Dampak Budaya Korean Pop (K-Pop) Terhadap Pendidikan Generasi Z di Indonesia
Edukasi | 2024-12-15 20:21:14Budaya adalah cara hidup yang diwariskan dan dibagikan oleh suatu kelompok masyarakat, yang mencakup nilai, norma, kepercayaan, adat istiadat, kesenian, dan pengetahuan. Budaya dapat membentuk identitas dan keunikan suatu komunitas. Kebudayaan asing yang saat ini mengusai Indonesia adalah kebudayaan dari Korea Selatan yaitu K-Pop.
K-pop, atau Korean Pop, adalah musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-pop merupakan subgenre musik pop yang mencakup berbagai jenis musik, seperti pop, dance, electro pop, hip hop, rock, R&B, dan electronic music.
K-pop identik dengan boyband dan girlband, yaitu sekumpulan perempuan atau laki-laki yang berada di bawah manajemen atau agensi. K-Pop juga biasanya terdiri dari 4 sampai 9 anggota adapun hingga 27 anggota, seperti grup NCT yang memiliki banyak sub-unit (NCT 127, NCT Dream, NCT Wish, WAYV).
Budaya Korean Pop atau K-pop merupakan budaya musik asal Korea Selatan yang telah menarik kalangan muda-mudi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. K- Pop memiliki ciri khas musik yang memberikan kesenangan tersendiri bagi para penikmatnya. Sejarah K-Pop idol berawal sejak tahun 1885-an. Kala itu, muncul sebuah genre musik baru di Korea yang disebut changga. Changga adalah sebuah musik dengan alunan instrumental modern seperti gitar, drum, flute, dan sejenisnya. Musik changga ini adalah musik adaptasi dari pop barat menggunakan lirik Bahasa Korea.
Budaya Korea Pop (K-Pop) telah memberikan dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk dalam dinamika pendidikan, terutama di kalangan Generasi Z (Gen Z). Gen Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, telah tumbuh dalam era digital dan globalisasi, menjadikan mereka lebih terpapar dengan berbagai budaya luar, termasuk K-Pop.
Di Indonesia, berkembangnya Korean Pop dimulai dari Drama Korea yang masuk ke Indonesia melalui stasiun televesi lokal. Drama seperti Winter Sonata (2002) dan Boys Over Flowers (2009) yang sangat populer dan berhasil menarik perhatian penonton di Indonesia. Cerita yang dikemas secara apik, membuat drama seri ini menjadi awal pembuka bagi masuknya Korean Pop lainnnya. Keberhasilan drama-drama ini membantu mengenalkan budaya Korea secara lebih luas, termasuk musiknya. Para penggemar drama mulai tertarik dengan soundtrack dan grup K-Pop yang membawakan lagu-lagu tersebut.
Generasi Z yang hidup di jaman era digital ini semakin mengikuti budaya budaya dari Korean Pop. Bahkan Kecantikan K-Pop idol menjadi inspirasi kecantikan di era sekarang. Generasi Z sering kali mempelajari bahasa Korea karena menonton drama Korea, memahami budaya Korea, dan bahkan menjalin persahabatan dengan penggemar dari belahan dunia lain. Generasi Z di Indonesia sering kali terlibat dalam kegiatan seperti menari, membuat konten kreatif, atau bahkan belajar bahasa Korea untuk lebih mendalami dunia K-pop
Salah satu ciri khas K-Pop adalah budaya fandomnya yang sangat kuat dan terorganisir. Penggemar K-pop ini tidak hanya menjadi konsumen musik, tetapi juga merupakan komunitas besar yang memiliki identitas yang kuat. Setiap grup K-Pop mempunyai nama khusus untuk fandomnya atau fans, diantaranya ada ARMY x BTS, EXO-L x EXO, BLINK x BLACKPINK, ONCE x TWICE, ZEROSE x ZEROBASEONE. Di komunitas ini, para K-Popers saling bertukar informasi, untuk update perkembangan idolanya, bahkan mengadakan kegiatan sosial untuk mendukung member serta group favoritnya.
K-pop pada generasi Z di Indonesia membawa dampak positif yang signifikan terhadap pendidikan, terutama dalam aspek motivasi belajar, dan pengembangan keterampilan. Berikut beberapa pengaruh positif yang dapat dirasakan.
1. Meningkatkan Minat Terhadap Bahasa Asing
K-pop memainkan peran besar dalam meningkatkan minat generasi Z di Indonesia untuk mempelajari bahasa asing. Selain bahasa Korea, beberapa idol Kpop juga berasal dari negara asia lainnya, seperti China, Jepang, Thailand. Dengan berbagai sumber daya yang ada, seperti aplikasi belajar, kursus bahasa, dan komunitas global, semakin banyak orang muda Indonesia yang terinspirasi untuk belajar bahasa asing, yang membawa dampak positif pada perkembangan pendidikan mereka secara keseluruhan.
2. Mendorong Keterampilan Kreatif dan Ekspresi Diri
Banyak pelajar yang terinspirasi oleh musik, tarian, dan fashion K-pop untuk mengeksplorasi minat mereka dalam seni dan kreativitas. Mereka mulai mengikuti kelas tari, seni rupa, atau bahkan membuat konten digital, seperti video dance cover atau vlog tentang K-pop. Proses ini memperkaya keterampilan kreatif mereka, yang pada gilirannya mendukung perkembangan kemampuan di bidang seni dan multimedia. Di beberapa sekolah, pelajaran yang berhubungan dengan seni dan budaya pop, seperti tari dan musik, juga semakin diminati.
3. Meningkatkan Kesadaran terhadap Kesehatan Mental
Beberapa grup K-pop secara terbuka membahas isu kesehatan mental, baik dalam wawancara atau bahkan melalui lagu-lagu mereka. Ini membantu membuka dialog mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental, yang semakin relevan di kalangan generasi Z. Isu ini juga mengurangi stigma negatif yang sering dikaitkan dengan kesehatan mental, mendorong anak muda untuk lebih terbuka dan mencari bantuan bila diperlukan.
4. Mendorong Pengembangan Soft Skills
Bergabung dengan komunitas penggemar K-pop atau fanbase memberikan kesempatan bagi pelajar untuk mengembangkan keterampilan kerja sama dan kepemimpinan. Mereka sering terlibat dalam aktivitas yang melibatkan pengorganisasian acara, seperti fan meeting, charity events, atau dance covers. Dalam hal ini, mereka belajar untuk bekerja sama dalam tim, merencanakan acara, mengelola sumber daya, serta berkomunikasi dengan baik. Semua ini berkontribusi pada pengembangan soft skills yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja dan kehidupan sosial.
5. Jaringan Sosial dan Komunitas yang Positif
K-pop juga menjadi platform bagi generasi muda untuk membentuk komunitas yang mendukung dan positif. Banyak fans K-pop yang berinteraksi dan saling berbagi minat serta hobi yang sama. Melalui fanbase atau konser, penggemar K-pop di Indonesia tidak hanya mempererat persaudaraan antar sesama penggemar, tetapi juga menciptakan ruang di mana mereka bisa mendiskusikan minat bersama dengan cara yang konstruktif.
Selain membawa dampak positif, budaya K-pop di dalam pendidikan generasi Z di Indonesia juga memiliki dampak negatifnya dalam pembelajaran. Berikut beberapa pengaruh negatif yang dapat dirasakan.
1. Ikut-Ikutan Mengikuti Gaya Hidup Artis dan Masyarakat Disana
Ikut-ikutan melakukan berbagai hal yang di lakukan oleh sang idola merupakan hal yang lumrah di lakukan oleh seorang fans. Bisa dilihat para pecinta KPOP akan mengikuti gaya hidup, tingkah laku, bahasa dan gaya berbicara serta selera fashionnya akan mengikuti sang idola. Ikut-ikutan inilah yang terkadang menjadi penyebab gaya hidup konsumtif dalam masyarakat. Tentu saja ini berdampak negatif karena tidak semua yang diikuti dari artis KPOP itu sesuai dengan budaya kita sendiri yang memiliki norma dan aturan dalam masyarakat. Bisa-bisa mereka menjadi lupa jati diri meeka sendiri sebagai anak bangsa Indonesia.
2. Perubahan Perilaku yang Berkiblat pada Budaya K-POP.
Sering kita lihat sebagian banyak remaja yang bergaya menggunakan fashion korea. Tidak hanya itu, saking cintanya mereka juga bersikap layaknya masyarakat korea seperti yang terlihat dalam drama-drama korea yang banyak menampilkan kisah paling mengharukan tentang cinta. Drama korea penuh dengan adegan romantis yang membuat penggemarnya menjadi baperan yang kurang baik untuk di tonton anak remaja. Semua perilaku dalam film drama tersebut bisa menjadi contoh yang kurang baik untuk anak remaja yang belum bisa menyaring semua hal dengan baik. Seperti adegan bermesraan, mengenakan pakaian yang terbuka dan mini, mengkonsumsi minuman keras dan adegan lainnya yang bisa saja di tiru oleh generasi muda sebagai akibat pergaulan bebas di kalangan pelajar.
3. Dampak Negatif pada Sosialisasi
Budaya fandom K-pop dapat menciptakan pembagian sosial antara mereka yang menyukai K-pop dan mereka yang tidak. Ketika fanatisme terhadap K-pop menjadi sangat tinggi, siswa yang tidak tertarik atau tidak mengikuti budaya K-pop bisa merasa terisolasi atau dijauhi. Hal ini dapat mengganggu interaksi sosial di sekolah dan menciptakan atmosfer yang tidak inklusif.
K-pop memberikan dampak signifikan terhadap dinamika pendidikan Gen Z di Indonesia. Dengan meningkatkan motivasi belajar, kemampuan berbahasa asing, kreativitas, dan keterampilan sosial, K-pop telah menjadi alat pembelajaran yang menyatukan hiburan dan pendidikan. Meskipun ada tantangan dalam mengelola waktu dan fokus akademik, dampak positif dari K-pop terhadap perkembangan pribadi dan akademik generasi muda Indonesia sangat besar, menjadikannya sebagai bagian penting dalam pendidikan mereka.
Generasi yang akan datang harus bisa membatas dan harus mencintai produk di lokal di Indonesia karena banyak sekali budaya budaya dari Indonesia yang tidak kalah hebat dengan budaya Korean Pop, dan jadikan K-Pop hanya sebatas hiburan saja.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.