Hustle Culture: antara Mengejar Impian atau Kesehatan Mental pada Gen-Z
Gaya Hidup | 2024-12-19 19:06:53Di era yang serba cepat ini, terdapat fenomena yang kerap muncul akhir-akhir ini dikalangan pelajar khususnya mahasiswa adalah hustle culture atau budaya kerja keras tanpa henti, banyak yang menilai bahwa fenomena ini telah menjadi tren baru di tengah kehidupan generasi muda saat ini. Ungkapan seperti "kerja keras dulu, istirahat kemudian" sering kali digunakan di media sosial. Di kalangan mahasiswa, tekanan untuk mencapai kesuksesan akademik dan karier sejak dini semakin nyata.
Fenomena ini dapat diilustrasikan oleh banyaknya mahasiswa baru yang giat mencari peluang tambahan demi mencapai tujuan hidup. Meskipun mengikuti kegiatan positif seperti organisasi, kepanitiaan, atau pekerjaan paruh waktu dapat dianggap baik, pada beberapa kesempatan, hal tersebut dapat menjadi negatif ketika seseorang terlalu bekerja keras dan mengabaikan waktu istirahat.
Studi dari Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington menunjukkan bahwa gangguan mental tetap menjadi salah satu penyebab utama beban penyakit global. Selain itu, studi Global Burden of Disease (GBD) 2019 menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental dapat menyebabkan penurunan tahun hidup sehat.
Mahasiswa seringkali menghadapi ekspektasi tinggi dari keluarga mereka, masyarakat, dan diri mereka sendiri. Mereka berusaha keras untuk sukses di sekolah, bergabung dengan berbagai organisasi, dan membangun jaringan kerja. Hustle culture menekankan gagasan bahwa produktivitas adalah ukuran kualitas nilai seseorang. Sayangnya, hal ini menciptakan tekanan yang dapat memicu stres, kecemasan, dan bahkan depresi.
Studi menunjukkan bahwa siswa yang terus mendorong diri mereka tanpa jeda berisiko mengalami burnout, yang merupakan kondisi di mana mereka mengalami kelelahan fisik, emosional, dan mental sebagai akibat dari tekanan berlebihan. Ironisnya, banyak mahasiswa merasa bersalah jika meluangkan waktu untuk istirahat, seolah-olah mereka tidak cukup produktif.
Penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa istirahat adalah bagian dari produktivitas dan kesuksesan tidak seharusnya hanya diukur dari seberapa banyak yang dicapai dalam waktu singkat. Mahasiswa dapat lebih baik mengelola waktu dan energi dengan menerapkan pola pikir "work smarter, not harder".
Selain itu, kampus memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Layanan konseling yang mudah diakses dan sistem pembelajaran yang fleksibel dapat membantu mahasiswa mengatasi tekanan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.