Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Makan Siang Gratis: Langkah Tepat atau Sekadar Solusi Jangka Pendek?

Info Terkini | 2025-01-03 06:04:46
Ilustrasi Program Makan Siang Gratis

Pandemi COVID-19 memberikan dampak besar terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan pendidikan di Indonesia. Berbagai kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah diterapkan untuk membantu masyarakat yang terdampak termasuk di antaranya program makan siang gratis bagi siswa sekolah.
Presiden terpilih Prabowo Subianto akan merealisasikan salah satu program kerjanya untuk memberikan makanan bergizi bagi balita, anak sekolah, ibu hamil maupun ibu menyusui.

Program ini akan direalisasikan pada 2025. Ini merupakan sebuah gebrakan dari presiden Prabowo. Presiden Prabowo mengklaim program ini berpotensi dalam menyelesaikan masalah fundamental di Indonesia, khususnya masalah stunting pada anak. Selain program makan sianggratis, beliau juga menggagas program bantuan gizi kepada ibu hamil dan balita di seluruh Indonesia.

Program seperti ini di berbagai negara terbukti mengurangi angka putus sekolah. Berdasarkan data dari World Food Programme (WFP) tahun 2022, program pemberian makan siang gratis telah membantu lebih dari 418 juta siswa secara global.

Di sisi lain, ibu hamil juga harus diprioritaskan dalam program ini untuk menurunkan risiko anak lahir stunting. Pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil dapat mencegah kelahiran stunting pada anak.

Program ini ditargetkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi belanja pemerintah. Belanja pemerintah ini tentu akan membuat peredaran uang di Indonesia khususnya di daerah semakin banyak dan membuat likuiditas perekonomian meningkat.

Namun, dengan berjalannya waktu, kita perlu bertanya, apakah makan siang gratis benar-benar dapat mengatasi masalah utama yang dihadapi masyarakat?

Di satu sisi, program ini jelas memberikan dampak positif bagi anak-anak yang selama ini kekurangan gizi. Namun, di sisi lain, program ini juga menyimpan tantangan besar, baik dalam hal keberlanjutan maupun efektivitasnya dalam jangka panjang.

Salah satu masalah utama yang perlu dicermati adalah kualitas makanan yang disediakan.

Program makan siang gratis, jika tidak dikelola dengan baik, dapat berisiko menghadirkan makanan yang tidak bergizi atau bahkan tidak aman dikonsumsi.

Banyak daerah yang kekurangan fasilitas untuk memonitor dan mengatur kualitas bahan makanan yang disediakan, yang berisiko menurunkan manfaat kesehatan dari program tersebut.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk bekerja sama dengan ahli gizi dan pihak-pihak terkait guna memastikan menu yang disajikan memenuhi standar gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak.

Selain itu, kita juga harus melihat keberlanjutan program ini. Meskipun manfaatnya sangat terasa di masa-masa sulit, kita perlu memikirkan solusi jangka panjang yang dapat memberdayakan keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka secara mandiri.

Program makan siang gratis, jika diteruskan tanpa ada langkah-langkah pengentasan kemiskinan yang lebih menyeluruh, berpotensi menjadi solusi sementara yang tidak mengatasi akar masalah.

Pemerintah perlu memperkuat kebijakan yang berfokus pada peningkatan pendapatan keluarga miskin, seperti program pelatihan keterampilan, pemberdayaan ekonomi, dan dukungan terhadap usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sehingga mereka bisa mandiri dan tidak bergantung pada bantuan semata.

Keberlanjutan program makan siang gratis juga harus mempertimbangkan kemampuan anggaran daerah. Program ini membutuhkan dana yang tidak sedikit, dan tidak semua daerah memiliki anggaran yang cukup untuk melanjutkannya secara konsisten.

Jika dana tidak dikelola dengan baik atau ada penurunan anggaran, program ini bisa terhenti begitu saja, meninggalkan mereka yang sangat bergantung padanya.

Program ini harus dilihat dalam konteks yang lebih luas: apakah benar-benar efektif dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anak dari keluarga miskin, atau justru hanya menunda penyelesaian masalah kemiskinan itu sendiri?

Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan terbatasnya anggaran pemerintah, sudah saatnya kita mempertimbangkan kebijakan yang lebih berbasis pada pemberdayaan masyarakat, yang memberikan mereka kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi secara mandiri, baik melalui akses pangan yang lebih baik maupun peningkatan kesejahteraan secara menyeluruh.

Solusi jangka panjang harus melibatkan pendekatan yang lebih komprehensif terhadap masalah kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial. Pemerintah perlu lebih fokus pada upaya pemberdayaan ekonomi, peningkatan kualitas pendidikan, dan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai untuk keluarga miskin.

Dengan fokus pada pendekatan holistik, pemerintah bisa memberdayakan masyarakat untuk mandiri, memperbaiki kesejahteraan, dan mengatasi kemiskinan secara menyeluruh.

Ini adalah jalan yang lebih efektif untuk menciptakan perubahan nyata dalam kehidupan mereka, bukan hanya bergantung pada bantuan sementara yang sifatnya tidak menyelesaikan akar masalah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image