Menelusuri Praktik Eksploitasi Hewan dalam Topeng Monyet
Eduaksi | 2024-12-25 17:35:56Di balik tawa dan sorak sorai penonton berbaur dengan suara gamelan, terdapat kisah kelam yang tersembunyi di balik pertunjukkan jalanan yang melibatkan hewan. Monyet, satwa cerdas yang seharusnya hidup di alam liar, seringkali dieksploitasi untuk hiburan jalanan. Hidup dalam kurungan kotor, tak diberi makan, hingga kerap disiksa adalah rutinitas sehari-hari yang harus dilalui para monyet dalam pertunjukan Topeng Monyet. Sampai kapan kita akan membiarkan mereka menderita demi hiburan sesaat?.
Topeng Monyet merupakan hiburan yang berasal kota Madiun, di mana pada tahun 1970-an Topeng Monyet diperkenalkan oleh salah satu sesepuh di Dusun Tosari, Desa Kertosari, Geger, Madiun. Topeng Monyet sejak dahulu dikenal di wilayah jawa timur, jawa tengah, dan jawa barat. Di Masyarakat Jawa Topeng Monyet dikenal dengan sebutan Ledhek Kethek dan Tandak Bedhes yang berarti tontonan monyet. Monyet yang digunakan dalam pertunjukkan Topeng Monyet adalah jenis monyet ekor Panjang atau Macaca Fascicularis Sang pawang dan monyetnya berjalan berkeliling jalanan untuk mempertontonkan atraksi satwa tersebut.
Proses Latihan yang menyiksa
Selama tiga bulan setelah ditangkap, mereka disiksa, dipukuli, dicekik, bahkan digantung agar tetap berdiri saat Latihan. Tak jarang monyet-monyet tersebut tidak diberi makan agar terus bergerak dan mematuhi pawangnya. Hal tersebut dilakukan agar monyet dapat melakukan berbagai trik yang menghibur. Proses pelatihan yang panjang dan menyakitkan ini meninggalkan trauma pada primata cerdas tersebut.
Hidup dalam kurungan sempit
Sehari-hari para monyet hidup dalam kendang sempit dan kotor tanpa kebebasan berinteraksi dengan teman-teman sejenis. Karena kotornya kandang para monyet kerap terjangkit penyakit. Mereka juga kehilangan kesempatan hidup bebas di alam liar, berayun dari pohon ke pohon. Kandang yang seharusnya menjadi tempat istirahat mereka setelah bekerja malah menjadi penjara.
Ancaman penyakit pada monyet
Selain disiksa monyet juga diberi makanan yang tidak seharusnya. Dari snack hingga teh adalah konsumsi sehari-hari monyet karena sang pawang menganggap makanan tersebut murah, mudah didapat, dan tidak berpengaruh kepada monyet. Padahal pemberian makanan asal-asalan pada monyet menyebabkan terjangkitnya parasit.
Bahaya Topeng Monyet untuk manusia
Monyet merupakan salah satu hewan dengan gigi dan kuku yang sangat tajam. Saat merasa terancam bahkan marah monyet dapat mengejar dan melukai penonton. Tak jarang korban gigitan atau cakaran monyet dapat meninggal dunia. Selain luka fisik, monyet dapat menularkan penyakit menular melalui gigitan seperti rabies, simian retrovirus (SRV), dan tuberculosis.
Ancaman kepunahan monyet di alam liar
Diketahui bahwa dalam penangkapannya, induk dari monyet yang akan digunakan pertunjukan ditembak hingga mati. Kemudian bayi-bayi monyet yang sudah ditangkap akan dijual di pasar. Apalagi saat proses Latihan jika ada monyet yang tidak kuat dengan kekerasan mereka akan mati dan dibuang begitu saja. Hal ini tentunya mengancam kelestarian mereka di alam liar.
Apa yang harus dilakukan agar praktik ini tidak berlanjut?
Salah satu cara agar praktik eksploitaasi monyet dalam Topeng Monyet ini tidak berlanjut ialah dengan tidak menontonnya. Karena dengan tidak menyaksikan pertunjukkan tersebut maka pawang tidak akan menjajakan Topeng Monyet lagi dan beralih dengan mata pencaharian lain. Selanjutnya mendukung organisasi kesejahteraan hewan dengan memberikan donasi, menandatangani petisi, atau menjadi bergabung dalam relawan. Pemerintah juga dapat berpartisipasi dalam menghentikan hiburan Topeng Monyet dengan memberikan regulasi yang jelas dan tegas. Selama ini para pelaku Topeng Monyet hanya diberikan pembinaan di Dinas Sosial tanpa efek jera sehingga pawang-pawang tersebut terus mengulangi praktik Topeng Monyet. Terakhir sebagai praktisi dalam dunia kedokteran hewan dapat memberikan edukasi ke Masyarakat pentingnya tidak menyiksa hewan untuk kepentingan uang semata.
Pertunjukan topeng monyet adalah contoh nyata dari ketidakpedulian manusia terhadap sesama makhluk hidup. Kita harus mengubah pandangan kita tentang hewan dan memberikan mereka hak untuk hidup dengan layak. Dengan tindakan kita, kita bisa menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua makhluk hidup.
Mari kita jadikan suara bagi mereka yang tidak bisa bersuara!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.