Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shofwah Annisa

FOMO: Tantangan di Era Digital

Gaya Hidup | 2024-12-15 12:47:01
Sumber Foto: freepik.com

FOMO, atau Fear of Missing Out, merupakan perasaan cemas yang timbul akibat takut tertinggal dari tren atau informasi terbaru. Fenomena ini sering kali dipicu oleh perkembangan pesat teknologi dan koneksi digital tanpa batas, yang membuat individu merasa harus selalu terkini terhadap segala hal, mulai dari berita hingga tren gaya hidup.

Melalui platform media sosial seperti Instagram, FOMO semakin mengemuka. Fitur-fitur seperti Insta Story mempermudah orang untuk membagikan aktivitas mereka, seperti menggunakan pakaian atau barang yang sedang populer. Hal ini mendorong viewer untuk membandingkan diri dengan orang lain, menciptakan kecemasan karena merasa tertinggal. Tidak hanya itu, kebutuhan untuk terus mengetahui berita atau tren terbaru sering membuat seseorang merasa tidak cukup terinformasi dan menimbulkan tekanan batin.

Gejala FOMO dapat dikenali melalui beberapa perilaku, seperti:

1. Selalu mengecek gadget. Seseorang yang mengalami fomo tidak akan lupa untuk mengecek hp untuk melihat suatu hal yang baru di media sosial.

2. Lebih mementingkan dunia media sosial dari pada dunia nyata. Itu menyebabkan kurang adanya kepuasan dalam diri dan ingin selalu di akui oleh orang lain.

3. Kepo, atau selalu ingin tahu tentang kehidupan orang lain.

4. Tidak ingin tertinggal mengenai gosip terbaru

5. Mengeluarkan uang melebihi kemampuan diri dan membeli hal yang tidak penting agar tidak ketinggalan zaman.

6. Selalu menerima ajakan orang lain, karena tidak ingin tertinggal dan di anggap tidak mampu.

Apabila tidak dikelola, FOMO dapat memicu efek negatif seperti stres, kelelahan, depresi, dan insomnia. Pada dasarnya, ini berasal dari kurangnya rasa syukur terhadap apa yang dimiliki dan perasaan bahwa apa pun yang dilakukan selalu kurang memadai.

Untuk mengatasi FOMO, penting bagi individu untuk lebih fokus pada diri sendiri, membatasi penggunaan media sosial, dan membangun hubungan yang lebih bermakna di dunia nyata. Menghargai diri sendiri dan menerima kehidupan sebagaimana adanya tanpa perlu mengikuti arus tren adalah langkah awal menuju kehidupan yang lebih seimbang dan bahagia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image