Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nadiya Azahra

Mustafa Kemal Ataturk: Reformasi Radikal dan Dampaknya pada Geopolitik Timur Tengah

Sejarah | 2024-12-26 20:14:46

Salah satu Tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah modern Turki dan kawasan Timur Tengah adalah Mustafa Kemal Atatürk. Kemal Atatürk lahir pada tahun 1881 di Thessaloniki (saat ini masuk di wilayah Yunani). Kepemimpinan Kemal Atatürk membawa transformasi besar Turki dari Kekhalifahan Ottoman menjadi negara yang menganut sistem republik modern. Kepemimpinan dari Mustafa Kemal Atatürk juga mempengaruhi geopolitik Timur Tengah.

Mustafa Kemal Atatürk (19 Mei 1881 – 10 November 1938), yang hingga tahun 1934 dikenal dengan nama Gazi Mustafa Kemal Paşa, merupakan seorang tokoh militer dan pemimpin politik asal Turki yang mempelopori revolusi di negaranya. Ia mendirikan Republik Turki dan menjabat sebagai presiden pertamanya. Pemikiran, kebijakan, dan teori yang ia kembangkan, yang berfokus pada sekularisme dan nasionalisme, dikenal dengan istilah Kemalisme.

Artikel ini mengulas masa kepemimpinan Kemal Atatürk, mulai dari reformasi di masa Atatürk hingga peninggalannya dalam dinamika geopolitik Timur Tengah hingga saat ini. Dengan mengaitkan kebijakan Atatürk dengan tantangan peluang di Timur Tengah. Artikel ini memberikan analisis kritis terhadap dampak warisannya.

Pasca Kekhalifahan Ottoman mengalami kekalahan di Perang Dunia I. Mustafa Kemal Atatürk berhasil mengusir kekuasaan asing dari Anatolia melalui Perang Kemerdekaan Turki (1919 - 1923). Atatürk mendirikan Republik Turki pada tahun 1923, ia ditetapkan menjadi presiden pertama dan langsung melaksanakan berbagai reformasi radikal.

Reformasi radikal yang dilaksanakan Atatürk mulai dari penghapusan kekhalifahan dan sekularisasi. Langkah sekularisasi diambil sebagai pemisah antara agama dan pemerintahan, hal ini menjadi pendekatan unik dibandingkan dengan tradisi negara-negara Timur Tengah lainnya (Lewis, 2001). Selanjutnya, Atatürk mereformasi sistem hukum Turki dengan mengadopsi model Eropa, terutama Swiss, langkah ini diambil untuk menciptakan kesetaraan dalam masyarakat terutama pada hak-hak perempuan (Zürcher, 2004). Selain itu, di tahun 1934, Atatürk memberikan hak suara kepada perempuan (Keyder, 1987). Reformasi pendidikan juga diterapkan oleh Atatürk dengan menghilangkan madrasah tradisional dan mengenalkan alfabet latin sebagai pengganti huruf Arab. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan literasi dan menghilangkan pengaruh masa lalu dari kekuasaan Ottoman (Mango, 1999).

Kebijakan-kebijakan reformasi Atatürk mempengaruhi dinamika politik di Timur Tengah. Atatürk menerapkan konsep nasionalisme yang memperkenalkan identitas nasional berbasis etnis Turki dan mengabolisi multietnis dari pendekatan Ottoman. Pendekatan tersebut mempengaruhi berbagai gerakan nasional di Timur Tengah yang memicu ketegangan etnis, terutama dengan komunitas Kurdi (Yavuz, 2003: 70-72). Selain nasionalisme, sekularisme juga menuai kontroversi. Kelompok Islamis menganggap ideologi ini tidak sesuai dengan tradisi lokal (Esposito, 1984). Kebijakan-kebijakan reformasi ini meninggalkan kekosongan simbolis dalam dunia Islam. Beberapa kelompok Islamis menganggap keputusan Atatürk menjadi penyebab

lemahnya solidaritas politik diantara negara-negara Muslim, yang mana kekhalifahan sebagai simbol penting persatuan umat (Haddad, 1995).

Peninggalan kebijakan Atatürk masih memiliki relevansi dalam geopolitik Timur Tengah saat ini. Sekularisme menjadi konflik, dengan contoh Arab Spring, beberapa negara seperti Mesir menghadapi ketegangan antar kelompok yang mendukung sekularisme dan kekuatan Islamis yang berupaya mendominasi politik (Roy, 2012). Pandangan nasionalisme yang diperkenalkan oleh Atatürk masih relevan dan menjadi konflik antar etnis Kurdi. Hal ini terjadi akibat perubahan batas negara pasca Ottoman yang menjadi konflik regional (Romano, 2006).

Di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan, Turki menunjukkan kebijakan luar negeri yang lebih mandiri terhadap Barat dan kawasan Timur Tengah. Hal ini sejalan dengan visi Atatürk yang menjadi acuan dalam mencari keseimbangan antara modernisasi dan tradisi (Kirisci, 2020). Selain itu, peninggalan dari Atatürk berupa pendekatan modernisasi menjadi bahan perbandingan di Timur Tengah. Seperti Muhammad bin Salman yang menggunakan reformasi besar-besaran sebagai model transformasi, yang sering dibandingkan dengan upaya modernisasi dari Mustafa Kemal Atatürk(Lacroix, 2020).

Mustafa Kemal Atatürk adalah sosok yang membawa transformasi besar dalam sejarah modern Turki dan kawasan Timur Tengah. Melalui berbagai reformasi radikal, seperti penghapusan kekhalifahan, sekularisasi, modernisasi hukum, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan, Atatürk berhasil mengubah Turki menjadi negara republik modern. Kebijakan-kebijakan tersebut tidak hanya memengaruhi dinamika internal Turki tetapi juga memiliki dampak signifikan pada geopolitik Timur Tengah.

Konsep sekularisme dan nasionalisme yang diperkenalkan Atatürk terus menjadi tema yang relevan dalam dinamika politik kawasan. Konflik antara nilai-nilai sekular dan Islamis, serta ketegangan etnis akibat perubahan batas negara pasca-Ottoman, menunjukkan bahwa warisan Atatürk masih mempengaruhi realitas politik Timur Tengah hingga saat ini.

Selain itu, meskipun Turki modern di bawah Recep Tayyip Erdogan menunjukkan pendekatan yang lebih mandiri terhadap Barat, visi Atatürk tetap menjadi rujukan untuk mencari keseimbangan antara modernisasi dan tradisi. Pendekatan modernisasi Atatürk juga menjadi model perbandingan bagi pemimpin-pemimpin di Timur Tengah yang tengah berupaya melakukan reformasi besar-besaran, seperti Mohammed bin Salman di Arab Saudi.

Dengan demikian, warisan Mustafa Kemal Atatürk tidak hanya relevan dalam konteks sejarah tetapi juga dalam memahami tantangan dan peluang geopolitik Timur Tengah masa kini.

Daftar Pustaka

Ahmad, F. (1993). The Making of Modern Turkey. London: Routledge.

Cooper, M. N. (2002). The Transformation of Egypt. Baltimore: Johns Hopkins University Press.

Hale, W. (2013). Turkish Foreign Policy Since 1774. London: Routledge.

Hourani, A. (1991). A History of the Arab Peoples. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Keyder, Ç. (1987). State and Class in Turkey. London: Verso.

Kirisci, K. (2020). Turkey and the West: Fault Lines in a Troubled Alliance. Washington, DC:

Brookings Institution Press.

Lacroix, S. (2020). Awakening Islam: The Politics of Religious Dissent in Contemporary Saudi

Arabia. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Lewis, B. (2001). The Emergence of Modern Turkey. New York: Oxford University Press.

Mango, A. (1999). Atatürk: The Biography of the Founder of Modern Turkey. London: John Murray.

Romano, D. (2006). The Kurdish Nationalist Movement: Opportunity, Mobilization and Identity. Cambridge: Cambridge University Press.

Roy, O. (2012). The Failure of Political Islam. Cambridge, MA: Harvard University Press. Yavuz, M. H. (2003). Islamic Political Identity in Turkey. Oxford: Oxford University Press.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image