Moderasi Beragama Di Sekolah
Agama | 2024-12-17 23:18:41Moderasi beragama dapat dimaknai sebagai seimbang, di tengah-tengah, tidak berlebihan, tidak menggunakan legitimasi teologi yang ekstrim, mengaku dirinya paling benar, netral dan tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu Lembaga pendidikan atau sekolah menjadi tempat yang strategis untuk dijadikan sebagai ruang dalam membangun moderasi beragama.
Menurut Kementerian Agama RI, moderasi beragama mencakup empat pilar utama:
1. Komitmen kebangsaan: Menempatkan cinta tanah air sebagai bagian dari keimanan
2. Toleransi: Menghormati perbedaan keyakinan dan keberagaman
3. Anti kekerasan: Menolak semua bentuk kekerasan atas nama agama
4. Keseimbangan: Menjaga keseimbangan anatara nilai agama dan nilai kemanusian
Contoh sikap intoleransi:
1. Menyudutkan teman yang berbeda gender, ras, suku, dan agama.
2. Mengejek teman yang berbeda gender, suku, ras, dan agama.
3. Menjelek jelakan hari besar agama laian
4. Tidak ingin bergaul dengan teman yang berbeda ras, suku, dan agama.
Maka dari itu, untuk mencegah sikap intoleransi salah satunya dengan cara, guru terus menerus menggerakan segenap elemen dalam menanamkan moderasi. dalam mengajarkan moderasi beragama di sekolah sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang harmonis, toleran, dan inklusif. Moderasi beragama mengacu pada sikap dan perilaku yang menekankan pada prinsip keseimbangan, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan dalam beragama.
Lembaga pendidikan memiliki peran yang penting dan strategis untuk dapat memupuk moderasi beragama. Hal tersebut dapat dicapai melalui adanya pendekatan edukatif dengan memperhatikan nilai-nilai perdamaian yang kemudian diinternalisasikan ke dalam kurikulum pendidikan sekolah. Dengan demikian, tindakan kekerasan, radikalisme, ekstremisme, dan tindakan buruk lainnya dapat ditangani dengan baik sedari dini.
Peran guru dalam mengajari moderasi beragama
1. Guru sebagai fasilator pembelajaran
Guru berperan sebagai fasilitator dalam menyampaikan nilai-nilai moderasi beragama kepada siswa. Dalam pembelajaran, guru dapat mengintegrasikan konsep moderasi beragama ke dalam kurikulum, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Sejarah. Misalnya: Membahas tokoh-tokoh agama yang menjadi contoh moderasi beragama. Menggunakan studi kasus atau cerita inspiratif yang menunjukkan pentingnya toleransi dan kerja sama antarumat beragama.
2. Guru sebagai teladan
Peran guru sebagai teladan sangat penting. Siswa cenderung meniru perilaku guru dalam kehidupan sehari-hari. Guru yang menunjukkan sikap toleransi, menghargai perbedaan, dan bersikap adil kepada semua siswa tanpa memandang latar belakang agama, secara tidak langsung mengajarkan moderasi beragama.
3. Guru sebagai mediator
Sekolah sering kali menjadi tempat terjadinya konflik kecil yang dipicu oleh perbedaan agama atau keyakinan. Guru harus mampu menjadi mediator yang bijak dalam menyelesaikan konflik tersebut. Dengan memberikan pemahaman yang benar tentang moderasi beragama, guru dapat mencegah konflik berkembang menjadi intoleransi.
4. Guru sebagai penyuluhan nilai-nilai kebangsaan.
Guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang sejalan dengan moderasi beragama. Dengan mengaitkan konsep keagamaan dengan nilai kebangsaan, siswa akan memahami pentingnya menjaga harmoni antara agama dan kehidupan berbangsa.
Dan ada beberapa strategi yang saya anjurkan sebagai calon guru untuk mengajarkan moderasi beraga kepada siswa.
1. Pengintegrasian kurikulum
Dengan pengintegrasian kurikulum ini guru dapat mengintegrasikan nilai nilai moderasi beragama dalam dalam pembelajaran lintas mata Pelajaran. Misalnya : pada Pendidikan agama, guru dapat mengajarkan konsep kasih sayang dan kerja sama dalam keberagaman. Pada Sejarah guru dapat menunjykan bagaimana harmoni anataraagama berkontribusi terhadap kejayaan bangsa di masalalu.
2. Kegiatan ekstrakulikuler
Kegiatan seperti diskusi lintas agama, kunjungan ketempat ibadah berbeda, atau lomba yang melibatkan sisiwa dari berbagai latar belakang yang berbeda
3. Pendidikan karakter
Guru dapat menanamkan nilai nilai moderasi beragama melalui Pendidikan karakte. Pendidikan ini meliputi penguatan nilai toleransi, keadilan dan rasa empati terhadap agama.
4. Pemanfaatan teknologi
Guru dapat menggunakan media digital untuk mengajarkan moderasi beragama, contohnya seperti menonton video inspiratif, membaca modul online atau menggunakan aplikasi edukasi yang membahas toleransi dan keberagaman.
Guru memegang peran penting dalam mengajarkan moderasi beragama di sekolah. Sebagai fasilitator, teladan, mediator, dan penyuluh nilai-nilai kebangsaan, guru dapat membantu siswa memahami pentingnya moderasi beragama. Meskipun terdapat tantangan, dengan strategi yang tepat seperti pengintegrasian kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, pendidikan karakter, dan pemanfaatan teknologi, nilai-nilai moderasi beragama dapat ditanamkan dengan efektif.
Melalui pendidikan yang berfokus pada moderasi beragama, sekolah tidak hanya mencetak generasi yang cerdas secara akademis, tetapi juga bijak dalam menjalani kehidupan yang beragam. Dengan demikian, peran guru menjadi sangat strategis dalam menciptakan masyarakat yang damai, harmonis, dan saling menghormati
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.