Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image M. Faizal Fahreza

Belajar dengan AI: Peluang dan Risiko untuk Pendidikan Generasi Muda

Teknologi | 2025-01-05 23:42:34
(gambar: chatgpt.com)

Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan telah memberikan peluang baru yang signifikan, sekaligus memunculkan risiko yang perlu diwaspadai. Berdasarkan hasil literature review yang dilakukan pada penelitian-penelitian antara tahun 2020 hingga 2024, dapat dilihat bagaimana AI membawa perubahan besar dalam sistem pendidikan dan dampaknya terhadap generasi muda. AI menawarkan berbagai manfaat, termasuk personalisasi pembelajaran, akses ke informasi yang lebih luas, dan peningkatan keterampilan teknologi. Namun, di sisi lain, AI juga menghadirkan tantangan terkait kesenjangan akses, ketergantungan pada teknologi, dan masalah etika serta privasi data. Penelitian-penelitian yang teridentifikasi dalam tabel memberikan gambaran yang jelas mengenai dinamika ini, mengungkapkan peluang serta tantangan yang dihadapi oleh pendidikan generasi muda dalam era digital ini.

Peluang Penggunaan AI

Salah satu peluang terbesar yang ditawarkan oleh penggunaan AI dalam pendidikan adalah personalisasi pembelajaran. Penggunaan AI memungkinkan penyesuaian materi pelajaran dengan kebutuhan dan kemampuan siswa secara individual. Hal ini berpotensi meningkatkan pemahaman siswa karena mereka dapat belajar dengan kecepatan dan gaya yang sesuai dengan diri mereka. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Maulana et al. (2023) melaporkan bahwa penggunaan ChatGPT, perangkat lunak berbasis AI, berhasil meningkatkan antusiasme generasi muda dalam pembelajaran. ChatGPT mempermudah pencarian informasi dan memberikan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan, yang berkontribusi pada peningkatan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Dengan kemampuan untuk menyesuaikan materi pelajaran sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing siswa, AI membuka peluang untuk meningkatkan efektivitas proses belajar yang sebelumnya terhambat oleh pendekatan satu ukuran untuk semua.

Selain itu, AI memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk mengakses sumber daya pendidikan yang lebih luas. Dalam era digital ini, berbagai platform pembelajaran berbasis AI memungkinkan siswa untuk belajar kapan saja dan di mana saja, menjadikannya lebih fleksibel dan terjangkau. Penelitian Ismanto & Safitri (2024) menunjukkan bahwa sistem pakar berbasis AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan bakat serta minat siswa. Penerapan sistem ini terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa sebesar 77,5%, yang menunjukkan potensi AI untuk memfasilitasi perkembangan keterampilan dan minat yang lebih mendalam. Dengan demikian, AI tidak hanya memungkinkan personalisasi pembelajaran, tetapi juga memberi kesempatan kepada siswa untuk menggali potensi mereka secara lebih holistik dan mendalam, yang tidak selalu mungkin tercapai dalam sistem pendidikan tradisional.

Risiko Penggunaan AI

Meskipun banyak peluang yang ditawarkan, penggunaan AI dalam pendidikan juga membawa sejumlah risiko yang perlu diperhatikan. Salah satu risiko terbesar adalah kesenjangan akses teknologi, terutama di negara berkembang atau daerah yang memiliki sumber daya terbatas. Hal ini mengarah pada ketidakmerataan dalam pemanfaatan AI di kalangan siswa. Pongtambing et al. (2023) mengungkapkan bahwa meskipun AI menawarkan banyak manfaat, penggunaannya sangat bergantung dan tingkat pengetahuan pengguna. Artinya, siswa dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap perangkat dan teknologi yang diperlukan untuk memanfaatkan AI secara maksimal. Hal ini memperburuk kesenjangan pendidikan dan dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam peluang belajar di antara generasi muda, yang pada akhirnya memperlebar kesenjangan sosial-ekonomi.

Selain kesenjangan akses, ketergantungan yang berlebihan pada teknologi juga dapat menjadi masalah. Generasi muda yang terbiasa menggunakan AI dalam proses belajar bisa kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan mandiri. Dalam penelitian Pratiwi & Yunus (2024), ditemukan bahwa AI dapat memperkaya pengalaman belajar jika diterapkan dengan bimbingan yang tepat. Namun, jika AI digunakan tanpa pengawasan yang memadai, siswa mungkin terlalu mengandalkan teknologi untuk mencari informasi atau menyelesaikan tugas, yang dapat mengurangi kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan mandiri. Penggunaan AI yang tidak seimbang dapat mengarah pada situasi di mana siswa menjadi terlalu tergantung pada teknologi, sehingga kehilangan keterampilan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif dan tanpa bantuan perangkat otomatis. Ini merupakan tantangan besar dalam menciptakan pendidikan yang tidak hanya mengandalkan teknologi, tetapi juga mengembangkan potensi siswa untuk berpikir secara kritis dan independen.

Masalah etika dan privasi juga menjadi perhatian serius dalam penerapan AI di pendidikan. Pengumpulan dan pengolahan data siswa yang diperlukan untuk personalisasi pembelajaran dapat menimbulkan masalah privasi, terutama jika data tersebut tidak dikelola dengan hati-hati. Saumantri et al. (2024) dalam penelitiannya menemukan bahwa generasi Z menunjukkan kesadaran yang tinggi tentang etika penggunaan AI. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga keamanan data pribadi siswa dan memastikan bahwa teknologi digunakan dengan cara yang etis. Tanpa kebijakan dan regulasi yang jelas, risiko penyalahgunaan data siswa menjadi sangat besar, yang dapat merugikan individu dan bahkan membahayakan sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang jelas dan regulasi yang ketat diterapkan dalam penggunaan AI, terutama yang berhubungan dengan pengumpulan data pribadi dan penggunaan teknologi secara bertanggung jawab.

Hubungan Kemajuan Teknologi dengan Pendidikan

Dalam pendidikan yang lebih luas, meskipun kemajuan teknologi AI dapat memberikan banyak manfaat, pendidikan karakter dan moral harus tetap menjadi prioritas. Penelitian oleh Sunardi et al. (2024) menekankan bahwa meskipun teknologi berkembang pesat, pendidikan moral dan karakter tidak boleh diabaikan. Dalam pendidikan agama dan nilai moral, seperti yang dijelaskan oleh Sidabutar & Munthe (2022), AI bukanlah ancaman, melainkan alat yang dapat mendukung pembelajaran yang lebih menyeluruh dan integral bagi siswa. Oleh karena itu, pendidikan harus menggabungkan ilmu pengetahuan dengan nilai moral dan budi pekerti untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga memiliki karakter yang baik. Keterampilan teknis yang diperoleh melalui pembelajaran AI tidak akan lengkap tanpa dilengkapi dengan pemahaman yang mendalam tentang nilai etika, tanggung jawab, dan empati. Pendidikan berbasis AI harus memastikan bahwa siswa tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga memiliki kapasitas untuk menggunakannya dengan bijak dan bertanggung jawab.

Pendidikan yang memadukan teknologi dengan pendidikan karakter akan membentuk individu yang tidak hanya terampil dalam menggunakan AI, tetapi juga mampu mengelola teknologi tersebut dengan cara yang bertanggung jawab dan beretika. Rahmah et al. (2024) menambahkan bahwa pengenalan teknologi AI di pesantren dapat memotivasi guru dan siswa untuk mengintegrasikan AI dalam proses pembelajaran yang mendukung kemandirian belajar, sambil tetap mengedepankan nilai-nilai agama dan etika. Dengan demikian, pengintegrasian AI dalam pendidikan harus selalu mempertimbangkan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai moral yang harus tetap dijaga. Ini menjadi semakin penting dalam dunia yang semakin digital, di mana teknologi bisa dengan mudah mengubah pola pikir dan perilaku generasi muda jika tidak dikelola dengan bijak.

Kesimpulan

Penggunaan AI dalam pendidikan membuka peluang yang besar untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal, efektif, dan efisien. Namun, tantangan terkait kesenjangan akses, ketergantungan pada teknologi, dan masalah etika serta privasi harus ditangani dengan serius. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa penerapan AI yang bijak dapat memperkaya pendidikan generasi muda, tetapi memerlukan kebijakan yang tepat, pembimbingan yang memadai, dan perhatian terhadap perkembangan karakter siswa. AI harus dilihat sebagai alat yang mendukung, bukan menggantikan, peran pendidik dan nilai-nilai moral yang perlu diteruskan kepada generasi muda. Pengintegrasian AI dalam pendidikan harus seimbang dengan pendekatan yang menjaga esensi pendidikan sebagai sarana untuk membentuk individu yang tidak hanya pintar, tetapi juga berbudi pekerti luhur.

Daftar Pustaka

Ismanto, E., & Safitri, A. (2024). Sosialisasi & Edukasi: Optimalisasi Bakat dan Minat Siswa Berbasis Sistem Pakar Dengan Pendekatan Artificial Intelligence. Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI, 8(3), 307–312.

Maulana, M. S., Widianto, S. R., Safitri, S. D. A., & Maulana, R. (2023). Pelatihan Chat Gpt Sebagai Alat Pembelajaran Berbasis Artificial Intelligence Di Kelas. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Jotika, 3(1), 16–19.

Pongtambing, Y. S., Appa, F. E., Siddik, A. M. A., Sampetoding, E. A. M., Admawati, H., Purba, A. A., Sau, A., & Manapa, E. S. (2023). Peluang dan tantangan kecerdasan buatan bagi generasi muda. Bakti Sekawan: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1), 23–28.

Pratiwi, R. T. L., & Yunus, M. (2024). Manfaat dan Tantangan Penggunaan Artificial Intelligence (AI) bagi Guru dan Peserta Didik di Era Society 5.0. Journal of Innovation and Teacher Professionalism, 3(2), 488–494.

Rahmah, D. L., Juhriah, E., & Yusuf, Y. S. (2024). Pengenalan Teknologi Artificial Intelligence Untuk Guru Di Pesantren Ma’had Rahmaniyah Al Islamy Cibinong. Jurnal Insan Peduli Sosial Masyarakat (JIPEMAS), 2(1), 26–33.

Saumantri, T., Bisri, B., & Nawawi, F. (2024). Etika Dalam Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) Pada Generasi Z Di Pondok Pesantren Syariful Anam Kota Cirebon. Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat Kepulauan Riau (JPPM Kepri), 4(1), 21–29.

Sidabutar, H., & Munthe, H. P. (2022). Artificial Intelligence dan implikasinya terhadap tujuan pembelajaran pendidikan agama Kristen. JMPK: Jurnal Manajemen Pendidikan Kristen, 2(2), 76–90.

Sunardi, S., Utama, W. K., & Munir, M. (2024). Strategi Mutu Pesantren dan Tantangan Dekadensi Moral di Tengah Geliat Artificial Intelligence. Jurnal Manajemen Dan Budaya, 4(2), 102–110.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image