Susu Formula: Teman atau Musuh bagi Gigi Si Kecil?
Eduaksi | 2025-01-06 20:20:31Susu formula sering dianggap sebagai sumber nutrisi yang penting bagi bayi dan anak-anak. Menurut Wijaya et al. (2023), susu formula adalah susu yang diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi pada anak, yang mengandung karbohidrat seperti sukrosa dan laktosa. Kandungan ini dapat mengakibatkan karies gigi pada anak usia prasekolah.
Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak-anak, terutama bagi mereka yang mengonsumsi susu formula. Karies gigi merupakan salah satu gangguan kesehatan gigi yang mengalami pengapuran sehingga gigi menjadi keropos, berlubang, bahkan patah.
Menurut data PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia), 89% anak-anak di bawah 12 tahun menderita karies. Sampai sekarang, karies gigi merupakan masalah kesehatan di negara maju maupun berkembang (Husen et al., 2022). Proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak atau berlubang (45,3%). Jika berdasarkan kelompok umur, proporsi gigi rusak, berlubang, atau sakit pada kelompok umur 10-14 tahun adalah 41,4%, dengan prevalensi nasional karies sebesar 73,4% (Riskesdas, 2018).
Penyebab Karies Gigi
Karies gigi disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk bakteri, gula, struktur gigi, dan waktu. Bakteri dalam rongga mulut memetabolisme karbohidrat menjadi asam, yang dapat merusak enamel gigi. Jika tidak segera ditangani, kerusakan ini dapat menjalar ke lapisan lebih dalam dari gigi, seperti dentin dan pulpa, yang menyebabkan rasa sakit dan infeksi.
Pola makan yang tinggi akan karbohidrat sederhana, seperti sukrosa dan glukosa, berkontribusi besar terhadap terjadinya karies. Makanan yang lengket dan mudah terselip di gigi meningkatkan risiko pembentukan plak dan karies jika tidak dibersihkan dengan baik (Nabila et al., 2023). Selain itu, kebersihan mulut yang buruk juga menjadi faktor risiko utama dalam perkembangan karies gigi pada anak-anak.
Dampak Susu Formula
Susu formula mengandung karbohidrat yang dapat meningkatkan risiko karies. Sukrosa dalam susu formula merupakan jenis gula yang paling mudah menyebabkan kerusakan gigi karena cepat dimetabolisme oleh bakteri di mulut. Jika susu formula diberikan melalui botol atau dot pada malam hari, risiko ini semakin meningkat karena sisa susu dapat tertinggal di mulut lebih lama. Semakin lama anak diberikan susu formula, semakin tinggi risiko terkena karies gigi.
Anak-anak yang menggunakan botol atau dot untuk mengonsumsi susu formula juga memiliki risiko lebih tinggi terkena karies. Semakin lama permukaan gigi berkontak dengan karbohidrat dari susu formula, semakin besar kemungkinan produksi asam dalam rongga mulut, yang dapat menyebabkan demineralisasi enamel dan meningkatkan risiko terjadinya karies.
Dampak Kesehatan secara Keseluruhan
Dampak dari karies gigi tidak hanya terbatas pada kesehatan mulut tetapi juga dapat memengaruhi kualitas hidup anak secara keseluruhan. Anak-anak dengan masalah karies sering kali mengalami kesulitan saat makan dan minum, yang berdampak pada asupan nutrisi mereka. Menurut Onlan et al. (2020), karies gigi dapat menyebabkan rasa sakit yang mengganggu fungsi pengunyahan sehingga anak mungkin enggan untuk makan atau memilih makanan tertentu.
Karies gigi merupakan masalah penting karena tidak hanya menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga dapat menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lain sehingga menurunkan produktivitas. Kondisi ini akan mengurangi frekuensi kehadiran anak di sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, memengaruhi nafsu makan dan asupan makanan, yang pada akhirnya berdampak pada status gizi dan pertumbuhan fisik (Onlan et al., 2020). Jika tidak ditangani dengan baik, karies juga dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi sistemik.
Solusi yang Dapat Diterapkan
1. Mengurangi frekuensi pemberian susu formula, terutama sebelum tidur, untuk mencegah sisa susu menempel pada gigi
2. Mengajarkan anak untuk menyikat gigi dua kali sehari, yakni setelah makan dan sebelum tidur, serta berkumur setelah minum susu formula
3. Memantau kesehatan gigi anak dengan melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi setiap enam bulan sekali untuk mendeteksi dan mencegah masalah sejak dini
Konsumsi susu formula bisa menjadi teman bagi pertumbuhan anak jika diberikan dengan cara yang benar dan disertai dengan perhatian terhadap kebersihan mulut. Namun, jika tidak diperhatikan, susu formula dapat berfungsi sebagai musuh bagi kesehatan gigi si kecil. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai dampak ini, diharapkan orang tua dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk melindungi kesehatan gigi anak mereka.
Daftar Pustaka
Husen, L.M.S., Hardiansah, Y., Asmawariza, L.H., Yulandasari, V., Apriani, B.F., Mastuti, A., Wiguna, R.I., Sari, B.L.P.M., Ayuwardini, C. and Azhari, R. (2022). Penyuluhan Kesehatan melalui Program GERTAGIMU sebagai Upaya Menangani Masalah Gigi dan Mulut pada Anak. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 4(3), pp. 500-505.
Nabila, N. K., Hadi, S. & Prasetyowati, S. (2023). Pengetahuan tentang karies gigi pada siswa kelas IV & V di SDN Wilangan I Kabupaten Nganjuk tahun 2023. Indonesian Journal of Health and Medical, 3(2), pp. 99-111.
Onlan, Y. N. R., Variani, R., Manu, A. A. & Krisyudhanti, E. (2020). Caries Patterns and Knowledge Levels About Prevention of Dental Caries in Elementary School Students: Pola Karies Dan Tingkat Pengetahuan Tentang Pencegahan Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar St. Arnoldus Penfui Kupang. Dental Therapist Journal, 2(1), pp. 1-7.
Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riskesdas Tahun 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB). pp. 165.
Wijaya, A., Alfah, S., Restiyanti, Y., Hartaty, H., Pariati, P. and Rahmat, R. A. (2023). Pengaruh Konsumsi Susu Formula Terhadap Karies Gigi. Barongko: Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(2), pp. 187–189. doi: https://doi.org/10.59585/bajik.v1i2.26
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.