Ketika Memvalidasi Emosi Jadi Pisau Bermata Dua
Edukasi | 2024-12-26 20:33:24Hal yang sederhana tapi tidak semua orang bisa melakukan, yaitu memvalidasi apa yang dirasakan oleh orang lain. Memvalidasi adalah mengakui, menghargai, dan memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain tanpa mengintimidasi atau meremehkan apa yang mereka rasakan. Terlihat mudah, namun hal seperti ini tidak semua orang bisa menerapkan ini.
Pada era saat yang kini telah sadar betapa pentingnya kita peduli terhadap kesehatn mental. salah satunya, perihal memvalidasi emosi seseorang. Hal ini, dapat berpengaruh terhadap perkembangan seseorang. Dengan memvalidasi emosi dapat memberikan banyak manfaat. Namun, perlu kita ketahui bahwa hal ini menjadi pisau bermata dua apabila kita tidak dapat menerapkannya secara bijak. Pada artikel ini, kita akan mengupas bagaimana validasi emosi seseorang dapat berpengaruh baik dan justru juga dapat menjadi bumerang bagi kita.
Validasi perasaan telah terbukti memiliki dampak positif dalam membangun hubungan interpersonal dan mendukung kesehatan mental. Dengan kita menjadi pendengar dan mengakui perasaan yang mereka rasakan dapat menjadikan diri mereka diberi ruang dan dimengerti atas apa yang mereka rasakan. Seperti memberikan dukungan berupa “Aku paham kenapa kamu ngerasain hal seperti itu” atau “Tidak apa wajar saja jika kamu merasa seperti itu" Dengan begini, dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka, mengurangi stress, serta membantu mereka meregulasi emosi secara bijak.
Selain itu, dengan memvalidasi emosi mereka, suatu individu dapat terdorong untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Mereka dapat melihat suatu hal dengan kepala dingin karena emosi/perasaan mereka telah diakui dan tidak diabaikan. Hal ini dapat membantu mereka mengelola emosi yang mungkin dapat menghalangi pandangan mereka mengenai suatu hal sehingga menjadi lebih rasional dan terarah. Tak hanya itu, memvalidasi emosi juga dapat merefleksikan situasi menjadi lebih mendalam. Ini memberi kesempatan mereka memberikan ruang untuk mengevaluasi masalah sehingga dapat menemukan solusi dengan sudut pandang yang lebih konstruktif.
Namun, seperti pedang bermata dua, dalam memvalidasi emosi dapat memberikan efek negatif apabila kita tidak dapat menerapkan di situasi yang tepat. apabila kita terus-menerus mengakui perasaan negatif seseorang tanpa memberikan dorongan untuk menemukan solusi, hal ini dapat mengakibatkan timbulnya pola pikir yang tidak sehat. Suatu individu dapat terlalu nyaman dalam keadaan tersebut tanpa mencoba untuk keluar dalam situasi yang merugikan.
Selain itu, dampak negatif memvalidasi perasaan tanpa pertimbangan yang matang juga dapat menjadikan seseorang yang merasakan emosi menjadi ketergantungan. Mereka bisa saja menjadi terbiasa mengandalkan orang lain untuk mengatasi perasaan dan masalah yang mereka hadapi. Hal ini dapat menghambat kemandirian emosional mereka dan mereka menjadi kesulitan dalam mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Ketergantungan seperti ini tak hanya satu individu saja, tetapi orang-orang yang disekitarnya juga akan menjadi terbebani. Maka dari itu, pentingnya memberikan validasi secara seimbang dengan memberikan dukungan tetapi juga tetap mendorong suatu individu untuk berkembang dan belajar menghadapi suatu permasalahan secara mandiri.
Agar validasi perasaan memberikan manfaat konstruktif, maka penting untuk melakukannya secara bijak. Berikut beberapa cara bijak yang dapat diterapkan:
1. Dengarkan Tanpa Menghakimi
Simak dengan seksama berikan perhatian sepenuhnya ketika seseorang bercerita. Hindari menyela, memberikan penilaian , atau memaksa opini anda ketika ia belum selesai bercerita. Mereka akan merasa nyaman, dihargai, dan tidak takut untuk bercerita kembali nantinya.
2. Berikan Afirmasi yang Mendukung:
Gunakan kata-kata yang mengakui perasaannya, seperti “Itu hal yang wajar kamu rasakan kok!” atau “Kamu pasti bisa melewati masalah ini” dengan begini dapat membantu mereka untuk merasa lebih dimengerti dan dihargai. Selain itu, juga dapat memberikan dorongan positif untuk mereka.
3. Dorong untuk Refleksi dan Menemukan Solusi
Setelah memvalidasi emosi yang mereka rasakan, ajak mereka untuk berpikir reflektif mengenai situasi yang mereka hadapi. Misalnya, dengan menanyakan “Menurutmu, apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi permasalahan ini?” dengan begitu dapat membantu dia untuk refleksi dan menemukan solusinya sendiri.
Namun, perlu diingat bahwa hindari memberikan validasi yang berlebihan yang mengakibatkan mereka timbul pola pikir yang negatif dan terlalu ketergantungan atas dukungan emosional. Selain itu, juga dorong mereka melihat langkah konkrit yang untuk menghadapi suatu permasalahan.
Validasi emosi merupakan suatu upaya untuk membantu seseorang mengelola emosi yang mereka rasakan secara bijak. yang mana, ini membutuhkan keseimbangan antara logika dan empati. Apabila validasi ini dilakukan dengan cara yang tepat maka dapat memberikan efek yang positif. Begitu juga sebaliknya, apabila kita memvalidasi tanpa pikir matang, hal ini menjadi bumerang memperburuk kondisi emosional seseorang. Oleh karena itu, penting bagi kita, untuk memahami bagaimana dan kapan kita memberikan validasi yang tepat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.