Mengukir Senyum Digital: Peran Dokter Gigi di Era AI dan Teknologi
Riset dan Teknologi | 2024-12-20 16:49:11Hidup di tengah pesatnya perkembangan teknologi membawa perubahan besar bagi kehidupan manusia modern. Perkembangan ini tidak hanya memberikan banyak manfaat, tetapi juga berdampak langsung pada cara manusia menjalani kehidupan sehari-hari. Teknologi bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas manusia. Kehadirannya mempermudah berbagai aspek kehidupan, mulai dari kebutuhan sederhana hingga kegiatan yang lebih kompleks.
Segala aktivitas, baik itu di bidang pendidikan, pekerjaan, maupun sosial, kini sangat bergantung pada teknologi. Kegiatan seperti belajar di sekolah, bekerja di kantor, bahkan melaksanakan ibadah keagamaan kini telah mengintegrasikan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan. Tidak hanya itu, hal-hal yang tampak sepele sekalipun, seperti memesan makanan di restoran, menggunakan fasilitas toilet umum, atau memarkir kendaraan, kini juga telah mengandalkan inovasi teknologi modern. Teknologi tidak hanya membantu manusia melakukan berbagai hal, tetapi secara perlahan telah hidup berdampingan dengan manusia, menjadi elemen penting dalam kehidupan yang terus berkembang.
Lalu seperti yang kita ketahui, saat ini di Indonesia masih banyak sekali pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keahlian profesi berupa pendidikan tinggi dalam mencapai keahlian profesi tersebut. Salah satu profesi yang ada yaitu dokter gigi, yang biasa dikenal sebagai peri kecil gigi. Dalam mencapai profesinya, dokter gigi memerlukan waktu yang cukup lama masa pendidikannya, yaitu sekitar 4 sampai dengan 5 tahun masa pendidikan preklinik dan masa pendidikan klinik.
Jadi, apakah mungkin suatu saat nanti peran dokter gigi akan tergantikan dengan hadirnya kecanggihan AI dan teknologi?
Jawabannya adalah tidak. Karena di era modern ini, dokter gigi dituntut untuk dapat mengkolaborasikan antara ilmu pengetahuan dan hadirnya Artificial Intelligence (AI) maupun teknologi. Baru-baru ini, pada tahun 2023 sebuah studi penelitian dari Departemen Diagnostik Mulut, Kesehatan Digital, dan Penelitian Layanan Kesehatan di Charité – Universitätsmedizin Berlin, Jerman, melakukan penelitian terkait dampak dari kecerdasan buatan (AI) pada pandangan dokter gigi selama deteksi karies. Dalam penelitian ini, terdapat 22 dokter gigi, yaitu 6 wanita dan 16 pria pada rentang usia 27 sampai dengan 60 tahun. Didapatkan hasil bahwa dokter gigi yang menggunakan AI menghasilkan lebih banyak dataset, yaitu berjumlah 179 dataset. Sedangkan dokter gigi yang tidak menggunakan AI hanya mendapatkan 170 dataset.
Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa AI sangat membantu dokter gigi dalam melakukan diagnosis penyakit karies dalam jangka waktu yang lebih singkat. Namun dalam penelitian ini juga ditunjukkan bahwa pencarian visual dari AI dibandingkan dokter gigi ternyata kurang sistematis dan menghasilkan analisis yang berbeda. Sehingga dibutuhkan lebih banyak lagi perubahan dan transformasi mendalam berkaitan dengan hadirnya teknologi AI dalam dunia kedokteran gigi.
Meskipun perkembangan teknologi AI memberikan banyak kemudahan dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai aspek diagnosis, seperti yang telah dibuktikan melalui penelitian ini, kita tetap harus memprioritaskan pengembangan kemampuan dan keterampilan pribadi sebagai seorang dokter gigi. Teknologi, bagaimanapun canggihnya, hanyalah alat bantu yang seharusnya melengkapi kemampuan kita, bukan menggantikannya. Oleh karena itu, sebagai generasi muda yang tumbuh di era modern dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, kita perlu memanfaatkan teknologi ini sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan kita.
Mari jadikan diri kita operator yang cakap dan profesional dalam memanfaatkan teknologi untuk mendukung pekerjaan kita. Namun, kita juga harus selalu ingat bahwa teknologi tidak bisa sepenuhnya diandalkan untuk menyelesaikan segala permasalahan. Yang paling utama adalah mengasah kemampuan dan keterampilan dalam diri kita sendiri agar mampu menghadapi berbagai tantangan dengan keahlian yang mumpuni. Dengan begitu, kita tidak hanya menjadi pengguna teknologi yang pasif, tetapi juga seorang profesional yang dapat memaksimalkan potensi teknologi untuk menunjang keberhasilan profesi kita!
Sumber Data: Arsiwala-Scheppach, L. T., Castner, N. J., Rohrer, C., Mertens, S., Kasneci, E., Cejudo Grano de Oro, J. E., & Schwendicke, F. (2024). Impact of artificial intelligence on dentists' gaze during caries detection: A randomized controlled trial. Journal of dentistry, 140, 104793. https://doi.org/10.1016/j.jdent.2023.104793
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.