Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image sabrina senja

Penanganan Baby Blues: Perlu Dirujuk atau cuman Dibujuk sih?

Info Sehat | 2024-12-21 16:12:10
Ilustrasi Baby Blues (Foto: iStockphoto)

Perasaan campur aduk yang datang setelah melahirkan sering kali dianggap sebagai hal yang biasa oleh banyak orang. Namun, tak jarang para ibu yang baru saja melahirkan merasa tertekan, cemas, atau bahkan kesepian. Kondisi ini dikenal dengan istilah baby blues. Walaupun kondisi ini adalah hal yang umum terjadi pada sebagian besar ibu setelah melahirkan, penting untuk memahami bagaimana cara penanganannya. Apakah cukup dengan dibujuk atau justru perlu penanganan medis yang lebih serius?

APA ITU BABY BLUES?

Baby blues adalah kondisi psikologis yang dialami Wanita pasca melahirkan. Keadaan ini ditandai dengan perubahan emosional yang menjadi lebih sensitif, seperti menangis tanpa sebab, kecemasan yang berlebihan, dan sering merasa kesepian. Baby blues terjadi karena perubahan hormonal yang drastis setelah melahirkan, ditambah stres fisik dan mental menghadapi peran baru sebagai seorang ibu.

Meskipun baby blues sangat umum, ada kalanya gejalanya bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, seperti depresi pasca melahirkan (postpartum depression). Oleh karena itu, penting untuk memahami batas antara perasaan yang wajar dan yang memerlukan intervensi medis.

APAKAH BABY BLUES BISA SEMBUH TANPA PENANGANAN MEDIS?

Pada umumnya, gejala baby blues akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari atau minggu setelah melahirkan. Dalam banyak kasus, dukungan emosional dari pasangan, keluarga, dan teman sangat membantu untuk mengurangi stres dan kecemasan yang muncul. Lalu, apakah cukup hanya dibujuk untuk mengatasi perasaan tersebut? Hal ini benar, terutama jika gejala yang dirasakan masih ringan. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan

1. Beri Dukungan Emosional: Mendengarkan keluh kesah ibu tanpa menghakimi sangat membantu. Kadang, ibu hanya butuh tempat untuk bercerita.

2. Bantu Dalam Keseharian: Menawarkan bantuan dalam merawat bayi atau mengurus pekerjaan rumah dapat mengurangi beban ibu.

3. Ajak Istirahat: Kurangnya tidur adalah salah satu pemicu utama baby blues. Memberi kesempatan ibu untuk istirahat sangat penting.

Seringkali, masyarakat kita menganggap bahwa dengan menghibur ibu yang sedang mengalami baby blues, seperti berkata “semangat ya, nanti pasti bisa lebih baik,” sudah cukup untuk membantu mereka merasa lebih baik. Padahal, meskipun niat tersebut baik, perasaan ibu yang sedang mengalami baby blues membutuhkan lebih dari sekadar hiburan verbal. Penting juga untuk anggota keluarga terdekat sang ibu memberikan bantuan langsung seperti merawat bayi sementara, memasak, atau menyelesaikan pekerjaan rumah.

KAPAN PERLU DIRUJUK KE PROFESIONAL?

Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seorang ibu perlu segera mencari bantuan medis:

  1. Perasaan sedih yang berlarut-larut – Jika perasaan sedih terus berlangsung lebih dari dua minggu dan tidak ada perbaikan, ini bisa menjadi tanda bahwa kondisi tersebut lebih dari sekadar baby blues.
  2. Kecemasan berlebihan – Rasa takut atau khawatir yang berlebihan terhadap kemampuan merawat bayi atau perasaan tidak mampu menjadi ibu yang baik bisa mengindikasikan masalah yang lebih serius.
  3. Kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari – Jika ibu merasa tidak tertarik pada hal-hal yang biasanya disukai, atau bahkan merasa tidak peduli terhadap bayi, ini adalah tanda bahwa perasaan tersebut mungkin sudah berkembang menjadi depresi pasca melahirkan (postpartum depression).
  4. Kesulitan tidur atau makan – Meskipun gangguan tidur seringkali terjadi pada ibu baru, jika hal ini berlangsung lebih dari dua minggu dan berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan, segera periksakan ke professional.

Jika tanda-tanda tersebut muncul, perlu diwaspadai adanya indikasi depresi pasca melahirkan (postpartum depression). Oleh karena itu, segera konsultasikan ke dokter atau psikolog. Penanganan profesional, seperti terapi psikologis atau pemberian obat jika diperlukan, dapat membantu ibu pulih dari kondisi ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image