Banjir Melanda Kota Surabaya: Penyebab dan Solusi untuk Warga Setempat
Info Terkini | 2024-12-29 22:15:11Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia, setelah Jakarta. Kota yang mempunyai julukan sebagai “Kota Pahlawan” ini tidak lepas dari permasalahan banjir. Curah hujan tinggi menyebabkan meningkatnya volume air yang dapat menyebabkan banjir. Sungai-sungai di Surabaya menjadi penuh akibat adanya peningkatan volume air, sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar. Koordinator Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya, Ady Hermanto, menjelaskan bahwa fenomena atmosfer seperti gelombang Kelvin dan Rossby turut memperparah kondisi tersebut. Aktifnya gelombang Kelvin dan Rossby bisa jadi salah satu penyebab curah hujan tinggi yang terjadi di Indonesia.
Menurut situs Institut Studi Iklim Carolina Utara, Gelombang Kelvin Atmosfer adalah sistem curah hujan tropis yang disertai pola angin barat dan timur yang khas. Sementara itu, dilansir dari situs BMKG, Gelombang Equatorial Rossby atau Rossby Ekuator adalah suatu fenomena yang terjadi di fluida (atmosfer/lautan) yang berotasi secara berpasangan dan bergerak ke arah barat di sekitar kawasan ekuator. Gelombang Rossby juga dikenal dengan istilah gelombang planet. Wilayah yang dilewati gelombang Kelvin berpotensi meningkatkan awan penghujan atau awan cumulonimbus. Dampaknya, wilayah tersebut berpotensi terkena hujan deras yang disertai angin kencang atau masuk kategori ekstrem. Sedangkan gelombang Rossby, dapat membawa massa udara yang bersifat basah sehingga sebuah wilayah yang dilewati gelombang ini sering dilanda hujan atau mendung. Gelombang Rossby juga dapat menimbulkan hujan dengan intensitas lebat.
Selain faktor alam, faktor-faktor lain seperti faktor manusia, juga berkontribusi besar dalam masalah ini. Merujuk pada keterangan resmi Pemkot Surabaya, terdapat 3 masalah utama yang menjadi penyebab banjir, pertama karena tumpukan sampah yang menghambat saluran air, kedua penyempitan saluran air akibat pelebaran jalan raya, dan ketiga belum tersedianya rumah pompa di wilayah tersebut. Penumpukan sampah dan penyempitan saluran air masih menjadi penyebab utama banjir di Surabaya. Kebiasaan warga Surabaya yang sering membuang sampah di sungai harus dihentikan.
Banjir yang terjadi di Surabaya, tidak hanya terjadi karena penumpukan sampah dan penyempitan saluran air saja, alih fungsi ruang hijau juga perlu diperhatikan. Area yang sebelumnya merupakan tempat resapan air seperti waduk, sawah, dan kawasan mangrove telah hilang tergantikan oleh pembangunan permukiman penduduk. Dibutuhkan kebijakan untuk menangani masalah tersebut, serta upaya untuk menyelamatkan ruang hijau yang tersisa agar tidak diahlifungsikan menjadi pemukiman.
Pemerintah kota Surabaya perlu mengerem laju pertumbuhan kota yang disebabkan oleh ketimpangan ekonomi. Mengkaji kebijakan perencanaan penggunaan lahan sesuai dengan analisis risiko untuk menciptakan model pembangunan lingkungan yang lebih manusiawi. Namun, penyelesaian banjir di Surabaya tidak hanya terletak pada pemerintah. Masyarakat juga memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga lingkungan dan kebersihan. Pemerintah bisa lebih memperkuat edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan meningkatkan kesadaran akan dampak yang ditimbulkan oleh sampah di saluran air.
Penting untuk dicatat bahwa banjir bukan hanya menimbulkan masalah lingkungan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Setiap tahun, banjir mengganggu kehidupan warga kota, merusak rumah dan infrastruktur, serta menurunkan kualitas hidup. Warga yang tinggal di daerah rawan banjir menjadi lebih rentan terhadap bencana dan penyakit. Oleh karena itu, pemerintah kota harus lebih tegas dalam mengatur pembangunan, serta lebih fokus pada solusi yang berkelanjutan untuk mencegah banjir di masa depan.
Kesimpulannya, banjir di Surabaya adalah masalah kompleks yang melibatkan banyak faktor. Penyelesaian jangka panjang tidak hanya membutuhkan kebijakan yang tepat dari pemerintah, tetapi juga keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mendukung perubahan pola pikir terhadap pentingnya menjaga alam. Dengan adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, Kota Surabaya dapat mengurangi dampak banjir dan menciptakan kota yang lebih tangguh dalam menghadapi tantangan iklim di masa depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.