Mengapa Perawat Didominasi oleh Perempuan?
Edukasi | 2025-01-06 21:28:37Profesi keperawatan adalah salah satu pilar utama dalam sistem kesehatan di seluruh dunia. Sementara pria mendominasi perusahaan, perempuan mendominasi bidang keperawatan. Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa keperawatan didominasi wanita? Fenomena ini telah berlangsung lama dan dipengaruhi oleh berbagai faktor sejarah, budaya, dan sosial.
A. Sejarah Keperawatan
Dominasi perempuan dalam profesi keperawatan dapat ditelusuri dari akar sejarahnya. Selama abad ke-19, Florence Nightingale, yang dikenal sebagai "ibu keperawatan modern", menjadi pelopor dalam memberikan struktur formal pada profesi ini. Pada masa itu, peran perempuan sering dikaitkan dengan tugas-tugas rumah tangga dan perawatan keluarga, yang kemudian diterjemahkan ke dalam peran profesional di bidang keperawatan.
Profesi ini juga dianggap sebagai perpanjangan dari sifat alami perempuan yang penuh kasih sayang, empati, dan perhatian. Hal ini mengakar kuat dalam norma sosial yang mendorong perempuan untuk menekuni pekerjaan yang mendukung peran mereka sebagai pengasuh. Namun, percaya atau tidak, rumah sakit di AS yang pertama kali terlihat pada tahun 1700-an, sebagian besar perawatnya adalah pria.
Selama Perang Saudara di Amerika Serikat pada tahun 1861, jumlah perawat pria tidak mencukupi, sehingga para wanita mengajukan diri untuk membantu—yang kemudian menjadi awal mula profesi perawat didominasi perempuan seperti yang kita ketahui saat ini. Pada tahun 1873, sekolah perawat pertama dibuka, dan pada tahun 1900, 91% dari semua perawat adalah wanita.
B. Faktor Sosial dan Budaya
Stereotip gender memainkan peran penting dalam mempertahankan dominasi perempuan di dunia keperawatan. Di banyak masyarakat, keperawatan dianggap sebagai pekerjaan yang membutuhkan kelembutan, kesabaran, dan kemampuan interpersonal yang tinggi—atribut yang secara tradisional diasosiasikan dengan perempuan. Sebaliknya, laki-laki sering diarahkan ke profesi yang dianggap lebih maskulin, seperti kedokteran atau teknik.
Selain itu, peluang pendidikan juga turut memengaruhi. Pada masa lalu, perempuan memiliki akses terbatas ke pendidikan tinggi, khususnya dalam bidang-bidang yang membutuhkan pelatihan panjang seperti kedokteran. Keperawatan menjadi pilihan yang lebih realistis dan terjangkau, sehingga banyak perempuan memilih profesi ini.
C. Dampak Dominasi Perempuan dalam Keperawatan
- Kurangnya Keberagaman Gender Dominasi perempuan dalam keperawatan menciptakan ketidakseimbangan gender yang dapat memengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Kehadiran laki-laki dalam profesi ini dapat memberikan perspektif baru dan meningkatkan keberagaman tim kesehatan.
- Stereotip Profesi Persepsi bahwa keperawatan adalah profesi "perempuan" dapat menghambat rekrutmen laki-laki. Hal ini memperkuat pandangan tradisional yang membatasi pilihan karir berdasarkan gender.
- Tantangan dalam Retensi Tenaga Kerja Profesi keperawatan sering menghadapi tantangan dalam retensi tenaga kerja karena tekanan kerja yang tinggi dan beban emosional. Dengan memperluas partisipasi laki-laki, profesi ini dapat meningkatkan keberlanjutan tenaga kerja.
D. Upaya Menciptakan Keseimbangan Gender
Untuk mengatasi dominasi gender dalam profesi keperawatan, berbagai langkah perlu diambil:
- Kampanye Kesadaran Mengedukasi masyarakat untuk menghapus stereotip gender dalam profesi keperawatan. Hal ini dapat dilakukan melalui kampanye media, seminar, dan program pendidikan.
- Peningkatan Representasi Laki-Laki Memberikan insentif seperti beasiswa dan pelatihan khusus untuk mendorong laki-laki masuk ke dunia keperawatan.
- Reformasi Kurikulum Menyusun kurikulum pendidikan keperawatan yang lebih inklusif dan sensitif terhadap isu gender, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi semua.
- Dukungan Karir Memberikan program mentoring dan bimbingan karir yang mendukung pengembangan profesional bagi semua gender.
Dominasi perempuan dalam profesi keperawatan adalah fenomena yang kompleks, dengan akar yang mendalam dalam sejarah, budaya, dan sosial. Meski perempuan telah memainkan peran penting dalam mendefinisikan profesi ini, penting untuk menciptakan keseimbangan gender demi keberagaman dan keberlanjutan profesi. Dengan langkah-langkah yang tepat, profesi keperawatan dapat menjadi wadah bagi semua individu yang memiliki dedikasi untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik tanpa memandang gender.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.