Praktik Komunikasi Ahli Teknologi Laboratorium Medik terhadap Pasien Anak-Anak
Hospitality | 2024-12-20 13:39:55Komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan dan pasien merupakan aspek penting dalam pelayanan kesehatan, terutama dalam konteks anak-anak. Bersumber dari Kementerian Kesehatan Indonesia, masa anak anak dimulai saat usia pra sekolah usia 60-84 bulan hingga anak usia sekolah usia 7 sampai usia 10 tahun. Komunikasi yang efektif dalam pengaturan perawatan kesehatan anak sangat krusial tetapi juga sering menjadi tantangan.
Untuk melakukannya, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan. Studi menunjukkan pentingnya komunikasi yang jujur dan sensitif antara tim medis dan keluarga selama perawatan akhir hayat, di mana orang tua menginginkan informasi yang lengkap dan anak-anak lebih suka diberitahu mengenai prognosis (prediksi perkembangan penyakit) mereka (Marsac et al., 2018).
Dalam pasien anak-anak, kita akan menghadapi berbagai tantangan dalam berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan keluarga, menerapkan teknik seperti diam dan mendengarkan dapat menjadi opsi untuk mengatasi hambatan (Appiah et al., 2022). Meningkatkan keterampilan komunikasi di antara penyedia layanan kesehatan, mengatasi hambatan bahasa, dan mendukung komunikasi antar keluarga merupakan area utama untuk meningkatkan perawatan dan hasil perawatan pasien anak di berbagai skenario perawatan kesehatan.
Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) dalam hal ini memiliki peran yang signifikan dalam proses diagnosis dan pengobatan, namun sering kali mereka tidak berinteraksi langsung dengan pasien. Meskipun demikian, komunikasi yang baik tetap diperlukan, terutama ketika berhadapan dengan pasien anak-anak yang mungkin merasa cemas atau takut terhadap prosedur medis. Mereka (para ATLM) sering berinteraksi dengan pasien pada bagian sampling (pengambilan sampel dari pasien). Sebagian besar seorang anak akan merasa takut dan menangis saat mulai pengambilan darah mereka oleh ATLM. Di saat inilah teknik komunikasi ATLM dibutuhkan untuk menenangkan mereka. Artikel ini akan membahas praktik komunikasi yang efektif oleh ATLM terhadap pasien anak-anak, serta tantangan dan strategi yang dapat diterapkan.
Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan Anak
Anak-anak memiliki kebutuhan komunikasi yang berbeda dibandingkan dengan orang dewasa. Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami prosedur medis yang akan dilakukan, dan sering kali merasa cemas atau takut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Damayanti et al. (2023), komunikasi yang baik dapat mengurangi kecemasan anak dan meningkatkan kerjasama selama prosedur medis. Oleh karena itu, ATLM perlu mengembangkan keterampilan komunikasi yang sesuai untuk menjelaskan prosedur dengan cara yang dapat dipahami oleh anak-anak.
Prinsip - Prinsip Berkomunikasi dengan Pasien Anak
Dalam buku yang ditulis oleh Indarwati (2019) berjudul “Konsep Komunikasi Dasar Keperawatan Anak 1” menyebutkan setidaknya ada 4 prinsip yang perlu dilakukan ketika berkomunikasi dengan pasien anak-anak:
1. Sesuai dengan usia tumbuh kembang
Pada saat berkomunikasi dengan anak, seorang tenaga kesehatan/medis perlu memperhatikan tahapan tumbuh kembang anak karena anak memiliki kemampuan yang berbeda untuk komunikasi sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya.
2. Memandang anak secara holistik
Ketika berkomunikasi dengan anak, seorang tenaga kesehatan/medis perlu memandang anak secara holistik (keseluruhan). Misalnya ketika sakit, anak tidak hanya sakit secara fisik melainkan juga dapat sakit secara psikososial (karena perpisahan/kehilangan teman).
3. Positive dan mengutamakan kekuatan (strength-based approach)
Mengunggulkan kekuatan atau kelebihan anak adalah penting agar anak merasa adekuat saat dirawat di rumah sakit.
4. Mampu memenuhi kebutuhan anak termasuk anak dengan disabilitas/ketidakmampuan yang lain
Selain anak memiliki tahapan tumbuh kembang yang spesifik, beberapa anak mungkin memiliki keterbatasan yang dapat mengganggu proses komunikasi. seorang tenaga kesehatan/medis perlu memperhatikan hambatan ini supaya dapat menyiapkan/memfasilitasi proses komunikasi agar lebih efektif.
Strategi Komunikasi yang Efektif
1. Menyesuaikan dengan Bahasa Anak-Anak
Salah satu strategi utama dalam komunikasi dengan anak-anak adalah menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. ATLM harus menghindari istilah medis yang kompleks dan menggantinya dengan kata-kata yang lebih akrab bagi anak-anak. Misalnya, alih-alih mengatakan akan melakukan “sampling darah", ATLM dapat menjelaskan bahwa mereka akan "mengambil sedikit darah untuk memastikan kesehatan si anak".
2. Membangun Hubungan yang Baik
Membangun hubungan yang baik dengan pasien anak-anak sangat penting. ATLM dapat memulai percakapan dengan menanyakan nama anak, hobi, hal-hal yang mereka sukai, atau mungkin pengalaman menyenangkan yang baru saja mereka alami. Hal ini tidak hanya membantu menciptakan suasana yang lebih nyaman bagi pasien anak, tetapi juga menunjukkan bahwa ATLM peduli terhadap mereka.
3. Menggunakan Visual dan Alat Peraga
Anak-anak sering kali lebih responsif terhadap visual dan alat peraga. ATLM dapat menggunakan gambar, boneka, atau alat peraga lainnya untuk menjelaskan prosedur yang akan dilakukan. Misalnya, menggunakan boneka untuk menunjukkan bagaimana jarum suntik bekerja dapat membantu anak-anak memahami proses tersebut dengan lebih baik. Hal ini juga dapat mengurangi rasa takut mereka terhadap prosedur medis.
4. Melibatkan Orang Tua (Teknik Orang Ketiga)
ATLM dapat menggunakan orang terdekat seperti ayah atau ibu dari si anak sebagai fasilitator dalam berkomunikasi. Teknik ini dianggap lebih bersahabat dan kurang mengancam dibandingkan dengan bertanya secara langsung kepada anak. Misalnya ketika pasien anak biasanya malu ketika pertama kali bertemu ATLM pada saat akan pengambilan sampel darah, ketika menanyakan nama anak, ATLM dapat berbicara kepada ibunya atau kepada boneka/mainan kesayangan anak terlebih dahulu:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi, boneka cantik ini siapa ya namanya?” (lalu anak menjawab). Kemudian ATLM dapat melanjutkan bertanya melalui perantara boneka tersebut nama si anak, bagaimana perasaannya hari ini dan sebagainya (Indarwati, 2019).
Tantangan dalam Komunikasi
Meskipun ada banyak strategi yang dapat diterapkan, ATLM juga menghadapi berbagai tantangan dalam komunikasi dengan pasien anak-anak. Beberapa tantangan tersebut meliputi:
1. Kecemasan Anak
Banyak anak merasa cemas atau takut ketika harus menjalani prosedur medis. Kecemasan ini dapat mengganggu komunikasi dan membuat anak sulit untuk memahami informasi yang diberikan. ATLM perlu memiliki keterampilan untuk mengatasi kecemasan ini, seperti menggunakan teknik relaksasi atau memberikan dukungan emosional.
2. Perbedaan Usia dan Tingkat Pemahaman
Anak-anak berada pada berbagai tahap perkembangan, dan tingkat pemahaman mereka tentang prosedur medis dapat bervariasi. ATLM harus mampu menyesuaikan cara komunikasi mereka sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman anak. Misalnya, anak yang lebih kecil mungkin memerlukan penjelasan yang lebih sederhana dibandingkan dengan remaja.
3. Lingkungan yang Tidak Ramah
Lingkungan laboratorium atau rumah sakit sering kali dapat terasa menakutkan bagi anak-anak. Suara mesin, bau obat, dan suasana yang tidak familiar dapat meningkatkan kecemasan mereka. ATLM perlu menciptakan suasana yang lebih ramah dan nyaman, baik melalui komunikasi verbal maupun non-verbal.
Pada intinya, menangani pasien anak-anak memiliki pendekatan tersendiri bagi seorang ATLM. Mereka harus lebih beradaptasi dengan kondisi perkembangan anak. ATLM harus konsisten dalam berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal. Jadi, jangan tertawa atau tersenyum saat dilakukan tindakan yang menimbulkan rasa nyeri pada anak, misalnya saat diambil darah.. Berbicara dengan kalimat yang singkat, jelas, dan spesifik, menggunakan kata- kata sederhana dan konkret juga menjadi salah satu strategi yang efektif ketika berkomunikasi dengan pasien anak-anak.
Sumber Informasi:
- Damayanti, C. A., Naya, E., Supono., & Sulastyawati. (2023). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kecemasan Anak Saat Hospitalisasi. Jurnal Penelitian Ilmu Kesehatan, 4(1). https://www.ojs.pikes.iik.ac.id/index.php/jpikes/article/view/30.
- Indarwati, Ferika. (2019). Buku Ajar Konsep Komunikasi Dasar Keperawatan Anak 1. Diakses melalui https://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/27656/Buku%20Ajar%20Konsep%20Komunikasi%20Dasar%20Keperawatan%20Anak%20%201.pdf?sequence=1&isAllowed=y#:~:text=Teknik%20orang%20ketiga,mengungkapkan%20perasaannya%20secara%20lebih%20terbuka.
- Kementerian Kesehatan Indonesia. (2024). “Anak-Anak 5-9 Tahun”. Diakses melalui https://ayosehat.kemkes.go.id/kategori-usia/anak-anak pada tanggal 15 Desember 2024.
- Makarim. Fadhli Rizal. (2023). “Mengenal Apa Itu Prognosis dan Bedanya dengan Diagnosis”. Diakses melalui https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-apa-itu-prognosis-dan-bedanya-dengan-diagnosis?srsltid=AfmBOoqngd6-iZDeGnX83MQl0r5SPdSYF-giMPxf4AMQFiRRIbNHm60v pada tanggal 15 Desember 2024.
- Marsac, M. L., Kindler, C., Weiss, D., & Ragsdale, L. (2018). Let's Talk About It: Supporting Family Communication during End-of-Life Care of Pediatric Patients. Journal of palliative medicine, 21(6), 862–878. https://doi.org/10.1089/jpm.2017.0307.
- Osei Appiah, E., Appiah, S., Kontoh, S., Mensah, S., Awuah, D. B., Menlah, A., & Baidoo, M. (2022). Pediatric nurse-patient communication practices at Pentecost Hospital, Madina: A qualitative study. International journal of nursing sciences, 9(4), 481–489. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2022.09.009.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.