Sedikit Catatan tentang Kopi Lopo (Koplo)
Kultura | 2024-12-31 11:37:27Dua hari lagi mau pergantian tahun baru pisah sambut antara tahun 2024 dengan 2025 penulis biasa pulang ke kampung untuk melepas rindu yang berbelit-belit di dalam hati sanubari, sesampainya di kampung tidaklah lengkap rasanya kalau tidak main-main ke lopo (warung kopi) orang Minang menyebutnya dengan lapau jadi ada istilah di Minang itu generasi lapau dan generasi surau. generasi lapau pasti yang suka ke warung minum kopi sambil buka cerita cerita lepas, sedangkan di surau sudah pasti mereka sembahyang lihatlah contoh konkrit seperti M. Natsir KH Agus Salim tokoh-tokoh nasional dari Sumatera Barat merupakan generasi surau.
Lopo atau warkop (warung kopi) memang tidak bisa dihindari dari kehidupan masyarakatnya, lopo menjadi tempat penghembus debu masalah di benak masyarakatnya, kenapa tidak, di lopo mereka mendapatkan secerca harapan dan pencerahan bisa saja cerah karena mendengar cerita-cerita guyonan dari orang lain, sehingga lepas penatnya timbul semangatnya, dari tarikan seruputan kopi mereka dapat inspirasi untuk agenda esok harinya, bahkan mendapatkan job-job pekerjaan mereka juga bisa dapatkan pekerjaan karena seringnya berteman dan mengobrol di lopo, banyak teman yang pasti meminimalisir gundah gulana di benaknya hampir tertutupi.
Dalam perspektif lain, lopo atau lapau juga bisa juga mendatangkan mudarat bagi sebagian orang lain kalau ia tidak pandai mengatur waktunya, misalnya ia bertahan di lopo dari pagi sampai sore tak pulang-pulang kerumah, kebun abai, sawah abai, kebun sawit abai, karena asyiknya hidup di tengah lingkaran lopo warkop, sangkin menikmatinya terlelap pekerjaan utama, yang primer dikesampingkan oleh yang sekunder, harusnya yang primer (utama, pokok) dulu yang harus diprioritaskan baru kemudian yang sekunder di jalankan.
Bagaimana tidak, satu gelas kopi bisa bertahan dari pagi sampai siang, tidak ada habis-habisnya bahkan nyaris tidak habis, padahal akal kita mengatakan segelas kopi itu sedikit tinggal tunggu hilang panasnya langsung diminum selesai, tapi yang satu gelas kopi di lopo itu berepisode-episode mungkin ceritanya menarik, mungkin kopinya enak jadi minumnya harus sedikit-sedikit biar ternikmati, hal ini mungkin ada cara tersendiri dalam minum kopi di lopo itu yang tahu caranya adalah bagi orang yang sudah candu kopi lopo sudah tahu trik-triknya sehingga segelas kopi jadi dahsyat.
Dengan minum kopi memang ada tarikan luar bisa yang didapatkan, salah satunya adalah meningkatkan konsentrasi, cobalah kalau sedang mengantuk hebat di pagi hari padahal tidur pules malamnya minum kopi yang gelap jadi terang, tugas berat terasa ringan, tugas banyak terasa sedikit, tugas numpuk jadi apes, yang beku-beku jadi cair seketika yang pahit jadi enak walaupun kopi pahit terasa nikmat dan enak bagi yang biasa, dan sudah profesional, bagi yang belum jangan coba-coba takutnya rugi, kopi sudah dipesan tapi tidak jadi diminum.
Setelah Kopi lopo, penulis juga mengelilingi sebagian sudut desa memang ada satu keperluan khusus sambil melihat keadaan sosial keagamaan masyarakat pedesaan bak kata orang bijak sekali dayung terlampaui dua pulau, sambil ada keperluan sambil lihat situasi kondisi, kira-kira jarak tiga rumah lagi sampai ke rumah tujuan bertemu masjid, harusnya senang kalau lihat masjidnya hidup dan hidupkan, hidup maksudnya diterangi dengan lampu jadi tidak seperti rumah kosong, dihidupkan maksudnya ada kegiatan agama yang dijalankan misalnya shalat berjamaah lima waktu aktif, kajian wirid diaktifkan, kajian muslimah atau majelis taklim dihidupkan dan terlebih penting lagi remaja masjid kembali dihidupkan biar mereka tidak terjebak ke dalam api narkoba remaja harus andil meramaikan masjid.
Keramaian antara masjid dan lopo tidak berbanding lurus, artinya berat sebelah lebih ramai di lopo kopi dari pada ibadah di masjid, di lopo tahan berjam-jam mulai habis maghrib sampai jelang subuh, di masjid hanya beberapa saat tidak sanggup duduk disana padahal rumah dekat dengan masjidnya, berbalik arah mata memandang sudah terlihat jendela masjidnya. Padahal di Masjid sebenarnya tempat terbaik menghilangkan penat, masalah, bukan di lopo kopi seperti diulas sedikit cerita diatas tadi, tapi semuanya kembali kepada kepada perkara iman, kalau ditanya agama di KTP jelas tertulis Islam tapi iman perlu dipertanyakan, lopo dianggap jadi penebus masalah penebus suntuk, kalau orang beriman penebus masalahnya penebus suntuk di masjid karena apabila ia shalat terjawab sudah masalahnya, hal ini jelas disebutkan Allah dalam al-Qur’an artinya :
“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah penolongmu dengan sabar dan shalat..” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 45).
Orang-orang tua kita dulu sering ingatkan kita kunci sukses dalam hidup dan kehidupan keluarga ini adalah sembahyang atau shalat, dengan shalat terurai masalah satu persatu jadi terbang, benang kusut jadi lurus, tapi lopo masih ramai terus bahkan jumlah lopo pun penulis lihat meningkat dari tahun sebelumnya, walaupun bertambah satu, seharusnya berkurang walaupun satu, tapi tidak bisa dipungkiri karena berlopo juga membuat ekonomi seseorang menjadi baik dari yang dulu tidak apa-apa menjadi terbilang di masyarakat karena bangkitnya ekonomi seseorang.
Berlopo itu sangat baik, selain mendatangkan dan mendongkrak ekonomi parlopo di Lopo juga tempat media informasi masyarakat, misalnya seseorang warga yang hendak mau punya hajatan tinggal cari lopo-lopo datangi sampaikan disana mudah-mudahan udanganyannya sudah hampir merata, artinya lopo titik kumpul sebuah masyarakat, pusat informasi politik lepas dan liar pun bisa didapatkan di lopo.
Parlopo (pemilik warung) dan Pelopo (pelanggan warung) sudah semestinya saling mengerti satu sama lain, apalagi misalnya sebentar lagi mau memasuki bulan Ramadhan tidak terasa lagi tinggal menghitung hari, jangan pula lopo kedinginan di siang hari atas terik panas matahari padahal bukan karena kedinginan loponya tapi karena menutupi rasa malu yang salah makna karena orang-orang tidak puasa didalamnya, masjidlah seharusnya dihantam dalam arti bukan dihancurkan tapi dikerumuni sebanyak-banyaknya oleh masyarakat maka lihatlah perubahan yang akan terjadi pada setiap diri masyarakat, jiwanya semakin mantap dengan iman yang kuat, kebun-kebun nya, sawahnya, sawitnya makin tumbuh subur efek dari meningkatkan amal saleh iman diperkuat. Semoga. []
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.