Muhasabah atas Musibah
Agama | 2024-12-18 13:37:46Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) melaporkan setidaknya 24 orang meninggal akibat bencana hidrometeorologi periode 2-9 Desember 2024, yaitu banjir, longsor dan cuaca ekstrem di 25 kabupaten/kota. Dua orang lainnya masih dalam pencarian. Badan ini juga melaporkan 2.150 rumah rusak, dan 99.968 orang mengungsi.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut situasi ini disebabkan sejumlah faktor di antaranya "La Nina lemah" yang menyumbang 20% curah hujan.
Pakar klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut musim hujan tahun ini "bukan musim hujan yang normal", tetapi merupakan gangguan cuaca yang berpangkal dari pemanasan suhu permukaan laut, yang berkaitan dengan pemanasan global.
Wilayah yang paling banyak menyumbang kematian akibat bencana yang dipicu hujan deras dan angin kencang berada di Banten dan Jawa Barat.
Pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya mitigasi dan pencegahan, seperti perbaikan aliran sungai, termasuk langkah penanaman pohon dan pembangunan area resapan air. Namun apa daya, bencana seolah tak mampu dielakkan. Ia kerap kali datang, terutama di penghujung tahun.
Tak hanya La-Nina, atau sekadar faktor alam yang menjadi penyebab bencana, tetapi pastinya karena ulah tangan manusia, yang tak mampu menjaga amanah Ilahi.
Manusia terus menerus mengeksploitasi alam, demi kepentingan para kapital. Atas nama pembangunan, seluruh permukaan tanah nyaris tertutup aspal, meninggalkan jejak kerusakan di mana-mana. Manusia meninggalkan hukum Allah, pun merangsek masuk ke area lain, yang menjadi kehidupan dan habitat makhluk lainnya. Alhasil keseimbangan alam juga terganggu.
Belum lagi penggunaan bahan yang merusak alam, serta beragam polutan yang ditimbulkan aktivitas manusia. Pada akhirnya kembali ke manusia itu sendiri, menimbulkan nestapa dan bencana alam di mana-mana. Maka wajar jika kemudian terjadi banjir, longsor, tsunami, dan sebagainya.
Kembali kepada aturan Allah adalah sebaik-baik perkara, dengan cara menghargai kehidupan, termasuk menjaga alam dan mengelolanya untuk kemaslahatan semua makhluk semata-mata sebagai tanggung jawab hamba kepada Sang Pencipta. Hal tersebut wajib dilakukan. Seyogianya pemerintah memerhatikannya saat melakukan pembangunan infrastruktur. Tidak merusak alam, dan tidak aniaya terhadap sekitarnya.
Bahkan sangat mungkin mengelola seluruh kehidupan, sekaligus menjaganya sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT yang maha Mengatur, agar terhindar dari petaka yang berkelanjutan.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur'an surah Al-Baqarah ayat 11 dan 12,
"Dan bila dikatakan kepada mereka, 'Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi:' Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.' Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari"
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.