Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Naylla Renza Philania

Tari Remo: Sebuah Tradisi Budaya yang Menarik di Kota Surabaya

Kultura | 2024-12-25 07:14:07

Tari Remo merupakan sebuah tradisi budaya yang kaya akan ciri khas Jawa Timur dan memiliki latar belakang yang unik dan menawan. Tarian ini berasal dari Jombang, daerah di provinsi Jawa Timur, dan diciptakan oleh seniman bernama Cak Mo pada abad ke-19. Cak Mo, yang pernah bergabung sebagai gemblak dalam grup reog di Ponorogo, mencari cara lain untuk mendapatkan nafkah akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Dengan bakat menarinya, ia mengenakan kostum ala Jathilan tanpa anyaman bambu dan bepergian dari satu desa ke desa lainnya sambil menampilkan tarian yang diiringi oleh musik kenong yang dimainkan oleh istrinya.

Gerakan yang diciptakan oleh Cak Mo mengombinasikan elemen-elemen dari Jathilan, warok, dan Tayub, serta dilengkapi dengan lirik lagu dan parikan. Keunikan dari gerakan ini segera menarik perhatian banyak orang, hingga Cak Mo dan sang istri diundang ke Surabaya untuk bergabung dengan grup seni Ludruk sebagai pembuka. Dikatakan bahwa tarian ini memiliki kemiripan dengan Reog Ponorogo, sehingga lebih dikenal sebagai Tari Reyoge Cak Mo yang selanjutnya disingkat menjadi Remo.

Kini, Tari Remo telah menjadi bagian vital dari kesenian tradisional di Jawa Timur, terutama di Surabaya. Awalnya, hanya penari laki-laki yang menampilkan tarian ini karena berkaitan dengan cerita yang diangkat, yaitu perjuangan seorang pangeran di medan perang. Namun, seiring berjalannya waktu, perempuan pun diperbolehkan menari, meski gerakan dan kostum untuk penari wanita sedikit berbeda dan tidak persis sama dengan aslinya.

Tari Remo dipentaskan dalam berbagai acara, termasuk sebagai pembukaan dalam pertunjukan Ludruk. Selain itu, tarian ini berfungsi sebagai media komunikasi serta menunjukkan sikap kepahlawanan. Tak jarang, tarian ini digunakan untuk menyambut tamu-tamu penting, seperti Bupati atau Presiden. Hal ini menandakan bahwa tarian ini memiliki peran signifikan dalam budaya Jawa Timur, khususnya di Surabaya.

Filosofi yang terkandung dalam Tari Remo sangat dalam. Contohnya, gerakan “gedruk” melambangkan pentingnya kesadaran individu terhadap kehidupannya di bumi. Di sisi lain, gerakan “gendewa” menggambarkan sebuah sikap lincah layaknya panah yang terlepas dari busur. Akhirnya, gerakan “tepisan” menyiratkan bahwa manusia harus bersikap tegar dan siap menghadapi setiap rintangan dalam hidup.

Daya tarik dari tarian ini tidak hanya terletak pada gerakan yang energik dan graceful, namun juga pada ekspresi wajah serta posisi tubuh yang mencerminkan emosi dan keberanian. Bunyi lonceng yang terpasang di pergelangan kaki penari menambah keindahan dan drama dari tarian ini. Penonton tak akanjub dengan gerakan kuda-kuda yang rumit dan simbol kepahlawanan yang tergambar dalam setiap langkah.

Tari Remo lebih dari sekadar tarian tradisional; ia menjadi simbol yang kuat dari budaya dan sejarah. Melalui kisah perjuangan seorang pangeran, tarian ini merepresentasikan keberanian serta daya juang. Dengan demikian, Tari Remo merupakan ikon budaya yang perlu dilestarikan dan dihargai tinggi di Surabaya serta di seluruh Jawa Timur. Semoga generasi mendatang senantiasa menjaga dan memperkaya warisan budaya ini agar tetap bersinar dan relevan di era modern yang global saat ini.

Nama : Naylla Renza Philania

NIM : 123241199

Fakultas : Ilmu Budaya

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image