Ramai Dibicarakan, Mengapa Independent Woman Kontroversial di Media Sosial?
Info Terkini | 2024-12-17 20:05:39Baru-baru ini, isu independent woman ramai dibahas di berbagai platform media sosial. Istilah ini sering dikaitkan dengan wanita mandiri, baik secara finansial, emosional, maupun pengambilan keputusan. Sederhananya, independent woman bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri tanpa bergantung pada keluarga, pasangan, atau teman. Tapi, kenapa hal ini justru menuai kontroversi?
Dilema Wanita: Saat Harus Menghadapi Fakta
Seiring berkembangnya zaman, mulai banyak wanita terjun ke dunia pendidikan tinggi, karier, atau memilih gaya hidup mandiri. Namun, kenyataan ini justru memicu kontroversi di masyarakat karena dianggap bertentangan dengan norma atau nilai tradisional yang sudah mengakar di Indonesia. Budaya patriarki yang masih kuat di masyarakat Indonesia memposisikan wanita sebagai istri, ibu, dan pendukung laki-laki. Ketika wanita mandiri dan mementingkan karirnya, mereka dianggap melawan “kodrat”. Masyarakat masih menganggap bahwa tanggung jawab mencari nafkah ada pada pria, sementara wanita mendukung dari belakang. Sehingga wanita yang mandiri secara finansial dinilai menentang peran gender.
Tak hanya itu, wanita mandiri yang belum menikah dan berkarir seringkali mendapat tekanan dari lingkungan sekitarnya untuk segera menikah. Masyarakat beranggapan bahwa wanita yang memiliki karir yang bagus tetapi belum menikah dan tidak punya anak tetap “tidak lengkap” atau “tidak bahagia”. Ini menunjukkan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan wanita masih diukur dari pernikahan dan memiliki anak.
Mengapa Terpojokkan?
Wanita mandiri juga sering menghadapi stereotip negatif, seperti dianggap egois, terlalu ambisius, atau tidak menghormati pria. Ketika wanita fokus pada karier atau kemandirian sering dicap egois karena dianggap lebih mementingkan diri sendiri dibanding keluarga. Ambisi mereka dalam mencapai tujuan pribadi juga sering dipandang negatif, seolah-olah itu tidak sesuai kodrat. Wanita yang mandiri juga kerap dianggap tidak membutuhkan pria karena mereka mampu mengurus dirinya dan mencukupi kebutuhannya sendiri. Masyarakat melihat ini sebagai ancaman terhadap norma sosial yang ada.
Sementara itu, wanita di era saat ini cenderung berkeinginan untuk mandiri secara finansial dan memiliki kontrol penuh atas keuangan mereka tanpa bergantung pada orang lain, seperti pasangan atau keluarga. Ini memberikan rasa aman dan kebebasan dalam mengambil keputusan. Mereka merasa bahwa dengan mandiri secara finansial, mereka dapat memenuhi kebutuhannya tanpa kekhawatiran. Selain itu, wanita juga mengejar pendidikan tinggi atau karier yang cemerlang karena mereka memilih untuk mengejar ambisi pribadi dan berdiri sendiri tanpa bergantung pada siapapun. Ketergantungan pada orang lain, terutama pasangan, sering kali membuat wanita merasa tidak memiliki kendali atas hidup mereka. Oleh karena itu, menjadi mandiri adalah cara untuk menghindari situasi ini.
Pilihan Akhir Wanita : Independent Woman
Tak dapat dipungkiri, banyak wanita memilih untuk mandiri karena pengalaman masa lalu, seperti tumbuh di lingkungan yang sulit atau melihat pentingnya kemandirian dari wanita-wanita di sekitarnya, seperti ibu. Tekanan masyarakat patriarki seringkali merugikan perempuan. Independent woman dapat dikatakan sebagai bentuk pemberontakan terhadap budaya patriarki. Ini karena dalam masyarakat yang masih patriarki, wanita sering merasa dibatasi oleh peran gender tradisional. Dengan menjadi mandiri, mereka menolak norma yang dianggap menghambat kebebasan mereka. Lebih utamanya, menjadi mandiri memungkinkan wanita untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginan mereka, tanpa harus memprioritaskan ekspektasi orang lain atau tradisi tertentu.
Kesimpulan
Pada akhirnya, wanita memilih menjadi independent woman karena mereka ingin memiliki kontrol atas hidupnya dan hidup sesuai dengan nilai-nilai mereka. Ini adalah bentuk keberanian dan penghargaan terhadap hak mereka untuk menentukan jalan hidup sendiri.
Penulis: Jesica Wijaya/Universitas Airlangga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.