Kurangi Efek Rumah Kaca dengan Sampah Organik Lewat Eco Enzyme
Eduaksi | 2024-12-24 11:19:43Berbeda dengan benua Eropa yang identik dengan musim salju ketika memasuki bulan Desember, di Indonesia, bulan Desember identik dengan musim penghujan yang bahkan biasanya turun dengan lebat. Dilansir dari bmkg.go.id, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa puncak musim hujan di tahun 2024 akan banyak terjadi pada bulan November hingga Desember di wilayah Indonesia barat dan bulan Januari hingga Februari 2025 untuk wilayah Indonesia timur.
Akan tetapi, meskipun sudah diguyur hujan hampir setiap hari, terkadang kita masih merasakan gerah baik di siang hari maupun malam hari. Mungkin, sudah bukan rahasia lagi bahwa fenomena tersebut merupakan salah satu dampak dari terjadinya pemanasan gobal yang diakibatkan oleh efek rumah kaca. Efek rumah kaca merupakan suatu peristiwa dimana sinar matahari yang masuk ke bumi tidak dapat dipantulkan Kembali ke atmosfer, sehingga panas akan terperangkap di dalam bumi.
Efek rumah kaca disebabkan karena penumpukan beberapa gas di atmosfer, salah satunya adalah gas metana (CH4). Gas metana banyak dihasilkan dari pembusukan limbah organik termasuk buah dan sayur. Dikutip dari ppid.menlhk.go.id, pada tahun 2022, jumlah timbulan sampah di Indonesia sebesar 68,7 juta ton/tahun dengan komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, khususnya sampah sisa makanan yang mencapai 41,27%.
Dari jumlah tersebut, kita bisa bayangkan seberapa besar dampak dari sampah organik terhadap efek rumah kaca. Oleh karena itu, perlu adanya kepedulian dari masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah organik dan mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Cara yang paling mudah adalah dengan membuatnya menjadi Eco Enzyme.
Eco Enzyme merupakan cairan serbaguna yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik seperti buah dan sayur yang prosesnya memakan waktu selama 3 bulan.
Untuk membuatnya, kita perlu menyiapkan beberapa bahan, akan tetapi bahan yang digunakan sangat mudah untuk ditemukan. Kita hanya membutuhkan air, gula aren atau tetes tebu, wadah beserta tutupnya, dan tentunya bahan organik. Bahan organik yang dipakai juga cukup bagian yang sudah tidak digunakan seperti kulit buah. Semua jenis buah bisa dipakai untuk membuat eco enzyme, kecuali kulit buah durian, nangka, dan salak.
Untuk perbandingan jumlahnya yaitu 10 bagian untuk air, 1 bagian untuk gula, dan 3 bagian untuk bahan organik. Namun, perlu digarisbawahi bahwa total air yang digunakan tidak boleh lebih dari 60% dari total volume wadah karena akan digunakan sebagai ruang oleh gas yang muncul ketika proses fermentasi berlangsung.
Ilustrasi jumlah bahan
Kita akan menggunakan wadah dengan volume 1000 ml, maka air yang digunakan maksimum sebanyak 600 ml (60% dari total volume wadah). Kemudian gula yang digunakan sebanyak 1 bagian atau 60 gram. Sementara, bahan organik yang digunakan sebanyak 3 bagian atau 180 gram.
Bahan yang sudah disiapkan tersebut kemudian dicampurkan hingga merata dan kemudian didiamkan selama 3 bulan dalam suhu ruang dengan kondisi wadah tertutup rapat.
Setelah 3 bulan, Eco Enzyme sudah dapat digunakan untuk diaplikasikan ke banyak hal. Hal ini dikarenakan eco enzyme memiliki banyak manfaat baik terhadap lingkungan maupun kesehatan. Biasanya, eco enzyme banyak digunakan untuk menjernihkan air sungai atau untuk pengganti pupuk karena eco enzyme juga dapat menyuburkan lahan pertanian dan perkebunan.
Kesimpulan
Sampah organik menghasilkan gas metana (CH4) yang merupakan faktor pendukung dari efek rumah kaca. Dimana Eco enzyme menggunakan sampah organik sebagai bahan utamanya. Dengan mengolahnya menjadi eco enzyme, kita tidak hanya berkontribusi untuk mengurangi jumlah sampah organik, akan tetapi kita juga berkontribusi memberikan dampak yang positif bagi kehidupan manusia karena manfaatnya yang beragam baik untuk lingkungan maupun manusia itu sendiri.
Referensi
Oase Kabinet dan KLHK Ajak Masyarakat Kelola Sampah Organik Menjadi Kompos. (n.d.). https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7222/oase-kabinet-dan-klhk-ajak-masyarakat-kelola-sampah-organik-menjadi-kompos
Prediksi Musim Hujan 2024/2025 di Indonesia. (2024, October 3). BMKG - Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika. https://www.bmkg.go.id/iklim/prediksi-musim/prakiraan-musim-hujan-2024-2025-di-indonesia
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.