Dampak komunikasi Perawat terhadap Kecemasan Pasien dalam Unit Perawatan Intensif
Eduaksi | 2024-12-21 23:06:39Kecemasan adalah reaksi emosional yang sering dialami oleh pasien di unit perawatan intensif (ICU) karena keadaan kesehatan yang serius dan ketidakpastian tentang pengobatan. Dalam situasi ini, komunikasi yang bersifat terapeutik dari perawat sangat berperan dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien.
Komunikasi terapeutik merujuk pada interaksi yang dilakukan oleh perawat untuk menyediakan dukungan emosional serta informasi yang jelas kepada pasien. Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik dan tingkat kecemasan pasien. Sebagai contoh, sebuah studi mengungkapkan bahwa peningkatan dalam komunikasi perawat dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien dengan nilai p = 0,036, ini menunjukkan bahwa semakin baik interaksi yang dilakukan, semakin rendah kecemasan yang dialami oleh pasien.
Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan yang penting antara komunikasi terapeutik dan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien. Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh Mardiatun et al. (2020) menemukan bahwa 55,9% dari responden merasa komunikasinya dengan perawat cukup baik, sementara 56,8% mengalami kecemasan ringan. Temuan ini mengindikasikan bahwa semakin baik komunikasi yang dilakukan oleh perawat, semakin rendah tingkat kecemasan yang dirasakan oleh pasien. Dalam situasi ICU, di mana pasien sering mengalami tekanan tinggi, komunikasi yang efektif menjadi sangat krusial. Menurut penelitian oleh Sulastri et al. (2019) menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik dapat mengurangi kecemasan menjelang operasi hingga 50%. Ini menunjukkan bahwa tindakan sederhana, seperti mendengarkan dengan penuh perhatian dan menjelaskan prosedur, dapat memberikan pengaruh besar terhadap kondisi mental pasien.
Mendengarkan secara aktif merupakan salah satu metode utama dalam komunikasi terapeutik. Ini mencakup fokus yang total pada apa yang diungkapkan oleh pasien, serta memahami perasaan yang mendasari ungkapan mereka. Dengan demikian, perawat dapat memperlihatkan empati dan membangun rasa percaya, yang sangat penting untuk menciptakan suasana yang aman bagi pasien untuk mengungkapkan kekhawatiran dan rasa takut mereka.
Komunikasi terapeutik bukan sekadar mengenai data medis; ia juga melibatkan dukungan emosional. Dengan mendengarkan keluhan serta kekhawatiran yang dialami oleh pasien, perawat dapat memberikan bantuan psikologis yang diperlukan untuk meredakan kecemasan. Studi menunjukkan bahwa interaksi yang efektif dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien dan membantu mereka merasa lebih rileks.
Komunikasi yang dilakukan secara terapeutik berpengaruh besar terhadap rasa cemas yang dialami pasien di ruang perawatan intensif. Dengan memberikan informasi yang tepat dan dukungan emosional, perawat dapat meringankan kecemasan yang dirasakan oleh pasien. Maka dari itu, pengembangan kemampuan komunikasi perawat perlu menjadi fokus utama dalam praktik keperawatan guna memperbaiki pengalaman pasien selama perawatan di rumah sakit.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.