak SAD
Gejala SAD sering kali dianggap sebagai hal yang sepele, padahal dampaknya dapat memengaruhi keseharian penderita. Berikut merupakan beberapa gejala utama yang perlu diwaspadai:
1. Kelelahan berlebihan meskipun mendapatkan waktu tidur yang cukup. Kondisi ini bukan sekadar rasa kantuk biasa, tetapi kelelahan yang signifikan hingga memengaruhi aktivitas harian.
2. Perasaan murung atau putus asa yang berlangsung terus-menerus. Gejala ini ditandai dengan suasana hati yang buruk secara konsisten, menyebabkan penderita kehilangan semangat, bahkan untuk melakukan hal-hal yang biasanya menyenangkan.
3. Penurunan energi yang menyebabkan demotivasi.
4. Kesulitan tidur atau terlalu banyak tidur. Beberapa penderita mengalami kesulitan tidur atau insomnia, sementara yang lain justru tidur berlebihan, tetapi tetap merasa tidak segar setelah bangun tidur.
5. Perubahan pola makan, seperti keinginan untuk mengonsumsi makanan yang manis atau berkarbohidrat tinggi.
Apabila tidak ditangani, gejala-gejala ini dapat mengganggu kehidupan sosial, produktivitas, dan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan .
Penanganan SAD
Untuk menangani SAD, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah atau mengurangi dampaknya. Berikut adalah beberapa cara yang dapat diterapkan:
1. Terapi Cahaya (Light Therapy)
Meningkatkan intensitas paparan cahaya adalah salah satu cara paling efektif untuk mengatasi SAD. Ketika sinar matahari sulit didapat, penggunaan lampu terapi cahaya sebagai peniru cahaya alami dapat menjadi alternatif. Penelitian menunjukkan bahwa terapi ini dapat meningkatkan suasana hati dan energi jika dilakukan secara konsisten selama 30–45 menit setiap pagi . Selain itu, ruang yang memiliki akses cahaya alami dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
2. Beraktivitas Fisik
Olahraga yang teratur membantu meningkatkan hormon endorfin yang berperan dalam memperbaiki suasana hati. Aktivitas seperti yoga, latihan kekuatan, atau berjalan kaki selama 30 menit di bawah cahaya mendung dapat memberikan manfaat signifikan .
3. Pola Tidur yang Teratur
Hindari bergadang dan pastikan untuk bangun-tidur pada waktu yang sama tiap harinya. Lingkungan tidur yang nyaman dan bebas distraksi juga dapat membantu tubuh beristirahat secara optimal .
4. Dukungan Sosial
Menjaga komunikasi dengan keluarga, kerabat, atau teman dapat membantu meringankan perasaan terisolasi. Bergabung dengan komunitas atau menghadiri kegiatan sosial, meskipun secara daring, dapat memberikan rasa keterhubungan yang sangat penting selama musim hujan .
5. Konsultasi dengan Profesional
Apabila gejala terus berlanjut, berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater adalah langkah terbaik. Cognitive behavioral therapy (CBT) dapat membantu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang memperburuk suasana hati. Pada kasus tertentu, psikiater mungkin merekomendasikan obat antidepresan untuk membantu mengatasi gejala .
Kesimpulan
Musim hujan yang panjang tidak hanya memengaruhi aktivitas fisik, tetapi juga kesehatan mental. Seasonal affective disorder (SAD) adalah gangguan kesehatan mental nyata yang dapat mengganggu keseimbangan emosional seseorang, terutama jika tidak ditangani dengan baik. Pemahaman yang lebih dalam terkait SAD memberi ruang untuk melakukan langkah preventif dan kuratif terhadap ancaman gangguan kesehatan mental ini.
Menjaga keseimbangan fisik dan mental adalah kunci untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan musim. Dengan perhatian dan penanganan yang tepat, dampak SAD dapat diminimalisasi sehingga memungkinkan kita untuk tetap produktif dan menjalani hari dengan lebih baik.
Penulis: Firnanda Junizar Nurhaliza, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
