Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andini Wahyu Ariyanti

Krisis Kesehatan Kardiovaskular di Jawa Timur: Analisis Penyebab, Dampak, Solusi

Gaya Hidup | 2024-12-26 12:29:39
Sumber: www.sajianbunda.com

Penyakit kardiovaskular (PKV), yang mencakup penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke, telah menjadi salah satu penyebab utama kematian di Indonesia, dengan prevalensinya yang terus meningkat. Di Jawa Timur, sebuah provinsi dengan jumlah penduduk yang besar, penyakit kardiovaskular menyumbang angka kematian yang signifikan dan mengkhawatirkan. Dalam laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, tercatat bahwa hampir 30% dari total kematian disebabkan oleh gangguan kardiovaskular. Meskipun kemajuan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit ini terus berkembang, namun akar penyebab yang mendalam dan solusi yang belum sepenuhnya diterapkan menjadi faktor utama yang memperburuk krisis kesehatan ini.

Salah satu penyebab utama meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskular di Jawa Timur adalah kurangnya aktivitas fisik di kalangan penduduknya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 40% penduduk dewasa di Jawa Timur tidak memenuhi standar minimal aktivitas fisik yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 150 menit per minggu dengan intensitas sedang. Dalam jangka panjang, kurangnya aktivitas fisik ini memperburuk faktor risiko seperti obesitas, hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes tipe 2, yang berkontribusi langsung terhadap perkembangan penyakit jantung dan stroke. Sebuah studi longitudinal yang diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology menegaskan bahwa individu yang tidak aktif secara fisik memiliki peningkatan risiko hingga dua kali lipat untuk mengembangkan penyakit jantung koroner, bahkan jika mereka tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tersebut.

Namun, kurangnya aktivitas fisik bukanlah satu-satunya penyebab dari krisis kardiovaskular ini. Pola makan yang buruk dan faktor sosial-ekonomi juga memainkan peran yang sangat signifikan. Di banyak bagian Jawa Timur, terutama di daerah perkotaan, konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, gula, dan garam semakin meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup. Masyarakat yang lebih sibuk dengan pekerjaan dan rutinitas harian sering kali memilih makanan instan dan cepat saji yang tidak sehat. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam The Lancet Public Health, konsumsi makanan tinggi garam dan lemak dapat meningkatkan tekanan darah, yang merupakan faktor utama dalam terjadinya hipertensi dan penyakit jantung. Penyakit jantung koroner, yang terjadi ketika arteri yang menyuplai darah ke jantung tersumbat atau mengeras, sangat dipengaruhi oleh pola makan yang buruk dan tidak seimbang.

Lebih lanjut, faktor sosial-ekonomi di Jawa Timur juga memperburuk masalah ini. Penelitian dari International Journal of Epidemiology menunjukkan bahwa individu dengan latar belakang sosial-ekonomi rendah lebih rentan terhadap penyakit kardiovaskular karena kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai, pendidikan mengenai kesehatan, dan fasilitas olahraga. Sebagian besar masyarakat di daerah pedesaan Jawa Timur, yang cenderung memiliki pendapatan yang lebih rendah, tidak memiliki fasilitas medis yang memadai atau akses mudah ke informasi tentang cara mencegah penyakit kardiovaskular. Meskipun program pemerintah seperti JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) sudah ada, akses ke pelayanan kesehatan di daerah terpencil masih terbatas, dan masyarakat sering kali tidak menyadari pentingnya deteksi dini dan pengobatan penyakit jantung.

Di sisi lain, tantangan utama dalam penanganan penyakit kardiovaskular di Jawa Timur adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pencegahan primer. Sebagian besar masyarakat hanya mencari perawatan medis ketika gejala sudah muncul, yang sering kali sudah terlambat untuk pencegahan yang efektif. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Heart Asia menunjukkan bahwa lebih dari 70% pasien dengan penyakit jantung di Indonesia baru datang untuk perawatan medis setelah mereka mengalami gejala yang parah, seperti nyeri dada atau sesak napas. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan berbasis pencegahan yang lebih baik, baik dalam bentuk kampanye kesehatan yang lebih intensif maupun peningkatan deteksi dini penyakit melalui pemeriksaan rutin.

Dari segi kebijakan, meskipun sudah ada beberapa upaya untuk mengatasi masalah ini, misalnya dengan menggalakkan olahraga dan pola makan sehat melalui berbagai program pemerintah, inisiatif tersebut belum maksimal. Kebijakan publik yang lebih terintegrasi yang mencakup aspek pencegahan dan edukasi kepada masyarakat sangat dibutuhkan. Penguatan infrastruktur publik seperti taman kota, jalur sepeda, dan fasilitas olahraga yang terjangkau di berbagai daerah dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan fisik. Di samping itu, pemenuhan kebutuhan gizi seimbang dengan mengurangi konsumsi makanan olahan dan memperkenalkan pola makan berbasis tanaman lokal harus menjadi bagian integral dari kebijakan kesehatan.

Kesimpulannya, penyakit kardiovaskular di Jawa Timur bukan hanya masalah medis, tetapi juga masalah sosial yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Meningkatkan kesadaran, memperbaiki pola makan, serta mendorong masyarakat untuk lebih aktif secara fisik adalah langkah penting untuk menanggulangi masalah ini. Dalam konteks ini, pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat, agar krisis kardiovaskular ini dapat diatasi dengan lebih efektif dan berkelanjutan.

Andini Wahyu Ariyanti, Mahasiswa prodi Kimia 2024, Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image