Romansa Matematika untuk Kehidupan Sehari-hari
Eduaksi | 2024-12-15 20:17:24Matematika bukan merupakan suatu hal yang asing yang terdengar di telinga kita, setiap saat pasti kita selalu dihadapkan dengan yang namanya matematika.Matematika merupakan ratunya ilmu, semua cabang ilmu pasti memerlukan perhitugan. Matematika berasal dari bahasa latin “mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa yunani “mathematike” yang berarti mempelajari.
Menurut Johnson dan Rising (1972) bahwa “Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.”
Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar. Jadi, berdasarkan asal katanya maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir.Matematika adalah ilmu pasti yang membuat kita merasa tertantang untuk mencoba mengerjakannya
Pada dasarnya, memang tidak semua anak memiliki kemampuan di bidang matematika. Semua anak memiliki kemampuan masing-masing, tidak semua harus pandai dalam bidang matematika. Namun, matematika adalah ilmu yang selalu terpakai walaupun kita sudah tidak berada di dunia pendidikan. Matematika bukanlah hanya berhitung pola seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Matematika melatih kita bagaimana cara berfikir secara logis dan tepat dengan kedisplinan waktu. Hal yang kita lakukan sehari-hari pasti membutuhkan perhitungan. Itulah mengapa matematika terpakai di dunia kehidupan.
Kerja matematika pada umumnya di alam ide, oleh sebab itu objek kerja matematika bersifat abstrak. Menurut Maarif, Objek abstrak matematika meliputi: Objek langsung, yaitu fakta yang merupakan angka atau lambang bilangan, keterampilan yaitu kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat, konsep adalah ide ekstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh, aturan adalah objek yang paling abstrak. Sedangkan objek tidak langsung, meliputi: Kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan belajar dan bekerja mandiri, bersikap positif terhadap matematika.
Lalu, bagaimana cara menyikapi anak yang tidak menyukai matematika?
Pada dasarnya, banyak berbagai cara tersebut. Hal utama yang membuat anak-anak tidak menyukai matematika adalah angka yang terlalu rumit dan penjelasan berulang sehingga anak merasa cepat bosan lalu malas untuk latihan ulang soal yang diajarkan. Kuncinya, matematika bukan dihafal melainkan dipahami. Banyak metode seru untuk mempelajari matematika agar tidak terasa bosan.
Pada saat itu, saya memiliki sebuah tugas berhitung dan sangat membuat pusing lalu saya hampir memutuskan untuk menyerah dan lebih memilih untuk melihat jawabat di google. Akan tetapi, ibu menghampiri saya dan mengatakan bahwa beliau akan memberikan tips agar saya bisa mengerjakan tugas tersebut. Ibu mengajari saya dengan metode bayangkan menjadi sebuah hal yang saya sukai, seperti (-25- 45) itu artinya saya membeli eskrim sebanyak dua puluh lima buah tetapi membayar nanti(berhutang) lalu karena merasa kurang, saya menambah eskrim lagi sebanyak empat puluh lima buah dan tetap berhutang. Otomatis, jumlah hutang saya menjasi sebanyak minus tujuh puluh buah eskrim atau (-25-45= -70) . Sejak saat itu, saya merasa tertarik untuk menghitung tugas-tugas matematika saya dengan kemampuan sendiri tanpa melihat google.
Masih banyak metode lain yang bisa diterapkan untuk membuat perhitungan matematika menjadi asik dan bisa kita sukai. Seperti, mengubah pola pikir, menggunakan media dan alat, mencari keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari, berlatih secara teratur walaupun sebentar, belajar secara berkelompok agar bisa bertanya kepada teman, dan masih banyak lagi.Jangan beranggapan ketika melihat soal matematika terutama soal cerita yang panjang itu sulit dan menyerah terlebih dahulu. Pahami dulu apa yang ditanyakan di dalam soal tersebut.Dapat disarankan untuk membuat hal yang diketahui dahulu lalu hal yanh ditanyakan dan mencatat rumus yang akan dipakai(opsional).Hal ini dapat mempermudah mengerjakan soal matematika dalam bentuk cerita.
Jangan malas untuk berlatih menyelesaikan soal matematika ,karena dengan banyak latihan soal maka akan terbiasa menghadapi soal-soal matematika dan membuat jadi mudah dalam menemukan cara pemecahannya.Dengan menanamkan pada diri sendiri kalau saya bisa mengerjakan matematika, diharapkan tidak akan tidak suka dengan matematika. Tetapi akan menjadi semakin tertantang jika menemukan soal matematika yang tidak mudah untuk dipecahkan.
Kesimpulannya, kita harus terbiasa untuk mencintai matematika dan menikmati dalam mengerjakannya dapat dilihat dari berbagai perspektif. Matematika bukan hanya tentang angka dan rumus, tetapi juga tentang cara berpikir kritis, logis, dan menyelesaikan masalah. Dengan mencintai matematika, kita akan lebih termotivasi untuk belajar dan menguasainya. Proses mengerjakan soal matematika juga dapat menjadi tantangan yang menyenangkan jika kita melihatnya sebagai permainan otak, bukan beban.Selain itu, menikmati matematika dapat membantu kita mengembangkan keterampilan analitis yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, seperti pengambilan keputusan yang rasional dan pemecahan masalah yang efisien. Dengan sikap yang positif terhadap matematika, kita tidak hanya mendapatkan pemahaman yang lebih baik, tetapi juga mampu mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam berbagai bidang,
"Jika orang tidak percaya betapa sederhananya matematika, itu karena mereka tidak menyadari betapa rumitnya hidup."
- John von Neumann
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.