Mendengarkan Musik Dapat Memengaruhi Kesehatan Mental, Benarkah?
Gaya Hidup | 2024-12-12 22:24:22Musik adalah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, selalu hadir menemani dalam berbagai situasi. Kedudukannya sudah menjadi teman setia dalam berbagai suasana. Saat merasa bahagia atau sedang jatuh cinta, kita cenderung memutar lagu-lagu ceria yang semakin menghidupkan suasana hati. Sebaliknya, ketika sedang sedih, kita mencari lagu dengan lirik yang seolah-olah mengerti apa yang kita rasakan. Lebih dari itu, musik juga sering menemani kita dalam kesendirian, membantu menyelesaikan tugas, memberi semangat saat bersih-bersih rumah, hingga menjadi pengantar tidur yang menenangkan di malam hari.
Namun, musik bukan hanya sebagai teman dan hiburan semata. Banyak penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang. Mulai dari mengurangi stres hingga membantu mengatasi kecemasan, musik memiliki peran yang lebih dalam dari apa yang dapat kita bayangkan. Tapi, seberapa berpengaruhkah musik terhadap kesehatan mental kita? Apakah setiap jenis musik memberikan efek yang sama?
Musik dan Perasaan
Pernahkah kamu merasa suasana hatimu tiba-tiba berubah hanya karena mendengarkan sebuah lagu? Yang awalnya bahagia menjadi murung? Itulah salah satu kekuatan dari musik. Nada dan lirik dapat merangsang emosi tertentu, membuat kita merasa senang, sedih, atau bahkan termotivasi. Misalnya, lagu-lagu upbeat (lagu yang memiliki ketukan cepat dan ritme yang kuat) sering digunakan untuk membangkitkan semangat, sementara musik instrumental atau suara alam misalnya hujan cocok untuk menenangkan pikiran.
Hubungan antara musik dan emosi ini tidak terjadi begitu saja. Ketika kita mendengar musik, otak merespons dengan melepaskan dopamin, zat kimia yang berkaitan dengan perasaan bahagia. Inilah sebabnya mengapa musik sering menjadi pelarian ketika kita merasa cemas atau tertekan.
Manfaat Musik untuk Kesehatan Mental
Musik memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mental. Berikut beberapa di antaranya:
1. Mengurangi stres dan kecemasan
Mendengarkan musik dengan tempo lambat terbukti dapat menurunkan tingkat kortisol, hormon yang bertanggung jawab atas stres. Musik juga membantu menenangkan pikiran, membuat kita lebih rileks dalam menghadapi tekanan.
2. Meningkatkan fokus dan konsentrasi
Musik instrumental atau tanpa lirik sering digunakan untuk membantu meningkatkan fokus, terutama saat belajar atau bekerja. Musik ini memberikan latar yang nyaman tanpa mengganggu pikiran, sehingga produktivitas bisa meningkat.
3. Memperbaiki mood
Musik dapat menjadi penyemangat instan. Lagu-lagu favorit dengan nada yang ceria dan penuh semangat mampu mengubah suasana hati yang buruk menjadi lebih baik dalam waktu singkat.
4. Membantu dalam proses penyembuhan
Musik juga digunakan dalam terapi untuk membantu orang yang mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, atau Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Dalam terapi ini, musik berfungsi sebagai medium untuk mengungkapkan emosi dan mengatasi trauma.
Hal yang Perlu Diwaspadai
Meskipun musik memiliki banyak manfaat, tidak semua jenis musik memberikan efek positif. Lagu dengan lirik yang negatif atau terlalu melankolis dapat memperburuk suasana hati. Oleh karena itu, penting untuk bijak dalam memilih musik yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan emosional kita.
Kesimpulan
Musik bukan hanya sekadar hiburan, melainkan alat yang kuat untuk memengaruhi kesehatan mental kita. Dengan memilih jenis musik yang tepat, kita dapat meredakan stres, meningkatkan mood, dan bahkan memperbaiki konsentrasi. Jadi, lain kali ketika dirimu merasa lelah atau tertekan, janganlah ragu untuk memutar lagu-lagu favoritmu. Siapa tahu, itu dapat menjadi terapi sederhana yang membawa manfaat bagimu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.