Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fairyzca Eka Putri Prayitno

Ekonomi Meningkat, Ekosistem Berantakan: Kritik terhadap Proyek Infrastruktur Besar

Info Terkini | 2024-12-19 20:40:19
Sumber : https://asset.kompas.com/crops/CvlBKo7HhiO1EUDw-VytQtBqmzY=/0x0:1200x800/750x500/data/photo/2019/03/22/3527964710.jpg

Apa sih maksudnya?

Proyek-proyek besar sering kali dilandasi oleh ambisi pertumbuhan ekonomi yang terlihat megah di atas kertas, seperti peningkatan konektivitas, distribusi barang lebih cepat, atau peningkatan pariwisata. Namun, apa yang tidak diceritakan adalah biaya sosial dan ekologis yang sangat besar. Artikel ini akan membahas dampak negatif dari proyek infrastruktur besar terhadap ekosistem dan masyarakat lokal.

Ambisi Pertumbuhan Ekonomi dan Dampak Lingkungan dari Proyek Infrastruktur

Proyek-proyek infrastruktur biasanya dilandasi oleh visi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kita tumbuh di tengah berbagai masalah pembangunan di Indonesia. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, meskipun pemerintah sering menyebut proyek-proyek ini sebagai "tulang punggung pertumbuhan ekonomi", kenyataannya menunjukkan bahwa ungkapan ini tidak selalu menguntungkan lingkungan atau rakyat kecil. Proyek-proyek seperti ini cenderung menguntungkan kalangan elit dan investor, tetapi meminggirkan masyarakat lokal. Petani kehilangan akses ke air saat bendungan dibangun, sementara perusahaan besar memperoleh konsesi untuk mengambil keuntungan darinya. Kampung-kampung kecil di sekitar jalan tol sering kali terputus dari akses lama, menyebabkan isolasi sosial. Sebaliknya, penduduk lokal hanya dipekerjakan dengan kasar untuk proyek tersebut tanpa benar-benar menikmati hasilnya, sementara pembangunan bandara baru sering kali hanya memenuhi kebutuhan wisatawan elit.

Selain itu, sistem ganti rugi tanah proyek ini sering menjadi tempat ketidakadilan. Banyak situasi di mana orang-orang dipaksa untuk membayar harga tanah yang jauh di bawah nilai pasar atau bahkan direlokasi secara paksa tanpa solusi jangka panjang untuk masalah tersebut. Keputusan yang tidak tepat ini menunjukkan bias sistemik yang mengutamakan "kepentingan nasional", sambil mengabaikan hak asasi masyarakat kecil. Proyek infrastruktur besar memiliki dampak lingkungan yang besar dan bertahan lama. Efek samping seperti deforestasi, perubahan aliran air, hilangnya keanekaragaman hayati, dan emisi karbon yang tinggi hampir tidak dibahas dalam berita resmi pemerintah. Tidak hanya flora dan fauna tetapi juga manusia mengalami kerusakan ekosistem. Harga proyek-proyek ini tidak sebanding dengan keuntungan jangka pendek yang mereka harapkan, seperti bencana ekologis seperti krisis air bersih dan tanah longsor.

Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang Tidak Efektif

Dalam banyak kasus, analisis dampak lingkungan (Amdal), yang seharusnya berfungsi sebagai "filter" untuk proyek pembangunan, hanyalah formalitas. Perusahaan besar sering menggandeng konsultan untuk mengakali prosedur atau menghalangi komunitas lokal yang menentang proyek. Dalam situasi seperti ini, pembangunan lebih dipandang sebagai alat eksploitasi daripada upaya untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Kritik, Peran Mahasiswa, dan Paradigma Infrastruktur Berkelanjutan

Kebijakan pembangunan infrastruktur sering kali dipandang sebagai solusi instan untuk masalah ekonomi tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjangnya. Klaim keberlanjutan proyek sering kali hanya jargon belaka, sementara ketidakadilan terus berlanjut.

Sebagai mahasiswa, kita diwajibkan untuk mengawasi dan menyeimbang kebijakan publik. Sudut pandang kritis harus ditanamkan melalui advokasi, penelitian, dan keberanian untuk mempertanyakan keputusan yang merugikan masyarakat dan lingkungan. Kita harus mendorong adanya paradigma pembangunan yang lebih holistik dan berkelanjutan. Pemerintah perlu mengadopsi pendekatan pembangunan yang berbasis pada people-centered development—di mana kebutuhan masyarakat menjadi prioritas utama—dan ecological justice—keadilan ekologis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk lingkungan itu sendiri. Pembangunan harus mencakup aspek sosial dan lingkungan selain aspek fisik. Pembangunan ekonomi akan merusak lingkungan jika kita terus melakukannya. Kita generasi muda memiliki peluang untuk menjadi garda terdepan dalam membangun masa depan yang lebih adil bagi manusia dan alam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image