Hinaan di Balik Candaan
Adab | 2024-12-20 07:22:12Saat ini kita berada di era keterbukaan yang sudah ada sejak reformasi 1998, masa dimana kebebasan berpendapat dan transparansi pemerintah mulai ditegakkan. Akhir-akhir ini kita disandingkan dengan seorang public figure yang tertangkap mengolok-olok seorang pedagang es teh. Lantas, bagaimana kelanjutan dari kasus ini?
Tepat pada tanggal 20 November 2024, Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa kita kenal dengan Gus Miftah selaku Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan berdakwah di Magelang, Jawa Tengah. Di sela berdakwah, terdapat seorang pedagang es teh dan air mineral membawa dagangannya berdiri di antara jemaat yang menarik perhatian Gus Miftah dan melontarkan kata "goblok" kepada pedagang tersebut yang menjadi bahan candaan di pengajian tersebut.
Sedari dini kita diajari untuk mematuhi berbagai nilai dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya nilai moral. Nilai moral mengajarkan bagaimana cara menghargai satu sama lain. Gus Miftah, seorang yang memiliki ilmu dan paham agama yang tinggi justru melanggar moralitas tersebut.
Seorang pemuka agama harus mampu menjaditeladan kepada masyarakat. Namun, tindakan Gus Miftah mengolok-olok pedagang es teh sebagai humor tidak menggambarkan sosok pemuka agama. Hal ini memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa Gus Miftah merendahkan pedagang es sebagai masyarakat kelas sosial yang lebih rendah. Pada 4 Desember 2024, dua minggu setelah kejadian permintaan maaf dibuat dengan datang ke kediaman Sunhaji secara langsung karena mendapat teguran dari Mayor Teddy selaku Sekretarias Kabinet dengan penyampaiannya yang menginformasikan bahwa olokan tersebut hanya sebagai candaan.
Alasan dari permintaan maaf tersebut memunculkan berbagai pandangan dari masyarakat dan mulai melakukan petisi pencopotan Gus Miftah dari Jabatan Utusan Khusus Presiden yang di mulai sejak 5 Desember lalu yang menghasilkan 300 ribu suara dalam tempo satu hari. Hingga akhirnya Gus Miftah mengundurkan diri pada 6 Desember 2024 sebagai bentuk hormat kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto dan masyarakat.
Evaluasi
Kejadian Gus Miftah saat mengolok-olok pedagang es teh menimbulkan berbagai reaksi keras dari masyarakat atas perilaku. Humor yang diciptakan justru memperlebar jurang antara kelas sosial atas dengan bawah. Oleh karena itu, sebagai public figure seharusnya mampu dalam bertutur kata dengan bijaksana tanpa menyinggung perasaan dan martabat seseorang. Dari kasus ini dapat ditarik pelajaran penting bahwa terlepas dari latar belakang yang beragam, penting bagi setiap untuk dapat menghormati dan menghargai orang lain dengan tindakan dan ucapan yang mencerminkan moralitas untuk menghindari kasus seperti ini terulang kembali.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.